MAKALAH NIH
MAKALAH PENDIDIKAN
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
BAB
II
A.
TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
Dalam Adagium
ushuliah dinyatakan bahwa : “al-umur bi
maqosidiha”, bahwa setiap tindakan dan
aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah di tetapkan.
Adagium ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan
yang ingin dicapai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi.
Karena itulah, tujuan pendidikan Islam menjadi
komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu
sebelum merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain.
Tujuan merupakan
standar usaha yang dapat ditentukan, serta
mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan yang lain. Disamping itu, dapat membatasi ruang gerak usaha, agar
kegiatan dapat terfokus pada apayang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi
adalah dapat memberi penilaian atau evaluasi pada usaha-usaha pendidikan.
Perumusan tujuan
pendidikan Islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa
aspeknya, misalnya tentang:Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Manusia hidup bukan karena
kebetulan dan sia-sia. Iadiciptakan dengan membawa tujuan dan tugas hidup
tertentu (QS. Ali-Imran: 191). Tujuan diciptakan manusia hanya untuk mengabdi
kepada Allah l.
Indikasi tugasnyaberupa ibadah (sebagai ‘abd
Allah) dan tugas sebagai wakil-Nya dimuka
bumi (khalifah Allah). Firman Allah l:
ö@è%¨bÎ)ÎAx|¹Å5Ý¡èSury$uøtxCurÎA$yJtBur¬!Éb>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÊÏËÈ
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”(Q.S. al-An’am : 162).
Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar (nature)
manusia, yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang mempunyai
beberapa potensi bawaan, seperti fitrah, bakat, minat, sifat, dan karakter,
yang berkecenderungan pada al-Hanief(rindu akan kebenaran dari Tuhan)
berupa agama Islam (Q.S. al-Kahfi : 29) sebatas kemampuan, kapasitas, dan
ukuran yang ada.
Ketiga, tuntutan masyarakat. Tuntutan ini baik berupa
pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan suatu
masyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi
perkembangan dunia modern.
Keempat, dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam. Dimensi kehidupan dunia
ideal Islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia didunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta mengandung nilai
yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang
lebih membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak terbelenggu oleh
rantai kekayaan duniawi atau materi yang dimiliki. Keseimbangan dan keserasian
antara kedua kepentingan hidup ini menjadi daya tangkal terhadap
pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang menggoda
ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial,
kultural, ekonomi, maupun ideologis dalam hidup pribadi manusia.[1]
B.
PRINSIP-PRINSIP
DALAM FORMULASI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan Islam mempunyai beberapa prinsip tertentu, guna
menghantar tercapainya tujuan pendidikan. Prinsip itu adalah:
1.
Prinsip
universal (syumuliah).[2]
Prinsip yang memandang keseluruhan aspek Agama (aqidah,
ibadah, dan akhlak, serta muamalah), manusia (jasmani,
rohani, dan nafsani), masyarakat dan tatanan kehidupannya,
serta adanya wujud jagat raya dan hidup.
2.
Prinsip keseimbangan
dan kesederhanaan (tawazun iqtishadiah). Prinsip ini adalah keseimbangan
antara berbagai aspek kehidupan pada pribadi, berbagai kebutuhan individu dan
komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayan silam dengan kebutuhan
kebudayaan masa kini serta berusaha
mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akanterjadi.
3.
Prinsip
kejelasan (tabayyun). Prinsip yang didalamnya terdapat ajaran dan hukum yangmemberi
kejelasan tehadap kejiwaan manusia (qalb, akal dan hawa nafsu) dan hukum
masalah yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan, kurikulum, dan metode
pendidikan.
4.
Prinsip tak bertentangan.
Prinsip yang didalamnya terdapat ketiadaan pertentangan antara berbagai unsur
dan cara pelaksanaannya, sehingga antara satu komponen
dengan komponen yang lain saling mendukung.
5.
Prinsip realisme dan
dapat dilaksanakan. Prinsip yang menyatakan tidak adanya kekhayalan dalam
kandungan program pendidikan, tidak berlebih lebihan,
serta adanya kaidah yang praktis dan realistis, yang sesuai dengan fitrah
dan kondisi sosioekonomi, sosiopolitik dan sosiokultural yang ada.
6.
Prinsip
perubahan yang diingini. Prinsip perubahan struktur diri manusia yang meliputi jasmaniah,
ruhaniah dan nafsaniah, serta perubahan kondisi psikologis,
sosiologis, pengetahuan, konsep, pikiran, kemahiran, nilai-nilai, sikap peserta
didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan (Q.S. ar-Ra’d:
11).
7.
Prinsip menjaga
perbedaan-perbedaan individu. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa semua
individu ‘tidak sama’ dengan yang lain.
8.
Prinsip dinamis
dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pelaku pendidikan serta
lingkungan dimana pendidikan itu dilaksanakan
C.
KOMPONEN-KOMPONEN
TUJUAN PENDIDIKAN
Dalam
proses pendidikan, tujuan akhir merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ingin
diwujudkan dalam pribadi peserta didik. Tujuan akhir harus lengkap
(komprehensif) mencakup semua aspek, serta terintegrasi dalam pola kepribadian
ideal yang bulat dan utuh. Tujuan akhir
mengandung nilai-nilai Islami dalam segala aspeknya, yaitu aspek normatif,
aspek fungsional, dan aspek oprasional. Hal tersebut menyebabkan pencapaian tujuan
pendidikan tidak mudah, bahkan sangat
kompleks dan mengandung risiko mental-spiritual,
lebih-lebih lagi menyangkut intenalisasi nilai-nilai Islami, yang di
dalamnya terdapat Iman, Islam, dan Ihsan, serta ilmu pengetahuan menjadi
pilar-pilar utamanya.
Secara
teoritis, tujuan akhir dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Tujuan normatif.
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu
mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya :
a.
Tujuan formatif
yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
b.
Tujuan selektif
yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang
salah.
c.
Tujuan
determinatif yang bersifat memberi kemampuan untuk mengarahkan diri pada
sasaran-sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
d.
Tujuan
integratifyang bersifat memberi kemampuan untuk
memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu)
kearah tujuan akhir.
e.
Tujuan
aplikatif yang bersifat kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah
diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2.
Tujuan
fungsional. Tujuan yang sasarannya diarahkan
pada kemampuan peserta didik untuk memfungsikan
daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh,
sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi:
a.
Tujuan
individual, yang sasarannya pada
pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah
diinternalisasikan kedalam pribadi berupa moral, intelektual dan skill.
b.
Tujuan sosial,
yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai kedalam kehidupan
sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam
masyarakat.
c.
Tujuan moral,
yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai
dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama
(teogenetis), dorongan sosial
(sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan
biologis (biogenetis).
d.
Tujuan
professional, yang sasarannya pada
pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahlianya, sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.
3.
Tujuan
oprasional. Tujuan yang mempunyai sasaran teknis managerial.
Komponen-komponen tujuan pendidikan di
atas tidak hanya terfokus pada tujuan yang bersifat teoritis,
tetapi juga bertujuan praktis yang sasarannya pada
pemberian kemampuan praktis peserta didik. Hal ini dilakukan agar setelah menyelesaikan
studinya, mereka dapat mengaplikasikan ilmunya dengan penuh kewibawaan dan
profesional mengingat kompetensi yang dimiliki telah memadai.
D.
FORMULASI
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Upaya dalam pencapaian tujuan
pendidikan harus dilaksanakan dengan semaksimal mungkin, walaupun pada
kenyataannya manusia tidak mungkin menemukan kesempurnaan dalam berbagai hal.
Menurut Ibn Taimiyah tujuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu:
1.
Tercapainya
pendidikan Tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah Ta’ala dalam wahyu-Nya dan
ayat-ayat fisik (afaq) dan Psikis (anfus).
2.
Mengetahui ilmu
Allah Ta’ala. Melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya.
3.
Mengetahui
kekuatan (qudrah) Allah Ta’ala melalui
pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreatifitas makhluk-Nya.
4.
Mengetahui apa
yang diperbuat Allah Ta’ala. (sunnah Allah) tentang
realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.
Abdul al-Rahman Shaleh Abdullah
dalam bukunya, Educational Theory, a Qur’anic outlook, menyatakan tujuan
pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu :
(tambahan)
1.
Tujuan pendidikan
jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)
Mempersiapkan
diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah bumi,
melalui keterampilan-keterampilan fisik.[3] Ia
berpijak pada pendapat dari Imam Nawawi yang menafsirkan “ al-qawy”
sebagai kekuatan Iman yang ditopang oleh kekuatan fisik (Q.S. al-Baqarah :
247, Q.S. al-Anfal : 60).
2.
Tujuan
pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah)
Meningkatkan
jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah Ta’ala Semata dan melaksanakan
moralitas islami yang diteladani oleh Nabi sollallahualaihi wassalam.
Dengan berdasarkan cita-cita ideal dalam al-Qur’an (Q.S.
Ali-Imran: 19). Indikasi pendidikan rohani adalah tidak bermuka dua (Q.S. al Baqarah
: 10), berupaya memurnikan dan mensucikan diri manusia secara individual dari
sikap negatif (Q.S. Al-Baqarah : 126) inilah yang disebut dengan tazkiyah
(purification) dan hikmah (wisdom). Maka dari itu, tujuan pendidikan ruhaniah tersebut
diarahkan kepada pembentukan akhlak yang mulia (akhlak al-karimah).[4]
3.
Tujuan
pendidikan akal (al-ahdaf al-‘aqliyah)
Pengarahan
inteligensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-sebabnya dengan telaah tanda-tanda
kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat ayat-Nya yang berimplikasi
kepada peningkatan Iman kepada Sang pencipta. Tahapan pendidikan akal ini
adalah :
a.
Pencapaian kebenaran
ilmiah (‘ilm al-yaqin) (Q.S. At-Takasur : 5).
b.
Pencapaian
kebenaran empiris (‘ain al-yaqin) (Q.S. At-Takasur : 7).
c.
Pencapaian
kebenaran meta empiris atau mungkin lebih tepatnya sebagai kebenaran filosofis
(haq al-yaqin) (Q.S. Al-waqiah : 95).
4.
Tujuan
pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtima’iyah)
Tujuan
pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh yang menjadi
bagian dari komunitas sosial. Identitas individu disini tercermin sebagai “al-naas”
yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk).
Menurut Al-Gazali yang dikutip oleh Fathiah Hasan Sulaiman,
tujuan umum pendidikan Islam tercermin dalam dua segi, yaitu:
1.
Insan purna
yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
2.
Insan purna
yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Kebahagiaan dunia akhirat dalam pandangan al-Ghazali
adalah menempatkan kebahagiaan dalam proporsi yang sebenarnya. Kebahagiaan
yang lebih memiliki nilai universal,
abadi, dan lebih hakiki itulah yang di prioritaskan.
Ibnu Khaldun, yang dikutip oleh Muhammad Athiyah al-Abrasyi,
merumuskan tujuan pendidikan Islam dengan berpijak pada firmaan Allah Ta’ala.
Sebagai berikut :
Æ÷tGö/$#ur!$yJÏù9t?#uäª!$#u#¤$!$#notÅzFy$#(wur[Ys?y7t7ÅÁtRÆÏB$u÷R9$#(ÇÐÐÈ
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
Berdasarkan firman itu, Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan
pendidikan Islam terbagi atas dua macam, yaitu:
1.
Tujuan
yang berorientasi ukhrawi, yaitu membentuk seorang hamba agar melakukan
kewajiban kepada Allah ta’ala.
2.
Tujuan yang
berorientasi duniawi, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala
bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih layak dan
bermanfaat bagi orang lain.
Menurut Kholid Al Hazimi tujuan pendidikan Islam secara global
terbagi kepada dua; Pertama,Fardiyyah (Individu) yang meliputi al’aqdiyyah
(Aqidah) , al Ta’abbudiyyah (Ibadah), al Khluluqiyyah (Akhlak),
al Jismiyyah (Raga), al ‘Ilmi(Pengetahuan), al Mihniyyah (Skill).Kedua,Ijtima’iyyah
(sosial) maksudnya membangun masyarakat islami dengan konsep amar ma’ruf nahi
munkar yang diharapkan hasilnya sebagai berikut:
1.
Menjadikan
masyarakat yang beribadah kepada Allah ta’ala
2.
Menjadikan
masyarakat yang menyebarkan Islam dan mendakwahkannya
3.
Menjadikan
masyarakat yang menerapkan hukum Allah
4.
Menjadikan
masyarakat yang yang saling berta’awun dalam kebaikan dan ketakwaan.[5]
Sedangkan dalam buku Falsafah Al Tarbiyyah Al Islamiyyahdisebutkan
bahwa tujuan pendidikan islam secara global terbagi tiga; Al ahdaf al
Fardiyyah, al ahdaf Al ijtima’iyyah, al Ahdaf Al Mihniyyah.[6]
BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam sama
luasnya dengan kebutuhan manusia modern masa kini dan masa yang akan datang.
Dimana manusia tidak hanya memerlukan iman atau agama, melainkan juga ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk memperoleh kesejahteraan hidup di
dunia sebagai sarana untuk mencapai kehidupan spiritual yang berbahagia di
akhirat.[7]
Dari beberapa rumusan tujuan diatas, penulis
dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah : “Terbentuknya individu
serta masyarakat yang islami yang didalamnya memiliki wawasan keislaman yang kaffah
agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris Nabi
sebagai bentuk ketaatan untuk mendapatkan ridho allah serta kebahagiaan dunia
akhirat”. Tujuan tersebut bisa dijabarkan dalam uraian sebagai berikut :
1. Terciptanya Insan kaffah dalam berbagai
dimensi yang meliputi al’aqdiyyah (Aqidah),
al Ta’abbudiyyah (Ibadah), al Khluluqiyyah (Akhlak), al Jismiyyah
(Raga), al ‘Ilmi (Pengetahuan), al Mihniyyah (Skill).
2. Terbentuknyamasyarakat yang memiliki karakter islami
dengan konsep amar ma’ruf nahi munkar yang diharapka hasilnya; menjadikan
masyarakat yang beribadah kepada Allah ta’ala, menyebarkan Islam dan
mendakwahkannya, menerapkan hukum Allah dan saling berta’awun dalam
kebaikan dan ketakwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Hazimi, Kholid Ibn Hamid. 2000. Ushul al Tarbiyyah
al Islamiyyah. Madinah: Dar ‘Alim al Kutub.
Al – Asyaibani, Umar Taumy. 1988. Falsafah
Al Tarbiyyah Al Islamiyyah. Riyadh: Dar Al Arobiyyah Al Kitab.
Arifin, H.M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam
Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.
Jakarta : Bumi Aksara.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Nata, Abuddin.2012. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Ramayulis.
2012. Ilmu pendidikan Islam, cetakan kesembilan.
Jakarta : Kalam Mulia.
[1]Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. 2010. Hal
72-73.
[4]H.M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta : Bumi Aksara. 2011. Hal.
60.
[5]Kholid Ibn
Hamid Al Hazimi, Ushul al Tarbiyyah al Islamiyyah, Madinah: Dar ‘Alim al
Kutub, 2000, hal 252-254.
[6] Umar Taumy Al
- Asyaibani, Falsafah Al Tarbiyyah Al Islamiyyah, Riyadh: Dar Al
Arobiyyah Al Kitab, 1988, hal 283.
[7]H.M. Arifin. Hal. 55.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.