FIQIH PRAKTIS SHOLAT



1.             Sholat adalah ibadah agung dan mulia, salah satu rukun di antara rukun Islam. Mendirikan sholat merupakan kewajiban, meninggalkannya suatu bentuk kekufuran. Sholat adalah hubungan kedekatan antara hamba dan Alloh ta’ala, di mana hamba bermunajat kepada-Nya, pencegah berbagai kekejian dan kemunkaran, cahaya bagi kaum mu`minin saat berada di dalam kubur dan di padang mahsyar, ruang kegembiraan dan penyejuk jiwa kaum mu`minin serta penghapus berbagai dosa dan kesalahan.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya: {Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.} (Qs. Al Baqoroh [2]:2-3)
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ  وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَالْحَجُّ ))
“Islam dibangun atas lima pilar: Syahadat La Ilaha Illawloh dan syahadat Muhammad Rosululloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum Romadhon dan Haji”. (H.R. Bukhori no: 8 dan Muslim no: 16)
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ ))
“Sesungguhnya antara seseorang dengan syirik dan kekufuran adalah meninggalkan sholat”. (H.R. Muslim no: 987, Abu Daud no: 1658 dan Nasai no: 1/231)
Abdulloh bin Syaqiq rohimahulloh (seorang tabi`in) berkata:
(( كَانَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ اْلأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ ))
“Para shohabat Nabi sholallohu alaihi wassalam tidak pernah berpendapat tentang amalan-amalan yang kalau ditinggalkan menjadi kufur kecuali masalah meninggalkan sholat” (H.R. Tirmidzi no: 2622 dan Ibnu Nashr al-Mirwazi dalam Ta`dzim Qodris Sholat no: 948)
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا صَلَّى يُنَاجِى رَبَّهُ ))
“Sesungguhnya jika salah seorang kalian sedang sholat, sebenarnya dia sedang bermunajat (berbisik) kepada Robb-Nya”. (H.R. Bukhori no: 408)

2.             Sholat harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan syari`ah. Suci tubuh dari junub dan hadas, bersih tempat dan pakaian dari berbagai najis, telah masuk waktu sholat, menutup aurot dengan benar dan sempurna - baik untuk laki-laki maupun wanita - serta berdiri menghadap kiblat dengan baik.
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِطُهُوْرٍ ))
“Tidak dapat diterima sholat tanpa bersuci”.  (H.R. Muslim no: 224)
Alloh ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya: {…Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman} (Qs. An Nisa [4]: 103)
Alloh ta’ala berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Artinya: {Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) mesjid }(Qs. Al A`raf [7]: 31)
Alloh ta’ala berfirman:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Artinya: {Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kalian berada, palingkanlah muka kalian ke arahnya…} (Q.S. Al Baqoroh [2]: 144)

3.             Setiap ibadah harus diniatkan karena beribadah kepada Alloh, bukan karena yang lain-Nya. Niat adalah amalan hati atau jiwa, bukan yang harus diucapkan dengan lisan. Jangan tertipu oleh bisikan takut riya, sehingga kita meninggalkan sholat sampai kita mampu ikhlas. Dirikanlah sholat, walau masih terasa riya. Berjuanglah mengobati riya dengan tetap istiqomah mendirikan sholat.
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ))
“Seluruh amal hanya dengan niat dan seseorang tergantung apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrohnya kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka bernilai hijroh kepada Alloh dan rosul-Nya. Barangsiapa yang hijrohnya untuk dunia yang akan dia capai atau wanita yang hendak dia nikahi, niscaya nilainya tergantung niat hijrahnya”. (H.R. Bukhori no:1 dan Muslim no:1907)

4.             Sholat diawali dengan takbir, yaitu mengucapkan “Allohu Akbar” dengan meletakkan bagian tangan yang kanan di atas bagian tangan yang kiri di atas dada atau antara pusar dan dada. Dilanjutkan dengan membaca do`a istiftah yang mana saja yang diajarkan Rosululloh n. Lalu membaca isti`adzah dan dilanjutkan membaca al-Fatihah dengan bacaan yang baik dan benar serta berusaha memahami makna-maknanya. Kemudian dilanjutkan dengan membaca salah satu suroh dalam al-Qur`an yang mana saja yang mampu dihafal dengan baik.
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda kepada orang yang salah sholatnya:
(( إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ ))
“Jika engkau berdiri hendak sholat, sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah…”. (H.R. Bukhori no:6251 dan Muslim no:397)
Wa’il bin Hujr rodhiallohu anhu berkata :
(( صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ ))
“Aku sholat bersama Rosululloh n dan meletakkan tangan beliau yang kanan di atas tangan beliau yang kiri di atas dada beliau”. (H.R Ibnu Khuzaimah dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Golil: 352)
Sahl bin Sa`ad rodhiallohu anhu berkata :
( كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُوْنَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ )
“Dahulu, para sohabat diperintahkan untuk meletakkan tangan kanannya yang kanan di atas lengannya yang kiri di waktu sholat”. (H.R. Bukhori no: 707)
Aisyah, Abu Sa`id dan shohabat Nabi lain  berkata:
(( أَنَّ النَّبِيَّ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاَةَ قَالَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعاَلَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ ))
“Jika Nabi sholallohu alaihi wassalam membuka sholat, beliau sholallohu alaihi wassalam berdo`a: Subhanaka Allohumma wa bihamdika wa Tabarokas muka wa Ta`ala Jadduka wa La Ilaha Goiruka (Maha Suci Engkau ya Alloh dan dengan memuji-Mu, Maha Berkah nama-Mu, Maha Tinggi Kemuliaan-Mu dan tidak ada Ilah Yang berhak diibadahi selain-Mu)”. (H.R. Abu Daud no:776, Tirmidzi no:243, Nasai no:2/132 dan Ibnu Majah no:806)
`Ubadah bin Somit rodhiallohu anhu berkata : Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
 (( لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بَفَاتِحَةِ الْكِتَابِ ))
“Tidak sah sholat bagi siapa saja yang tidak membaca Fatihatul Kitab (surat alfatihah) ”. (H.R. Bukhori  no:756 dan Muslim no:394)
Abu Qotadah rodhiallohu anhu berkata:
( كَانَ النَّبِيُّ يَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأُوْلَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُوْرَةٍ وَيُسْمِعُنَا الآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِى الرَّكْعَتَيْنِ الأَخِيْرَيْنِ بَفَاتِحَةِ الْكِتَابِ )
“Dahulu, Nabi sholallohu alaihi wassalam di dua roka`at pertama sholat dzuhur dan ashar membaca dengan Fatihatul Kitab dan satu suroh, beliau sholallohu alaihi wassalam terkadang memperdengarkannya kepada kami. Dan di dua roka`at terakhir beliau sholallohu alaihi wassalam membaca Fatihatul Kitab”. (H.R. Bukhori no:759 dan Muslim no:421

5.             Saat melaksanakan ruku`, kedua telapak tangan diletakkan dilutut dengan sedikit menggenggamnya serta mata diarahkan ke tempat sujud. Diupayakan antara kepala dan punggung berada pada posisi rata dan sejajar dalam keadaan tuma`ninah.  Lalu, dianjurkan untuk membaca berbagai do`a ruku` yang diajarkan Rosululloh sholallohu alaihi wassalam dengan benar-benar memahami artinya.
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( لاَ تُجْزِى صَلاَةٌ لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ فِيْهَا صُلْبَهُ فِى الرُّكُوْعِ وَالسُّجُوْدِ ))
“Tidak sempurna sholatnya orang yang tidak meluruskan tulang belakangnya di waktu ruku` dan sujud”. (H.R. Nasai no:2/183, Tirmidzi no:264, Abu Daud no:840 dan Ibnu Majah no:870)

6.             Saat melanjutkan i`tidal dengan mengangkat kedua tangan searah tinggi telinga, maka telapak tangan harus dihadapkan ke arah kiblat. Saat itu harus diiringi dengan mengucapkan “sami`awlohu liman hamidah”. Lalu, dianjurkan untuk menempatkan kembali bagian tangan yang kanan di atas bagian tangan yang kiri yang diletakkan di dada atau antara pusar dan dada. Kemudian, dianjurkan untuk membaca do`a-do`a i`tidal yang diajarkan oleh Rosululloh sholallohu alaihi wassalam.
(( إِذَا قَالَ اْلإِمَامُ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُوْلُوْا: اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ))
“Apabila imam berkata : “sami’allohu liman hamidah”(Alloh mendengar orang yang memujinya) maka katakanlah: Allohuma Robbana walakalhamdu (ya Alloh wahai Robb kami bagimu segala pujian)”. (H.R Bukhori no:763 dan Muslim no:409)
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : (( صَلَّيْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَوَضَعَ يَدَهُ اْلْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ اْليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ ))
Dari wa’il bin hujrin berkata :“saya telah sholat bersama Rosululloh n beliau meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya  diatas dadanya”. (H.R ibn Al-Khuzaimah dan di shohihkan Al-Bani)

7.             Di saat turun hendak sujud, maka dianjurkan melakukannya dengan tenang tanpa terdengar gemuruh suara tubuh yang turun ke tanah, baik didahului oleh telapak tangan terlebih dahulu atau lutut. Lalu, bagian-bagian tubuh: yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari telapak kaki yang menghadap ke kiblat harus menyentuh tanah. Bagian kedua tangan harus agak lebih renggang dari lambung, jangan terlalu dirapatkan serta anak-anak jari tangan rapat. Kemudian, dianjurkan membaca do`a-do`a sujud yang diajarkan Rosululloh sholallohu alaihi wassalam dengan baik dan benar, juga dianjurkan untuk meminta apa saja kepada Alloh ta’ala .
Rosululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda:
(( أُمِرْنَا أَنْ نَسْجُدَ عَلَى سَبْعِ أَعْظُمٍ : عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – وَالْيَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ وَلاَ نَكْفِتُ الثِّيَابَ وَالشَّعْرَ ))
“Kami diperintahkan sujud di atas 7 tulang: Dahi – sambil beliau isyaratkan ke hidung -, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung-ujung jari kaki serta tidak melipat baju atau mengkuncir rambut”. (H.R. Bukhori no:812 dan Muslim no:490)

8.             Saat bangkit setelah sujud, maka melakukan duduk di antara dua sujud. Di saat itu dikenal dengan duduk iftirosy, yaitu mendirikan telapak kaki bagian kanan hingga jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan bagian telapak kaki yang kiri berada di bawah pantat. Untuk kedua tangan berada di atas paha dengan menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat dengan sedikit merenggangkan jari-jarinya.
(( فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ اليُسْرَى وَنَصَبَ اليُمْنَى ))
 “Apabila beliau duduk dirokaat ke dua, duduk diatas kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya”. (H.R. Bukhori no:794)
(( فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنْ وَافتَرِشْ فَخِذَكَ اليُسْرَى ثُمَّ تَشَّهَد‏ْْ ))
Maka apabila kamu duduk dipertengahan sholat (dirokaat kedua) duduk iftirosylah duduk dengan bertekan pada pahamu yang kiri dengan tenang, kemudian bacalah tasyahud”. (Shohih Abu Daud no:448)

9.             Ketika melakukan bangun untuk roka`at selanjutnya, para ulama berbeda pendapat tentang sunnahnya duduk istirahat atau tidak. Begitu pula tentang bangunnya dengan langsung tanpa bertumpu kedua telapak tangan ke tanah atau tidak. Yang pasti kedua-duanya merupakan anjuran saja yang boleh dipilih mana bagian yang mudah untuk dilakukan.
(( إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ عَنِ السَّجْدَةِ الثَّانِيَةِ جَلَسَ وَاعْتَمَدَ عَلَى الْأَرْضِ ثُمَّ قَامَ ))
 “Apabila mengangkat kepalanya dari sujud kedua, ia duduk sambil bertekan pada lantai kemudian bangkit”. (H.R. Bukhori no:437)
عَنْ مَالِكِ بْنِ الْحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْه أَنَّهُ رَأَى اَلنَّبِيَّ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي، فَإِذَا كَانَ فِي وِتْرٍ مِنْ صَلَاتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا.
Dari Malik bin al-huwairitsi rodhiallohu anhu bahwa:” dia melihat Nabi sholallohu alaihi wassalam sholat, apabila beliau selesai dari rokaat ganjil dalam sholatnya, tidak langsung bangun sebelum duduk (istirahat) dengan sempurna”. (H.R. Bukhori no: 823)

10.         Saat melakukan duduk tahiyyat awal dianjurkan duduk iftirasy. Sedangkan untuk duduk akhir dianjurkan untuk duduk tawarruk, yaitu kaki bagian kiri dibaringkan ke tanah di bawah depan bagian pantat, lalu telapak kaki bagian kiri ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Kemudian kedua telapak tangan diletakkan di atas paha dengan memberikan isyarat jari telunjuk, baik digerak-gerakkan atau tidak dari awal hingga akhir. Lalu, dianjurkan untuk membaca tahiyyat, sholawat dan do`a akhir sholat. Setelah itu ditutup salam dua kali ke arah kanan dan ke arah kiri dengan agak mengarahkan muka ke bagian samping hingga terlihat bagian pipinya oleh orang yang ada di belakangnya.
(( كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلَاةِ وَضَعَ كَفَّهُ اليُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ اْليُمْنَى وَقَبِضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ الَّتِي تَلِي اْلإِبْهَامُ وَوَضَعَ كَفَّهُ اْليُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ اْليُسْرَى ))
“Apabila (Rosul sholallohu alaihi wassalam ) duduk dalam sholat meletekkan telapak tangannya yang kanan diatas paha kanan dan menggenggam semua jari-jarinya dan (kemudian) berisyarat dengan jari telunjuknya dan meletakkan telapak tangannya yang kiri diatas paha yang kiri”. (H.R Muslim no:580)
(( إِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ اْلآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ اليُسْرَى وَنَصَبَ الْأُخْرَى عَلَى مَقْعَدِهِ ))
“Apabila beliau duduk dirokaat terakhir beliau mendahulukan kakinya yang kiri dan menancapkan kakinya yang kanan serta duduk diatas lantai”. (H.R. Muslim no.448)
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ إِذَا قَعَدَ لِلتَّشَهُّدِ وَضَعَ يَدَهُ اْليُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ اَلْيُسْرَى وَالْيُمْنَى عَلَى اْليُمْنَى وَعَقَدَ ثَلَاثَةً وَخَمْسِينَ وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ اَلسَّبَّابَةِ.
Dari Ibnu Umar rodhiallohu anhuma  bahwa Rosululloh sholallohu alaihi wassalam  apabila duduk untuk bertasyahud, beliau meletakkan tangannya yang kiri diatas lututnya yang kiri, dan (tangan) kanannya diatas lututnya yang kanan, dan membentuk angka lima puluh tiga, dan menunjukkan jarinya telunjuk”. (H.R. Muslim no:580)
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ   قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِيْنِهِ : (( اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ )) وَعَنْ شِمَالِهِ : (( اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اَللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ))

Dari Wa’il dan bin hujrir odhiallohu anhu berkata : saya sholat bersama Rosululloh sholallohu alaihi wassalam , beliau salam kearah kanannya “assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh”. Dan kearah kirinya “assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh”. (H.R. Abu Daud dengan sanad yang shohih no:997)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.