MAKALAH PENDIDIKAN
MAKALAH SASTRA NIH
MAKALAH PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mendidik adalah tugas dan tanggung jawab orang
tua dalam lingkungan keluarga, pendidik di lingkungan sekolah, serta ulama dan
pemimpin di lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan manapun dan situasi apa
pun, seorang pendidik di tuntut untuk membuat peserta didik mampu menyerap dan
memahami materi dan pengajaran yang disampaikan. Selain itu, kesungguhan dan
keikhlasan pendidik juga menjadi modal utama untuk tercapainya tujuan tersebut,
karena tanpa keduanya pendidikan tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan.
Pekerjaan mendidik yang berlangsung dalam
masyarakat modern ini tidak lagi hanya di lingkungan keluarga, tapi di
sekolahpun pendidikan dapat diberikan oleh pendidik. Sekolah merupakan follow
up dari pendidikan di lingkungan keluarga. Sekolah bahkan dipandang sebagai
sistem pendidikan formal, yang artinya diselenggarakan atas dasar peraturan dan
syarat-syarat tertentu, tujuan serta alat-alat tertentu pula.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasikan
masalah menjadi:
1.2.1 Pengertian Pendidik dalam Pendidikan Islam
1.2.2 Kedudukan Pendidik dalam PendidikanIslam
1.2.3 Syarat-syarat Pendidik dalam PendidikanIslam
1.2.4 Sifat-sifat Pendidik dalam PendidikanIslam
1.2.5 Tugas dan Peranan Pendidik dalam Pembelajaran
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah tidak terlalu luas dan
lebih terfokus pada masalah dan tujuan dalam hal pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun hanya membatasi masalah hanya pada ruang lingkup pendidik dalam Islam.
1.4 Metode Pembahasan
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
menggunakan:
Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang
dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data serta keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan
masalah-masalah yang diteliti.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidik dalam PendidikanIslam
Dari
segi bahasa pendidik adalah orang yang
mendidik (Poerwadarminta, 1976;250) dari segi pengertian ini timbul kesan bahwa
pendidik ialah orang yang melakukan kegiatan dalam hal mendidik. Dalam bahasa Inggris
ditemui beberapa kata yang mendekati maknanya dengan pendidik. Kata-kata
tersebut seperti teacher yang berarti guru atau pengajar,dan tutor
yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar dirumah (Echols dan Shadily,1980;560).
Dalam bahasa Arab dijumpai kata Ustadz, Mudarrist, Mu’allim dan Muad’dib.
Kata Ustadz jama’nya Asaatidz yang berarti teacher atau
guru, professor (gelar akademik atau jenjang dibidang intelektual),
pelatih, penulis, dan penyair (Wehr,1974:15). Sementara kataMudarris
berarti teacher (guru) ,instructur (pelatih), dan lecturer
(dosen). Selanjutnya kata Mual’llim yang berarti teacher (guru) trainer
(pemandu). Kemudian, kata Muad’dib berarti Educator (pendidik)
atau teacher in Quranic School(guru dalam lembaga pendidikan al-Quran).
Didalam
al-Quran ditemukan beberapa kata yang menunjukan kepada pengertian pendidik :
a. Muallim ( Qs.29 : 43 ) dan ( Qs.35 : 28 )
Adalah orang yang mnegusai ilmu mampu
mengembangkannya dan menjelsakan fungsinya dalam kehidupan, serta menjelaskan
dimensi teoritis dan praktisnya sekaligus.
b. Murabbi ( Qs.17 : 24 )
Adalah pendidik yang mampu menyiapkan, mengatur,
mengelola, membina, memimpin, membimbing, dan mengaembangkan potensi kreatif
serta didik yang dapat digunakan bagi pengolaan dan pemanfaat SDA yang berguan
bagi dirinya, dan makhluk Allah Q disekelilingnya.
c. Mudarris
Adalah pendidik yang mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang dialogis dan dinamis, mampu yang membelajarkan peserta didik
dengan belajar mandiri, atau memperlancar pengalaman belajar dan menghasilkan
warga belajar.
d. Mursyid ( Qs.17 : 18 )
Adalah pendidik yang menjadi sentral figure (al-uswat
al-hasanat) bagi peserta didiknya, memiliki wibawa yang tinggi di depan
peserta didiknya, mengamalkan ilmu secara konsisten, bertaqarrub kepada Alloh Q, merasakan kelezatan dan manisnya iman terhadap Alloh Q. Pendidik yang didengarkan perkataannya, dikerjakan perintahnya, dan
diamalkan nasehat-nasehatnya tempat mengadukan semua persoalan yang dialami
umat, serta menjadi konsultan bagi peserta didiknya.
e. Muzakki
Adalah pendidik yang bersifat hati-hati
terhadap apa yang akan diperbuat, senantiasa mensucikan hatinya dengan cara
menjauhi semua bentuk sifat-sifat mazmumah dan mengamalkan sifat-sifat
mahmudah. Oleh karena itu, pendidik bertugas untuk menjaga potensi suci peserta
didik serta berusaha memberikan terapi dan
metode kepada murid-muridnya melalui konsep-konsep tazkiyat al-naf, tazkiyat
al-aql, dan tazkiyat al-jism.
f. Mukhlis (Qs. 98 : 5)
Adalah pendidik yang melaksanakan tugasnya
dalam mendidik dan mengutamakan motivasi ibadah yang benar-benar ikhlas karena
Alloh Q. [1]
Kata-kata
tersebut secara keseluruhan terhimpun dalam pengertian pendidik, karena pada
dasarnya kesemuanya mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan,
keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Mungkin hanya ada perbedaan
istilah dalam penggunaannya. Jika suatu pengetahuan diberiakan disekolah
pengajarnya disebut teacher (guru), diperguruan tinggi disebut lecturer
atau professor, dirumah-rumah secara peribadi disebut tutor, dipusat-pusat
latihan disebut instructure atau trainer dan dilembaga pendidikan
yang mengajarkan agama disebut Educator (Nata;1997:62)[2]
Sama
dengan teori Barat, pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling
bertanggungjawab adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu
disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama karena kodrat, yaitu
karena orang tua tersebut ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, kedua
karena kepentingan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan
perkembangan anaknya, suksek anaknya adalah suksek orang tua juga. Tanggung
jawab pertama dan utama terletak pada
orang tua berdasarkan juga pada firman Allah Qseperti yang tersebut dalam al-Quran :
قُوٓا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
(Peliharalah diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka).”Diri kalian” yang disebut ayat tersebut adalah
diri orang tua anak tersebut, yaitu ayah dan ibu ;“anggota keluarga” dalam ayat
ini adalah terutama anak-anaknya.
Sama dengan pendidikan teori Barat, tugas
pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik baik potensi psikomotorik, kognitif,
maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang
sampai ketingkat setinggi mingkin, menutut ajaran Islam. Karena orang tua
adalah pendidik pertama dan utama, maka inilah tugas orang tua tersebut.[3]
Sebagai contoh Eksistensi dan posisi Rasulullah`sebagai sang educator (pendidik,
pengajar, guru) bagi seluruh manusia telah bayak diungkapkan dalam al-Quran
dibeberapa ayat, sebagaimana firman AllahQberikut :
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ فِى
ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن
قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah).
Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(Qs.al-Jumuah
[62] : (2) )
Sayyid Qutbv menjelaskan ayat وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ (mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah ) yaitu
Rasulullah`mengajarkan kepada mereka tentang kitab al-Quran, maka merekapun menjadi
ahli dalam perkara kitab itu. Rasulullah` pun mengajarkan kepada mereka sehingga
merekapun mengetahui hakikat-hakikat segala sesuatu. Merekapun baik dalam
menentukan dan mengatur segala sesuatu. Ruh-ruh mereka pun diilhami dengan
kebenaran dalam berhukum dan beramal dan itu merupakan kebaikan yang melimpah.[4]
وَأَرْسَلْنَٰكَ
لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا
“Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap
manusia. Dan cukuplah AllahQ menjadi saksi.”
Sayyid Qutbv juga menjelaskan tentang ayat ini bahwa
seseungguhnya tugas Rasulullah`adalah meyampaikan
risalah, bukan mengadakan kebaikan dan keburukan,karena ini termasuk urusan
AllahQsebagaimana telah dikemukakan diatas. Sedangkan Allah Qmenjadi saksi bahwa dia telah mengurus Rasulullah`untuk menunaikan tugas ini.” Dan cukuplah
AllahQmenjadi saksi” sedangkan urusan manusia kepada Rasulullah`ialah bahwa orang yang ta’at kepada Rasul
berarti ta’at kepada AllahQ. Maka, ia tidak memisah misahkan antara AllahQdan Rasul-nya. Bagi orang yang berpaling dan mendustakan, maka urusan
hisab dan pembalasannya terserah kepada AllahQ. Rasulullah` tidak diutus untuk memaksakan petunjuk dan
agama kepadanya,serta tidak ditugaskan untuk menjaga mereka dari kemaksiatan
dan kesesatan. Karena hal ini tidak termasuk tugas Rasul dan tidak termasuk
dalam kekuasaan rasul.[5]
Selain
itu, Eksistensi dan posisi Rasulullah ` sebagai Educator (guru, pengajar) yang
bijak dalam memberikan petunjuk juga terdokumentasikan dalam Hadist berikut
yang diriwayatkan Imam Muslim dari Muawwiyah ibn al-Hakam as-Sulami Ketika aku
sedang shalat ada seorang laki-laki bersin dan aku menjawabnya dengan “yarhamukallah”
kemudian mereka memandang kewajahku sehingga aku-pun berkata dalam hati
alangkah celakanya aku ; mengapa mereka memandangiku seperti itu ?mereka
kemudian menepukan tangan mereka kepada paha mereka sebagai isyarat agar aku
diam, maka akupun diam.ketika Rasulullah` selesai shalat beliau memanggilku untuk
menasihatiku dan aku pun berkata :“Dan demi ayah dan ibuku, belum pernah
sekalipun aku menemui seorang pengajar yang lebih baik pengajarannya daripada
beliau, baik sebelum atau sesudah beliau. Demi Allah beliau tidak membentak
atau menghardikku,tidak pula beliau memukul dan mencelaku. Bahkan (dengan
santun) Rasulullah` menasihatiku : ‘sesungguhnya dalam shalat tidaklah
dibenarkan seseorang mengucapkan sesuatu kecuali tasbih,takbir, dan bacaan
al-Quran.[6]
Menurut Abuddin Nata, di dalam al-Qur’an akan
menjumpai empat pendidik secara garis besar (1997;65)[7]
1. Alloh Q sebagai pendidik Pertama dan Utama
Alloh Q sebagai pendidik utama mengingikinkan umat
manusia menjadi baik dan hidup dengan bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Oleh karena itu mahluknya harus memiliki bekal berupa etika dan pengetahuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Alloh Q mengutus para Nabi-Nya sebagai perantara
hidayah untuk patuh dan tunduk kepada-Nya, dan menyapaikan ajarannya kepada
semua mahluk manusia.
Firman Alloh Q:
لَقَدْ
مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ
أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ
وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن
قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al
Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
(QS Ali Imran [3]; 164)
Dari berbagai ayat al-Qur’an yang menerangkan
tentang kedudukan Alloh Q. Sebagai pendidik dapat dipahami bahwasanya
Alloh Qmemiliki pengetahuan yang sangat luas dan ini merupakan isyarat bagi
mahluknya bahawasanya seorang pendidik haruslah sebagai peneliti yang memiliki
penemuan-penemuan baru. Sifat yang dimiliki Alloh Q yang lainnya adalah maha pemurah yang artinya AllohQ tidak kikir tentang ilmu-Nya.
2. Nabi Muhammad ` sebagai pendidik kedua
Sejalan dengan pembinaan yang dilakukan olah
Alloh Q terhadap Nabi `, Alloh Q meminta beliau agar membina umatnya agar
selalu berdakwah. Sebagaiman terserat dalam firman Alloh Q:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلْمُدَّثِّرُقُمْ فَأَنذِرْوَرَبَّكَ فَكَبِّرْوَثِيَابَكَ فَطَهِّرْوَٱلرُّجْزَ
فَٱهْجُرْوَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُوَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْفَإِذَا نُقِرَ فِى
ٱلنَّاقُورِفَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌعَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ غَيْرُ
يَسِيرٍ
(QS al-Muddatsir [74]; 1-10)
Sejarah mencatat bahwa amanah tersebut dapat
dilaksanakan oleh Nabi ` denga hasil yang sangat memuaskan. Hal tersebut tidaklah
lepas dari metode yang Nabi`gunakan dalam mendidik umatnya, dengan cara kasih sayang
dan keteladanan yang baik.
3. Orang tua sebagai pendidik ketiga
Diantara sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
orang tua sebagai pendidik yaitu harus memiliki hikmah atau kesadaran
tentang kebenaran yang diperoleh melalui ilmu dan rasio, banyak bersyukur
kepada Alloh Q, senantiasa menasehati anaknya agar tidak menyekutukan
Alloh Q, memerintahkan anaknya agar melaksanakan shalat dan bersabar dalam
menghadapi cobaan. Firman Alloh Q:
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ
يَٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kelaliman yang besar".(QS Luqman [31]; 13)
Didalam
Buku Mencetak Generasi Rabbani disebutkan sepuluh karakter yang harus
dimiliki oleh Pendidik dalam mendidik adalah :
a.
Ikhlas
Rawatlah dan didiklah dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas
semata-mata mengharap keridhaan Allah Ta’ala. Cangkangkan niat semata-mata
untuk Allah Ta’ala dalam seluruh aktivitas edukatif, baik berupa
perintah, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman.
b.
Bertakwa
Hiasi diri anda dengan ketakwaan, sebab, pendidik adalah contoh
dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak
berdasarkan iman dan islam.
c.
Berilmu
Sebuah keharusan bahwa kedua orangtua harus mempunyai perbekalan
ilmu yang memadai. Orangtua harus mengetahui konsep-konsep dasar pendidikan
dalam islam. Mengetahui halal dan haram, prinsip-prinsip etika islam serta
memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syari’at islam.
d.
Bertanggung
jawab
Memiliki rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidik.
e.
Sabar
dan Tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam
proses pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian.
f.
Lemah
lembut dan tidak kasar
Sifat lemah lembut ini akan membuat seseorang ( peserta didik )
menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran.
g.
Penyayang
Perasaan sayang ini yang akan menjadi penghangat suasana dan
menjadi proses pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan.
h.
Lunak
dan Fleksibel
Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas.
Namun harus dipahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya disini lebih
mengarah pada sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya.
i.
Tidak
mudah marah
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negative
dalam pendidikan. Jika seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan
amarahnya, maka hal itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan peserta
didiknya.
j.
Dekat
namun berwibawa
Pendidik yang sukses adalah pendidik yang benar-benar dekat dihati
peserta didik. mereka selalu merindukannya mereka merasa gembira dan bahagia
bersamanya. Ya, pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Peserta didik bukan takut
padanya, namun mereka sayang,hormat dan segan melanggar perintah dan
kata-katanya.[8]
4. Orang lain sebagai pendidik keempat
Kejelasan mengenai orang lain sebagai pendidik
antara lain secara tersirat dijelaskan dalam QS al-Kahfi (18); 60-82, ayat ini
menerangkan nabi Musa ryang diperintahkan agar selalu mengikuti Nabi Khidhrr dan belajar kepadanya. Sebagai pendidik beliau
mengira bahwasanya Nabi Musa rtidak bisa bersabar, karena tidak memiliki ilmu. Oleh
karena itu, Nabi Musar diminta berjanji agar selalu bersabar, selain itu, Nabi
Khidhrr mengingatkan Nabi Musar agar tidak bertanya sebelum dijelaskan.
2.2 Kedudukan Pendidik dalam PendidikanIslam[9]
Islam sangat menghargai dan menghormati
orang-orang yang berilmu, dan bertugas sebagai pendidik. Dalam Islam orang yang
beriman dan berilmu pengatahuan (guru) sangat luhur kedudukannya di sisi Alloh Q daripada yang lainnya, sebagaimana firman Alloh Q;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِذَا قِيلَ لَكُمْ
تَفَسَّحُوا فِىٱلْمَجَٰلِسِفَٱفْسَحُوايَفْسَحِٱللَّهُلَكُمْوَإِذَاقِيلَٱنشُزُوافَٱنشُزُوايَرْفَعِ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْعِلْمَدَرَجَٰتٍوَٱللَّهُبِمَاتَعْمَلُونَ
خَبِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya AllahQakan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya AllahQ akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan AllahQ Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Mujadilah [58]; 11)
Pendidik memiliki beberapa fungsi mulia,
diantaranya, pertama pensucian, artinya sebagai pemelihara diri,
pengembang serta pemeliharaan fitrah manusia; kedua adalah fungsi
pengajaran, artinya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan
kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari. Maka dari itu, peran pendidikan sangat berperan penting dalam
proses pendidikan, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan tersebut. Maka, itulah sebabnya Islam sangat menghargai dan
menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas sebagai pendidik
yang mempunyai tugas yang sangat mulia (Basuki dan Ulum, 2007;80-81).
2.3 Syarat-syarat Pendidik dalam Islam[10]
Dalam proses belajar mengajar, soerang
pendidik sebagai model dan suri teladan oleh anak didik dalam setiap
perilakunya. Untuk itu, sebelum kita memasuki proses belajar-mengajar, pendidik
harus mengerti bagaimana sebenarnya sikap terhadap dirinya sendiri sebagai
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik
dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dibumi, sebagai mahluk social, dan
sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Lima syarat yang harus dimiliki seseorang
ketika dia menginginkankan menjadi seorang pendidik, ialah pertama,
memiliki keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam. Kedua, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu
sesuai dengan bidang profesinya.Ketiga, adanya tingkat pendidikan
keguruan yang memadai. Keempat, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. Kelima, memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (M. Ali, dikutip User
Utsman, 2001;15).
Menurut pendapat lain, agar proses pendidikan
berhasil maka pendidik harus memenuhi syarat-syarat berikut, ialah pertama,
pendidik harus mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, untuk menciptakan
kesesuaian jiwa peserta didiknya. Kedua, untuk menarik minat belajar
peserta didik maka pendidik harus menguasai bahasa yang baik dan
menggunakannyapun dengan baik pula, dengan harapan dapat menimbulkan perasaan
yang halus-halus terhadap peserta didik. Ketiga, seorang pendidik harus
mencintai peserta didiknya karena dengan cinta senantiasa mengandung arti dapat
menghilangkan keperluan pribadi untuk keperluan orang lain (Arifin, 1976;125).
2.4Sifat-sifat Pendidik dalam Islam
Seorang pendidik pada hakikatnya bukan
melulu merupakan profesi atau kerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang
dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mendidik karena panggilan agama,
yaitu upaya untuk mendekatkan diri kepada Alloh Q, mengharapkan keridhoan-Nya, menghidupkan agama-Nya, mengembangkan
seruan-Nya.
Berkepribadian Agamis, seorang pendidik harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang pendidik
yang mampu memelihara dan mampu menegakkan syariat Islam dengan
mengerjakan amalan-amalan sunah baik ucapan maupun perbuatan, baik dengan hati
atupun lisan dengan menjaga keagungan Nabi ketika disebut namanya. (Syamsudin,
1984;23)
Berakhlaq Terpuji, diantara akhlaq terpuji
yang harus dimiliki tersebut adalah rendah hati, selalu berserah diri kepada
Alloh Q, mendekatkan diri kepada-Nya baik dalam keadaan
terang-terangan maupun tersembunyi.Bersikap zuhud dan qanaah, dalam
sifat ini hendaknya seorang pendidik menyederhanakan pakaiannya, mencukupkan
makanannya sesuai dengan kadar kebutuhan pokok, yaitu mengambil dunia sekadar
untuk mencukupi dirinya dan keluarganya. (Syamsudin, 1984;23)
Menjauhkan diri dari sikap berpolitik, seorang
pendidik merupakan seseorang yang biasa berfikir, yang tenggelam dalam mencari
arti bagi kehidupan dan mewujudkan harapan masyarakat pada umumnya, bukan untuk
kepentingan tertentu. (Syamsudin, 1984;195-196).
Sebagai profesi, seorang pendidik tidak boleh
menggabaikan kewajibannya. Ia wajib bekerja yang dapat menghasilkan ilmu yang
berkelanjutan, ia harus tetap membaca, menelaah, berfikir, menghafal, mengarang
dan berdiskusi. Seorang pendidik agar tidak menyia-nyiakan usianya untuk
hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ilmu, kecuali dalam keadaan darurat
seperti untuk makan, minum istirahat, menggauli isterinya dan menghasilkan
bekal hidup. Hal yang demikian ini dilakaukan karena derajat seorang alim
adalah derajat pewaris Nabi` dan derajat ini tidak dapat dicapai kecuali dengan
menenpa diri (Syamsudin, 1984;20).
Abdurrahman an-Nahlawy seperti dikutip Basuki
dan M. Miftahul Ulum (2007;92-93), menyarankan agar pendidik dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik supaya memiliki sifat-sifat sebagai berikut; pertama,
Tingkah laku dan pola fikir pendidik harus bersikap rabbani, sebagaimana
tersirat dalam QS ali-Imran (3);79, kedua yaitu seorang pendidik harus
memiliki rasa ikhlas, ketiga ialah pendidik harus bersabar dalam
mengerjakan dalam berbagai pengetahuan kepada peserta didik,keempat,
pendidik harus jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, kelima,
pendidik senantiasa membekali dengan ilmu dan kesediaan membiasakan untuk
mengkajinya, keenam, pendidik mampu menggunakan metode mengajar secara
bervariasi, ketujuh, pendidik harus mampu mengelola peserta didik, harus
tegas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkataan secara proposional, kedelapan,
pendidik harus mampu mempelajari kehidupan psikis peserta didik selaras dengan
masa perkembangannya, kesembilan, pendidik harus bersikap adil.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa tugas seorang pendidik dalam Islam adalah mereka yang harus memiliki
empat syarat; pertama, syarat keagamaan, yaitu patuh dan tunduk
melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya. Kedua, senantiasa
berakhlak yang mulia yang dihasilkan dari pelaksanaan syariat Islam tersebut,
senantiasa meningkatkan kemampuan ilmiahnya sehingga benar-benar ahli dangan
bidangnya. Ketiga, mampu berkomunikasi dengan baik pada masyarakat pada
umumnya.
2.5 Tugas dan Peranan Pendidik dalam
Pembelajaran
1. Tugas pendidik
Akhlak
pendidik yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas menghadapi para perserta didik
telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Ibnu khaldun misalnya, berpendapat
bahwa seseorang pendidik hendaknya mendidik secara bertahap, mengulang-ulang
sesuai dengan pokok bahasan dan kesanggupan peserta didik, tidak memaksakan
atau membunuh daya nalar peserta didik, tidak berpindah dari satu topic ketopik
lain sebelum topic pertama dikuasai, tidak memandang kelupaan sebagai suatu
aib, tetapi agar mengatasinya dengan jalan mengulang. Jangan bersikap keras
dengan peserta didik, memilih bidang kajian yang dikuasai peserta didik,
mendekatkan pererta didik pada pencapaian tujuan memperlihatkan tingkat
kesanggupan pererta didik dan menolongna agar mampu memahami pelajaran (Syamsudin,
1984: 83-66)
a. Tugas dalam bidang profesi
Pendidik adalah
orang orang yang bekerja dalam bidang pendidikan yang ikut bertanggung jawab
dalam membantu peserta didik mencapai kedewasaannya, yang tentunya orang-orang
tersebut memiliki keahlian dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan
pendidikan. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan sembarang orang diluar
pendidikan.walaupun kenyataannya masih dilakukan orang diluar pendidikan. Tugas
pendidik sebagai profesi mencakup mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik dan
mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada perserta
didik.
b. Tugas dalam bidang kemanusiaan
Pendidik yang
bersifat membantu mengembangkan potensi peserta didik. meletakan pendidik pada
sosok yang berperan sebagai fasilisatr, dinamisator, danmobilisator. Komunikasi
belajar yang dibagun dalm hal ini adalahkomunikasi dua arah yang sama-sama berfungsi
memberi dan menerima. dalam hal ini pendidik bukanlah segalanya. ia hanyalah
menjadi mitra peserta didik dalm belajar. Buku referinsi, penegtahuan, dan
ilmulah yang harus dikedepankan, sehingga kebenaran bisa saja datang dari
peserta didik sehingga pendidik oun dapat belajar dari peserta didiknya.
c. Tugas dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat
menempatkan pendidik pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena
dari seorang pendidik diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
ini berarti pendidik berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia seutuhnya (insan kamil).
Tugas dan peran pendidik tidaklah terbatas didalam masyarakat, bahkan guru pada
hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan
gerak maju bangsa. Bahkan, keberadaan pendidik merupakan factor yang tidak
mungkin digantikan oleh komponen manapun
dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, terlebih-lebih pada era kontenporer
sekarang ini.
2. Peran pendidik dalam proses
belajar-mengajar
Peran
pendidik sebagai proses belajar-mengajar meliputi banyak hal. Hal yang akan
dikemukan disini adalah peranan yang dianggap paling domain (Basuki dan Ulum,
2007: 104-110)
a. Peran Pendidik sebagai domonstrator
Melalui peran
demonstrator, lecturer atau pengajar, pendidik hendaknya senantiasa menguasai
bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
dikembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya. Disebabkan hal ini akan sangat menentukan hasil bealajar yang
dicapai oleh peserta didik. salah satu yang harus diperhatiakn pendidik, bahwa
ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa pendidik harus belajar
terus-menerus. Dengan cara demikian ini akan memperkaya dirinya dengan ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator, sehingga mampu
memperegangkan apa yang diajarkan secari didaktis, maksudnya, agar apa yang
disampaikan ini betul-betul dimiliki oleh peserta didik.
b. Peran pendidik sebagai pengelola kelas
Dalam perannya
sebagai pengola kelas, pendidik hendaknya mamp mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu
diorganisasi.lingkungan ini diarut dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar
terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan umum adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sementar tujuan khusus adalah mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi
yang memungkinkan peserta didik bekerja dan belajar, serta membantu peserta
didik untuk memperolaeh hasil yang diharapkan.
c. Peran pendidik sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator pendidik hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang mencakip tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Untuk itu,
pendidik tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan tetapi
juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta harus
mengusahakan media itu dengan baik.
Sebagai mediator peserta didik pun menjadi perantara dalam
hubungan antar-manusia. Untuk itu, pendidik harus terampil mempergunakan
pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuan agar pendidik dapt
menciptakan secara maksiamal kualaitas lingkungan yang interaktif.
Sebagai fasilitator, pendidik hendaknya membantu peserta didik
mau dan mampu untuk mencari, mengolah, dan memakai informasi, memperbanyak mutu
pemberian tugas, pekerjaan rumah, ujian, dan lain-lain yang mampu “memaksa”
secara tidak sadar, membiasakan peserta didik untuk mencari dan membaca
berbagai referensi, menggunakan perpustakaan , mengoptimalkan manfaat internet,
menulis laporan dengan computer, dan mempresentasikannya.
d. Peran pendidik sebagai evaluator
Pendidik harus
mengetahui keberhasilan pencapaikan tujuan, penguasaan peserta didik terhadap
pelajaran,serta ketepatan atau
keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya untuk
mengetahui kedudukan peserta didik didalam kelas atau kelompok. Dengan menelaah
pencapaian tujuan pengajaran, pendidik dapat mengetahui apakah proses belajar
–mengajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya.
e. Peran pendidik dalam pengadministrasian
Dalam hubungan
dengan kegiatan pengadministrasian,
seseorang pendidik dapat berperan,sebagai berikut : Pertama, sebagai
pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai kegiatan-kegiatan pendidik. Kedua,
sebagai wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah pendidik
menjadi anggota suatu masyarakat, pendidik harus mencerminkan suasana dan
kemauan masyarakat dalam arti yang baik. Ketiga, sebagai orang yang ahli
dalam mata pelajaran, pendidik bertanggungjawab mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda yang berupa pengetahuan. Keempat, sebagai penegak
disiplin, pendidik harus menjaga adar tercapai suatu disiplin. Kelima ,sebagai
pelaksana administrasi pendidik. Disamping sebagai pengajar, pendidikpun
bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu
melaksanakan kegiatan-kegiatan admisnistrasi. Keenam, sebagai pemimpin
generasi muda. Masa depan peserta didik terletak ditangan pendidik. Ketujuh
,sebagai penerjemah kepada masyarakat, artinya pendidik berperan untuk
menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat,
khususnya masalah-masalah pendidikan.
f. Peran pendidik secara pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self
oriented), seorang pendiidk harus berperan, antara lain (1). Sebagai
petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.
(2), sebagai pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa terus-menerus menuntu ilmu
pengetahuan dengan berbagai cara setiap saat pendidik senantiasa belajar untuk
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. (3) sebagai orangtua, yaitu, mewakili
orang tua murid disekolah dalam pendiidkan anaknya. (4) sebagai pencari
teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk peserta
didik. (5) sebagai pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman
bagi peserta didik.
Dilihat dari peran pendidik secara psikologis, pendidik dipandang
antar lain; (1) Sebagai ahli psikologi pendidikan, yang melaksanakan
tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi, (2) Sebagai seniman dalam
hubungan antara manusia, yaitu orang yang mampu membuat hubungan antara manusia
untuk tujuan tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. (3) Sebagai
pembentuk kelompok, sebagai jalan atau alat dalam pendiidkan. (4) Sebagai katalytic
agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaruan atau
innovator. (5) Sebagai petugas kesehatan mental (Mental Hygiene Worker),
yaitu yang bertanggungjawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya
kesehetan mental peserta didik.
Pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam, sebagai pemegang amanah mendidik dan mengajar,
yang memiliki dua peran sekaligus, yaitu peran transfer knowledge dan transfer
of value. Misi ilmu pengetahuan meniscayakan pendidik untuk menyampaikan
ilmu sesuai dengan perkembangan dan tuntutat masa depan (aspek IQ) sehingga
sebagai generasi yang hidup pada hari ini dan untuk esok hari dan terkait dengan
hari kemarin, peserta didik tidak terputus dari mata rantai yang ada dan
terasing dari dunianya, tetapi justru dapat mengambil inisiatif dan peran
ditengah-tengah masyarakat. Kehidupan sebagai mata rantai yang saling kalindan(benang yg baru dipintal)yang tidak
dapat diputus dari satu sisi untuk menonjolkan satu sisi lainnya. Masa lalu
sebagia bagian sejarah apapun dan bagaimanapun dia, tidak dapat dihapuskan.
Kesadaran akan peran kekinian sebagai sebuah realitas yang harus disadari harus
membangkitkan semangat untuk menatap masa depan dengan realistis. Kesadaran
bahwa sekarang adalah sebuah kenyataaan yang harus ditumbuhkan sehingga peserta
didik tidak terbuai oleh kenangan masa lalu. Keyakinan adanya hari esok sebagai
sebuah kelanjutan perjalanan hidup juga harus ditumbuhkan, sehiingga peserta
didik akan memiliki mimpi dan cita-cita sebagai harapan untuk menatap masa
depan yang lebih baik.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas
sebagai berikut :
v Pendidik dari segi bahasa yaitu; Murabbi,
Mudarris, Mursyid, Muzakki, Mukhlis, Ustadz, Mudarrist,
Mu’allim dan Muad’dib. Sedangkan secara istilah pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam hal
mendidik.
v Kedudukan seorang pendidik : dimuliakan oleh
Alloh Qsebagaimana yang telah dijelaskan dalam (QS al-Mujadilah [58]; 11), karena
seorang pendidiklah yang menentukan kesuksesan seorang peserta didik.
v Syarat-syarat seorang pendidik :pertama,
memiliki keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam. Kedua, menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu
sesuai dengan bidang profesinya. Ketiga, adanya tingkat pendidikan
keguruan yang memadai. Keempat, adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya. Kelima, memungkinkan
perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.
v Sifat-sifat pendidik dalam Islam :pertama,
syarat keagamaan, yaitu patuh dan tunduk melaksanakan syariat Islam dengan
sebaik-baiknya. Kedua, senantiasa berakhlak yang mulia yang dihasilkan
dari pelaksanaan syariat Islam tersebut, senantiasa meningkatkan kemampuan
ilmiahnya sehingga benar-benar ahli dangan bidangnya. Ketiga, mampu
berkomunikasi dengan baik pada masyarakat pada umumnya.
v Tugas dan Peran Pendidik :
Tugas :Tugas dalam bidang profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan.
Peran :pendidik sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, evaluator, pengadministrasian, self oriented,dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis,
2012, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Salim,
Moh Hitami dan Kurniawan Syamsul, 2012, Studi Ilmu Pendidikan Islam,
Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Tafsir
Ahmad, 2011, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Zoerni
Mocthar, 2012, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rosulullah
Solallohualaihi wa salam, Bandung:Irsyad Baitus Salam.
Choiriyah
Ihsan dan al-Atsary Ihsan, 2013, Mencetak Generasi Rabbani, Bogor:Darul
Ilmi Publishing.
[1]Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Kalam Mulia, 2012. Cet 9. Hal. 102
[2]Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, STUDI ILMU PENDIDIKAN
ISLAM, Ar-Ruzz Media, 2012. Hal. 135
[3]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Remaja
Rosdakarya, 2012. Hal. 74.
[4]Sayyid Quthb, Tafsir
fi Zhilalil ’Qu’ran, Gema Insani Press, jilid 11, hal. 270.
[5]ibid
[6]Mochtar Zoerni, 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rosulullah
solallohualaihi wa salam, Irsyad Baitus Salam, 2012. Hal. 23-24.
[7]Moh. Haitami
Salim dan Syamsul Kurniawan, STUDI ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Ar-Ruzz Media,
2012. Hal. 138-141.
[8] Ummu Ihsan
Choiriyah & Abu Ihsan al-Atsary, MENCETAK GENERASI RABBANI,darul
ilmi publishing,2013, Hal. 47-59
[9]Moh. Haitami
Salim dan Syamsul Kurniawan, STUDI ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Ar-Ruzz Media,
2012. Hal. 142-143.
[10] Moh. Haitami
Salim dan Syamsul Kurniawan, STUDI ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Ar-Ruzz Media,
2012. Hal. 144-146.
[11] Menurut
Azzyumardi Azar (1999;59), salahsatu penyebab kemunduran pendiidkan Islam
karena institusi ini lebih banyak terbuai oleh kejayaan Islam masa lalu dan
banyak melupakan program kekinian, sehingga terkesan tidak realistis.
makalah ini anda sndiri yang buat kh?
BalasHapusIni dibuat bareng bareng satu kelompok sama temen kuliah .
Hapus