SEJARAH NIH
SEJARAH PERKEMBANAN ISLAM DI MESIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam mengalami puncak kejayaan di berbagai
aspek dan menjadi kiblat peradaban di dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa
yang berpusat di Bagdad, keturunan Bani Umayyah di Spanyol, dan Dinasti
Fatimiyah di Masir. Ke tiga kerajaan
ini masing-masing ikut andil menyumbangkan paradaban yang bukan hanya mengharumkan nama Islam,
tapi juga menjadi penyebab bangkitnya Eropa (Barat) dari keterbekangan
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kejayaan Islam mulai meredup pada era abad VI – XI M. Puncaknya
pada abad XI M, akhirnya datanglah serangan Pasukan Salib yang mengumandangkan
perang suci yang berlangsung kurang lebih dua abad. Belum sembuh luka yang
diderita umat Islam, muncul lagi serangan yang lebih dahsyat yakni serangan
Jangis Khan dan cucunya Khulagu Khan serta Timur Lenk secara bertubi-tubi dan
mebabi buta. Peradaban Islam porak-poranda, hancur berkeping-keping. Islam
mengalami kemunduran karena serangan tersebut, sementara Eropa (Barat)
mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya Revolusi Industri dan Renaissance
di Dunia Barat. Di saat Islam dalam keadaan lemah itulah sehingga mereka
dijajah.
Hal inilah yang mendorong tokoh-tokoh Islam,
seperti ; Muhammad Ali Pasya, Jamaludin al Afgani, Al-Tahtawi dan Muhammad
Abduh untuk melakukan sebuah pembaharuan, salah satunya dalam hal pendidikan.
Karena pendidikan merupakan sesuatu hal
yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen
masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan Sejarah modernisasi
pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Maka tidak
heran jika peran para tokoh-tokoh Islam ini sangat berpengaruh bagi pembaharuan
perkembangan pendidikan di Mesir.
Dalam Makalah
ini penulis akan membahas tentang sejarah perkembangan dunia pendidikan di
Mesir, karena menurut penulis peradaban dan perkembangan pendidikan di Mesir
sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam khususnya,
dan umumnya di seluruh penjuru dunia ini.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah sejarah pengembangan system
Pendidikan di Mesir?
2. Siapakah tokoh-tokoh pembaharu pengembangan
Pendidikan di Mesir?
3. Apakah tujuan Pendidikan di Mesir?
4. Bagaimanakah system pendidikan di Mesir?
5. Bagaimanakah kurikulum dan metodologi
pengajaran di Mesir?
6.
Apakah rekontruksi system pendidikan di Mesir yang bisa di
implementasikan di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Perkembangan Pendidikan di Mesir
Secarah historis, perkembangan dan pembaharuan
pendidikan di Mesir di mulai pada saat mendaratnya Napolean Bonaparte
(1798-1799) di Mesir karena merekalah yang mengenalkan kemajuan Barat. Di saat
itu, Kerajaan Usmani dan kaum Mamluk yang menguasai mesir sudah sedikit
melemah. Napolean Mendarat di Alexandria
pada tanggal 2 juni 1798 dan keesokan harinya kota pelabuhan yang penting ini
jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu kota yang terletak di sebelah
timur Alaxandria, jatuh pula. Pada tanggal 21 juli tentara Napoleon sampai di
daerah Piramid di dekat Cairo. Pertempuran terjadi di tempat itu dan kaum
Mamluk karena tak sanggup melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari ke
Cairo.[1]
Setelah Napoleon mendarat kurang lebih selama
tiga minggu di Alexandria, pada tanggal 22 juli mereka berhasil menguasai Mesir.
Misi mereka tidak hanya menguasai Mesir saja tetapi juga daerah-daerah Timur
Tengah lainnya juga, namun usaha Napoleon itu tidak berhasil. Pada tanggal 18
Agustus 1799, Napoleon meninggalkan Mesir kembali ke tanah airnya Paris, karena
saat itu perkembangan Politik di Prancis menghendaki kehadirannya. Ekspedisi yang dibawahnya ia tinggalkan di
bawah pimpinan Jendral Kleber.
Pada
tahun 1801 terjadi pertempuran antara Pasukan yang di bawah Napoleon di
Mesir dengan Armada Inggris, kekuatan Prancis di Mesir mengalami kekalahan.
Akhirnya ekspedisi pasukan Napoleon yang di pimpin Jendral Kleber itu
meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.[2]
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa
tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara
kaum sipil terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Napoleon
juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, Yunani. Di Mesir
mereka membentuk suatu lembaga ilmiah bernama Institut Egypte, yang mempunyai
empat bahagian : bahagian Ilmu Pasti, Bahagian Ilmu Alam, Bahagian
Ekonomi-Politik dan bahagian Sastra-Seni.[3]
Dengan Semangat Pembaharuan pasukan
Napoleon selama menduduki Mesir, mulai
lahir-lahir ide-ide baru untuk melakukan pembaharuan dalam Islam dan
meninggalkan keterbelakangan menuju modernisasi di berbagai bidang khususnya
bidang pendidikan. Upaya pembaharuan dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya,
Muhammad Abduh dan pemikir-pemikir lainnya.
2.2. Ekspedisi
Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di mesir
2.2.1.
Ekpedisi Napoleon
Tahun
1798, Napoleon mendarat di Aleksandria. Napoleon berhasil menaklukan mesir dan
penguasa mesir (mamluk) menyingkiran dari Mesir. Kemenangan Napoleon antara lain disebabkan senjata-senjata modern
yang dimilikinya sedangkan penguasa mamluk tidak lagi mendapat simpati dan
bantuan dari rakyat. Ekspedisi napoleon rupanya tidak lama karena situasi
politik di Prancis menyebabkan ia harus kembali pulang. Tahun 1801, semua team
ekpedisi meninggalkan mesir. Namun demikian, ide-ide yang dibawa Napoleon tetap
tinggal di Mesir.
Napoleon datang ke Mesir antara lain dengan
alasan-alasan sebagai berikut:
1.
Mesir adalah jalan timur jauh. Siapa yang
menguasainya berarti menguasai timur jauh. Mesir terletak antara laut merah dan
laut tengah dan merupakan jalan ke timur
2.
Industry telah berkembang di Eropa.
Hasil-hasil industry melimpah sehingga diperlakukan semacam pemasaran. Siapa
yang menguasai Timur berarti menguasai pemasaran. Keadaan itu mengebabkan
timbul persaingan antara Prancis dan Inggris.
3.
Kegagalan Napoleon menyerang Palestina dan
Syria menyebabkan Prancis mengalihkan pandangan ke daerah lain.[4]
2.2.2.
Pengaruh Ekspedisi Napoleon
Pengaruh ekspedisi Napoleon terhadap Mesir
antara lain :
a.
Keadaan Napoleon telah membuka mata orang
Mesir bahwa mereka terbelakang. Islam tidak tinggi lagi sebagaimana mereka
lihat selam ini.
b.
Menyadarkan orang Mesir bahwa anggapan tentang
kebudayaan, ilmu dan kekuatan militer Mamluk satu-satunya yang terbaik telah
buyar. Ilmu pengetahuan prancis jauh lebih tinggi dari ilmu yang mereka punya
selam ini.[5]
c.
Menyadarkan orang Mesir bahwa Mamluk itu bukan
orang Mesir dan orang Mesir lebih berhak berkuasa di negri sendiri.
Sekalipun
jaman ini belum ada pembaharuan, namun rakyat Mesir telah mengenal segi-segi
yang baru, ide-ide baru yang dibawa Napoleon antara lain :
a.
System pemerintahan republik dimana seorang
kepala Negara dipilih untuk jangka tertentu, tunduk kepada undang-undang dasar
dan bisa dijatuhkan oleh parlemen.
b.
Diperkenalkan ide persamaan (egalite),
persaudaraan (fratmite) dan kemerdekaan (liberte) kepada rakyat Mesir.
Sekalipun ketiga hal itu terdapat dalam ajaran Islam, namun tidak tampak
realitanya.
c.
Diperkenalkannya ide kebangsaan. Orang
Perancis adalah satu bangsa, maka orang Mesir juga satu bangsa, selainnya
adalah orang asing.[6]
2.3. Pembaharuan
Pendidikan Islam di Mesir
2.3.1.
Pembaruan Muhammad Ali
a.
Riwayat hidup
Dia
adalah seorang perwira Turky yang dikirim Sultam Salim III (1789-1807) untuk
melawan tentara Napoleon di Mesir.
Keberaniannya membawa dirinya ketangga
sukses. Di saat tentara perancis meninggalkan Mesir atas jeri payah dan
perjuangannya, ia memainkan peran politik yang sukses. Ia mengangkan dirinya
sebagai pasya dan kemudian diakui oleh sultan utsmani pada tahun 1805. Muhammad
Ali Pasya, atas kesuksesan yang dicapainya, kemudian dijuluki sebagai bapak
Negeri Mesir Modern.[7]
b.
Pembaruan Muhammad Ali dalam bidang Pendidikan
1). Membuka
beberapa sekolah modern.
Usaha
pertama yang dilakukannya menyangkut soal ekonomi dan kemajuan militer. Harta
kaum mamluk dan orang kaya Mesir dikuasai. Pembangunan pertanian ditingkatkan
dengan membangun irigasi dan mendatangkan ahli pertanian. Sarana perhubungan
diperbaiki.
Tertarik
dengan kemajuan Barat sebagai kesan yang dibawa ekspedisi Napoleon, ia
membangun sekolah-sekolahan. Pertama kali, ia buka sekolah militer (1815).
Kemudian secara berturut, ia dirikan sekolah tehnik dan sekolah kedokteran
dengan tenaga pengajar dari ahli barat.
2). Mengirim
Mahasiswa belajar keluar negeri.
Muhammad
Ali mengirim para mahasiswa belajar keluar negeri. Diluar negeri mahasiswa
mempelajari bermacam-macam ilmu antara lain yang diperintahkan ilmu kemiliteran
arsitek, kedokteran dan farmasi. Sekalipun mereka tidak diberi kebebasan yang
luas di Eropa namun mereka dapat mempelajari ilmu lain seperti soal kenegaraan,
filsafat, pendidikan dan sebagainya. Hal demikian telah menimbulkan ide-ide
baru dalam berbagai segi kehidupan social dan kemasyarakatan.[8]
3).
Menterjemahkan buku-buku bahasa asing kedalam bahasa Arab.
Muhammad
Ali mengintruksikan agar mahasiswa-mahasiswa Mesir yang berpendidikan Barat
melakukan pula usaha-usaha penterjemahan. Penterjemahan buku-buku asing di
sesuaikan dengan kepentingan sekolah Muhammad Ali. Kemudian bahkan sekolah
penterjemahan dibuka pada tahun 1836.[9]
Dengan demikian sudah barang tentu, perkenalan dengan pemikiran baru dari barat
tidak hanya terbatas dilingkungan mereka yang berpendidikan barat saja. Pemikiran
dan ilmu baru dapat pula diserap oleh mereka yang belum pernah keluar negeri
dan tidak tahu bahasa asing.
2.3.2.
Pembaruan Al-Tahtawi
a. Riwayat
Hidup
Nama
lengkapnya Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi ia lahir di Tanta pada tahun 1801
setelah selesai sekolah di al-Azahar dia dikirim Muhammad Ali Pasya ke Prancis.
Di paris ia belajar bahasa Prancis dimana dalam waktu singkat dapat dikuasai.
Dengan kemampuan tersebut, ia membaca buku-buku sejarah, filsafat yunani, ilmu
hitung dan logika. Bahakan ia juga membaca dan mempelajari pemikiran cara
pemikir Prancis abad ke 19 seperti Voltaire , Condillek, Rouseau, Montesque.[10]
Hal ini menyebabkan ia mempunya pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang.
Selama
di Prancis, ia dapat menterjemahkan 12 buku penting dalam berbagai bidang
seperti sejarah, pertambangan, akhlak dan adat-istiadat, ilmu bumi, tehnik,
hak-hak manusia, kesehatan jasmani dan sebgainya..[11]
Hasil karya tersebut menunjukan bahwa ia mampu dan cakap dalam bidang
penterjemahan. Dan memang diantara orang yang dikirim Muhammad Ali, al-Tahtawi
tercatat sebagai satu-satunya orang yang mengkhususkan dirinya dalam
penterjemahan.[12]
Kegiatan seperti inilah salah satu yang diperlukan Muhammad Ali ketika ia
memerintah Mesir. At-Tahtawi memang dimanfaatkan, bukan hanya untuk kepentingan
pemerintah bahkan juga untuk kepentingan Pemerintah bahkan juga untuk kemajuan
rakyat Mesir.
Dalam
hidupnya, at-Tahtawi pernah menjadi direktur sekolah pernterjemah, sekolah
militer. Penterjemahan dan penulisan pada berbagai surat kabar dan majalah yang
terbit di Mesir. Ia meninggal di Kairo pada tahun 1938.
b. Pemikiran
dan usaha pembaruan al-Tahtawi dalam bidang Pendidikan.
1).
Pemikirannya.
Pokok-pokok pikiran at-Tahtawi
adalah sebagai berikut:
a). Ajaran Islam tidak hanya
mementingkan soal akhirat tetapi juga soal hidup didunia.
b). Syariat harus disesuaikan
dengan pandangan modern dan perkembangan masyarakat.
c). Kaum ulama harus mempelajari
filsafat dan ilmu pengetahun modern agar dapat menyesuaikan syariat dengan
kebutuhan masyarakat modern.
d). Pendidikan harus besifat
universal dan sama bentuknya untuk semua golongan. Wanita harus memperoleh
pendidikan yang sam dengan pria. Istri harus menjadi teman suami dalam hidup,
intelektual dan social bukan hanya untuk tinggal didapur.
e). Umat Islam harus bersifat
dinamis dan meninggalkan sifat statis.[13]
Termasuk dalam bidang pendidikan.
f). Tujuan pendidikan, menurut
al-Tahtawi adalah untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk kecerdasan
dan lebih dari pada itu adalah untuk menanamkan rasa patriotisme. Patriotisme
merupakan dasar utama yang membawa seorang untuk membangun masyarakat maju.[14]
Akan tetapi patriotisme yang dimaksud at-Tahtawi adalah cinta pada tanah tumpah
darah bukan seluruh dunia Islam.[15]
g). Supaya ulama mengerti dunia
modern maka ulama harus mempelajari ilmu pengetahuan modern.[16]
h). Kemajuan barat menurut al-Tahtawi tidaklah
merupakan bahaya. Kebangkitan Prancis dan Eropa bukan untuk kekuatan politik
dan ekspansi, melainkan semata-mata demi ilmu pengetahuan dan kemajuan bidang materi.
Mesir harus mengambil pengetahuan modern tersebut karena pengetahuan barat itu
pada mulanya adalah pengetahuan Islam. Jadi Mesir mengambil kembali kepunyaan
sendiri. Caranya yang terbaik adalah memulai pergaulan dan mengundang mereka
datang ke Mesir untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka miliki.[17]
2) Pembaharuan
pendidikan
Dalam
pendidikan bidang Al-Tahtawi melakukan pembaharuan dalam berbagai bidang aspek
diantara pemikiran pendidikan-pendidikan-nya sebagai berikut:
a)
Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan
Di saat orang
berpendapat bahwa memasukan anak perempuan ke sekolah hukum makruh, Al-Thatawi
mengatakan bahwa anak perempuan harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan
anak laki-laki. Ada tiga alasan yang dikemukakannya:
1)
Untuk kemarmonisan rumah tangga
2)
Supaya wanita dapat bekerja seperti kita
3)
Supaya waktu tidak terbuang percuma untuk
orang-orang yang tidak perlu karena kesepian dalam kehidupan.
b)
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan, menurut Al-Tahtawi adalh untuk
pembentukan kepribadian, tidak hanya
untuk kecerdasan. Dan lebih dari itu, adalah untuk menumbuhkan rasa patriotism
(hub al-wathan). Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa
seseorang untuk membangaun masyarakat maju. Akan tetapi patriotisme, yang di
maksud Al-Thatawi, adalah rasa cinta pada tanah tumpah darah bukan seluruh
dunia isalm. Dengan demikian patriolisme yang dimaksud bukan cinta pada dunia
islam, bukan pula arab, tetapi patriotisme territorial, cinta pada mesir
sebagai tanah kelahirannya. Jadi ada benih kebangsaan (nasionalisme)
c)
Mempelajari Pengetahuan Modern
Kemajuan Barat menurut Al-Thatawi tidak
merupakan bahaya, Kebangkitan prancis dan eropa bukan untuk kekuatan politik
dan ekspansi, melainkan semata-mata demi ilmu pengetahuan dan kemajuan bidang
materi. Mesir harus mengambil pengetahuan modern tersebut karena pengetahuan
Barat itu pda mulanya adalah pergaulan atau mengundang mereka datang ke Mesir
untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka miliki. Disini kelihatan bahwa
Al-Thatawi berpandangan luas dan menerima ide-ide Barat. Barat dinilainya
sebagai pendorong kesadaran akan keterbelakangan umat islam dimasanya.
2.3.3.
Pembaruan Jamaludin al-Afgani
a. Riwayat hidup
Jamaludin lahir di afganistan pada tahun
1839 dan meninggal di Istambul pada 1897. Ia pernah menjadi pembantu pangeran
sebagai penasehat dan kemudian menjadi perdana mentri. Hidupnya
berpindah-pindah karena situasi politik. Dari Afganistan ia pindah ke India
karena Inggris mencampuri masalah dalam negeri Afganistan. Di India ia juga
tidak bebas bergerak karena Inggris sudah berkuasa pula. Pada 1871 dan ia
pindah ke Mesir. Di sana ia terlibat pula soal politik disebabkan Inggris ikut
campur dalam persoalan negeri Mesir. Ia berhasil membentuk partai Nasional.
Semboyan “Mesir untuk Orang Mesir” dikumandangkannya. Akan tetapi, setelah
Taufik diangkat sebagai khedewi atas dukungan partainya, ia di usir keluar dari
Mesir dan pergi ke Paris.
Pada tahun 1889
ia diundang ke Persia untuk menyelesaikan politik antara Rusia – Persia. Pada
tahun 1892, sultan Abdul Hamid mengundang pindah ke Istambul dalam rangka
pelaksanaan rencana politik Islamnya. Akan tetapi kebebasannya di batasi oleh
sultan dan ia tidak dapat keluar dari Istambul. Di sanalah ia mengakhiri
hidupnya.
b. Usaha dan pemikiran al-Afgani dalam
pembaruan pendidikan
1).
Mengadakan seminar-seminar
Di Mesir ia mulai mengadakan
seminar-seminar dimana ia berhubungan dengan para ilmuan bidang-bidang hukum,
filsafat, dan logika, dan cara yang modern dan orisinil. Sejumlah professor
yang ternama dan mahasiswa-mahasiswa al-Azhar berkumpul sekelilingnya.
Seminar-seminar itu umumnya membahas tentang intelektual dan social, yang
memberikan inspirasi kepada gerakan intelektual Islam. Pada periode yang
istimewa itulah terlihat hasil-hasil yang nyata dari perkembangan pembarharuan
ini di Azhar mulai kelihatan.
2).
Menerbitkan majalah
Sewaktu
Jamaludin di buang ke Paris dia mendirikan perkumpulan dan menerbitkan majalah al-Urwah
al-Wusqo.
3).
Mengemukakan sebab-sebab kemunduran umat Islam dan cara perbaikannya.
Soal kemunduran umat Islam
antara lain disebabkan :
a.
Ajaran qodo dan qodar tidak lagi difahami umat
Islam menurut pengertian yang sebenarnya. Umat Islam telah jatuh pada fatalism.
b.
Tersebarnya faham taqlid di kalangan umat
Islam sehingga mereka menjadi jumud.
c.
Tidak adanya kesatuan umat Islam sebagai
akibat lemahnya persaudaraaan Islam.[18]
Usaha
perbaikan kembali umat Islam adalah dengan :
a.
Mempersatukan umat Islam dan menghimpun perbedaan-perbedaan
yang ada diseluruh dunia untuk
mencapai kesatuan kedaulatan Islam di bawah satu pemerintahan.[19]
b.
Melenyapkan pengertian-pengertian yang salah
yang dianut umat Islam dan umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya. Pemerintahan harus dirobah dari corak otokrasi kepada demokrasi.
Syuro harus dilaksanakan dalam pemerintahan.[20]
2.3.4. Muhammad Abduh
a. Riwayat
Hidup
Muhammad
Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849. Pada tahun 1862 ia belajar Agama di
masjid Syaikh Ahmad Ditanta. Semula ia sangat enggan belajar, tetapi karena
dorongan paman ayahnya Syaikh Darwis Khaddar, Abduh menyelesaikan Pelajarannya
di tanta. Tahun 1866 ia meneruskan pelajarannya ke al-Azhar dan tamat pada
tahun 1877. Kemudian diangkat sebagai tenaga pengajar Dar al-Ulum dan al-Azhar.
b. Usaha
pemikiran Muhammad Abdul dalam pembaharuan pendidikan.
1).
Usaha Muhammad Abduh
Selain mengajar mata kuliah ilmu kalam
dan logika di al-Azhar, Muhammad Abduh juga diangkat sebagai dosen tetap di
universitas Dar al-Ulum dan perguruan bahasa. Khedevi pada tahun 1879. Disana
ia mengajar ilmu kalam, sejarah ilmu politik dan kesustraan bahasa Arab. Dalam
mengajar Muhammad Abduh menggunkan metode diskusi untuk mempercepat proses
transformasi intelektual pada anak didiknya. Selain pengusahaan ilmu
pengetahuan, Abduh juga menekankan para mahasiswanya agar tanggap pada situasi
social politik yang sedang berkembang dan kalau perlu mengoreksi terhadap
penyimpangan yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah.
Sebagai akibat pemikiran itu ia diberhentikan oleh Taufik Pasha dari tugas
mengajar di dua perguruan tinggi pemerintah tersebut serata dipulangkan kedesa
tempat kelahirannya. Pada tahun 1880, oleh perdana Menteri Riyadh Pasha, ia
diangkat sebagai salah seorang Redaktur surat kabar pemerintah, Al-waqai’
al-Mishriyyah[21]
tidak lama kemudian ia dipercaya menjadi Editor in Chief (ketua editor).[22]
Muhammad Abduh juga masuk gelanggang politik dan aktif dalam partai Nasional
Mesir (al-Hizb al-Wathan) yang didirikan oleh Jamaluddin al-Afghani,
yang berhasil mengobarkan semangat nasionalisme meski telah diusir dari Mesir
sejak 1879.
Selain bergabung dalam organisasi al-Urwah
al-Watsqa, oleh al-Afghani, Abduh juga diajak mendirikan majalah yang juga
diberinama sama seperti organisasinya merupakan majalah berbahasa arab pertama
yang beredar di Eropa. Akan tetapi majalah tersebut tidak dapat berumur
panjang, Karena kalangan pemerintah kolonial hanya dapat terbit sebanyak 18
edisi dalam waktu 8 bulan. Nomor pertama muncul pada bulan maret 1884 dan nomor
terakhir muncul pada bulan oktober 1884.[23]
Puncak karirnya adalah dikala ia diangkat menjadi mufti besar pada 3 Juni 1899
menggantikan Syaikh Hasunah al-Nadawi. Akhirnya setelah beberapa lamanya. Muhammad
Abduh meninggal dunia pada tanggal 11 Juli 1905. Jenajahnya dikebumikan pada
pemakaman Negara di Cairo Mesir.
2). Beberapa pemikiran Muhammad Abduh dalam
pembaruan pendidikan
a. Menentang
dan menghilangkan dualisme dalam pendidikan.
Gagasan
Abduh yang paling mendasar dalam system pendidikan adalah bahwa ia sangat
menentang system dualisme. Menurutnya, dalam sekolah-sekolah umum harus
diajarkan agama, sedangkan dalma sekolah-sekolah agama harus di ajarkan ilmu
pengetahuan modern. Abdul Mu’in Hamadah mengemukakan bahwa salah satu agenda
pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammad Abduh adalah perlunya perluasan
dalam kajian pengetahuan.[24]
b. Merumuskan tujuan lembaga pendidikan sesui
dengan struktur satuan pendidikan.
Dalam
merumuskan tujuan pendidikan, Muhammad Abduh selalu menghubungkan antara tujuan
yang satu dengan yang lain, baik tujuan akhir maupun tujuan institusional.[25]
c.
Menyusun kurikulum
Muhammad Abdul merumuskan
kurikulum berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tingkat pendidikan dasar dan
menengah dan pendidikan tinggi. Pengorganisasian kurikulum didasarkan pada
pembagian manusia sesuai dengan lapangan pekerjaan yang akan mereka geluti.
Berdasarkan lapangan kerja tersebut ia mencoba merencanakan kurikulum
pendidikan pada setiap tingkat pendidikan tertentu agar setelah anak didik
selesai mengikuti jenjang pendidikan tersebut ia dapat melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tuntunan Agama Islam dan perkembangan jaman.[26]
d.
Memperbaharui metode-metode mengajar
Muhammad Abduh ingin menerapkan
metode baru yaitu metode yang digunakan oleh pamanya Syaikh Darwis dan guruny
Jamaludin al-Afgani yaitu metode pemahaman konsep, yaitu mengajar dengan cara
menjelaskan maksud teks buku yang dibaca. Sehingga anak didik memahami maksud
apa yang dipelajarinya dan tidak merasa bosan untuk belajar, dan metode Tanya
jawab antara murid dengan guru tentang suatu pelajaran yang belum dimengerti
oleh peseta didik, sehingga mereka mereka merasa puas dan bisa memahami teks
yang dibaca.[27]
2.4.
Tujuan Pendidikan di Mesir
Pemerintah Mesir menyatakan bahwa
pengembangan secara ilmiah harus dilakukan dalam sistem pendidikan. Oleh sebab
itu, diputuskan bahwa konsep struktur, fungsi dan manajemen pendidikan semua
harus ditinjau ulang.
Mesir memprogramkan
wajib belajar, Masyarakatnya harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik,
harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat
yang produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan
masyarakat.[28]
Adapun Tujuan-tujuan
utama dari pendidikan di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir
dengan cara yang akan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan
masyarakat yang berubah modern untuk menghadapi tantangan terbarukan, selain
memungkinkan mereka untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari
identitas mereka.
2. Pendidikan
dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta
pembentukan individu-individu yang demokratis.
3. Upaya
pembentukan Negara independen setelah bebas dari penjajahan Barat.[29]
4. Pendidikan juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh,
yaitu menciptakan hubungan fungsional antara produktivitas pendidikan dan
pasar kerja.
5. Pendidikan
harus mampu mengiring masyarakat pada pendidikan sepanjangan hayat melalui
peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri.
6. Pendidikan
harus mencakup pengembangan ilmu dan kemamuan tulis baca, berhitung,
mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas
lingkungan.
2.5. Sistem Pendidikan di Mesir
Sistem
pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler dan
struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan.
Dalam penyeleksian tenaga
pengajar, sebagai lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan,
UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung
tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan
melalui kerjasama dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam
melakukan sertifikasi keahlian guru selepas training.
Sistem Pendidikan
modern di negara Mesir meliputi:[30]
- Sekolah Dasar (Ibtida’i). selama 5 tahun
-
Sekolah Menengah Pertama (I’dadi). Selama 3 tahun
-
Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah). Selama 3 tahun
-
Pendidikan Tinggi. Selama 4-6 tahun.
1. Sistem Sekolah Sekuler (Umum)
Jenjang pertama yang
dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade 1” samapai “Grade5” , dan
jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari
“Grade 6” sampai ”Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib
dalam tahun 1984. Pada sekolah umum tahun pertama (Grade 9) adalah kelas
pertama pada Grade 10 murid harus memilih
antara bidang sains dan non sains (IPA vs Non IPA) untuk Grade 10 dan
11.
Pendidikan tinggi di
universitas institusi spesialisasi lainya mengikuti pendidikan akademik umum.
Pendidikan pada sebagian lembagaa pendidikan tinggi berlangsung selama dua,
empat atau lima tahun tergantung pada program dan bidang yang dipilih.
2. Sistem Sekolah Al-Azhar
Sistem sekolah ini hampir sama dengan sistem sekolah sekuler ada
tingkatan sekolah dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih
mendapat tekanan. Dalam kurikulumya terdapat perbedaan, murid boleh memilih
apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi atau masuk ke sekolah agama
selama dua tahun.
Pada tingkatan universitas, misalnya
terdapat fakultas-fakultas umum konvensional seperti kodokteran, Teknik,
Farmasi, Pertanian dan lain-lain, juga memiliki fakultas Darul ‘Ulum
yang menyelenggarakan studi Islam.[31]
3. Pendidikan Nonformal
Pendidikan Nonformal didefinisikan
sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana diluar sistem pendidikan ini
dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang
tertentu apakah itu anak-anak,generasi muda, atau orang dewasa; apakah mereka
laki-laki atau perempuan, petani, pedagang, atau pengrajin; apakah mereka dari
keluarga orang kaya atau keluarga miskin.[32]
Di mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan ilistrasi.
Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentarikan pada pendidikan
nonformal ada dalam asfek itu.
Sistem
pendidikan Mesir, baik sekolah negeri maupun Al-Azhar, dan pendidikan swasta
lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Al-Quran. Selain itu,
pengajian di mesjid-mesjid bagi jamaah, khususnya anak-anak sekolah juga
berperan penting untuk mendorong warga menghafal Al-Quran, kata Menteri
Zakzouk, yang juga mantan dekan fakultas teologi Universitas Al-Azhar tersebut.
Sistem pendidikan di Mesir, sejak
taman kanak-kanak sudah diwajibkan menghafal Al-Quran. Di Universitas Al-Azhar,
misalnya, bagi mahasiswa Mesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz
(setengah) Al-Quran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun
program S-3, tinggal diuji hafalan sebelumnya.
Kewajiban hafal Al-Quran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing
non-Arab, di mana program S-1 diringankan, yaitu hanya diwajibkan hafal delapan
juz Al-Quran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Al-Quran, sementara program S-3
baru diwajibkan hafal seluruh Al-Quran.
Sementara
itu, Pemerintah Mesir dilaporkan setiap tahun mengalokasikan dana khusus
sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan bagi
penghafal Al-Quran.[33]
Penghargaan itu diberikan setiap peringatan hari-hari Besar Islam bagi pemenang
hifzul (penghafal) Al-Quran, berupa uang tunai maupun dalam bentuk beasiswa dan
tunjangan hidup.
Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.
Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.
2.6. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran di Mesir
Di Mesir, kurikulum adalah
hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para
ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.[34]
Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok
pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan
dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan
kepada Dewan Pendidikan Para universtias yang secara resmi mengesahkan untuk
diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan
disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
Dr. Drs. H. Agustian
Syah Nur, MA, dalam bukunya Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,lebih
jauh menjelaskan bahwa materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau
lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan ara akademisi dan
asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru
mempunyai kebebasan yang aga luas dalam memilih materi pelajaran.
2.7. Rekontruksi Pengembangan Pendidikan di
Mesir
Ketika kita membicarakan system pendidikan di Mesir, baik itu
kurikulmya, tenaga pengajarnya, peserta didiknya dan lain-lain. Maka jika kita
bandingkan dengan Indonesia yang katanya merupakan umat muslim terbesar di
dunia, masih jauh terdapat perbedaan, baik dari segi kualitas pengelolaan
pendidikan, tenaga pengajar, dan kurikulum yang diterapkan masih banyak terjadi
ketidak efektipan.
Untuk itu,
mungkin terdapat banyak hal atau system pengelolaan dalam pendidikan di
Indonesia yang bisa di rekontruksi dan adobsi dari system pengelolaan
pendidikan Mesir dan implementasinya di lapangan. Diantaranya yaitu :
1. Sistem Evaluasi pendidikan di Mesir cukup baik, soal Ujian Nasional mereka berbentuk Essay sedangkan di
Indonesia Pilihan Ganda.
2. Sistem Pengkoreksiannyapun baik, dilembar jawaban tidak di cantumkan nama
siswa sedang di Indonesia di cantumkan. Sistem ini mungkin akan
menghindarkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh guru, dan di
Indonesia ini seringkali terjadi apalagi pada waktu Ujian Nasional.
3. Di Mesir adanya penyesuaian mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan
usia siswa.
4. Melakukan
pendidikan untuk calaon Guru dengan cara yang lebih sekektif. Misalanya, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung
tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal.
5. Semangat
pembeharuan yang begitu kuat tertanam pada generasi-generasi muda-nya, baik pembaharuan
dalam pendidikan, namun juga peradaban dan kebudayaan, maka tidak heran jika
Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat peradaban dunia.
6. Memprioritaskan
kemampuan para peserta didiknya untuk terus mengembangkan dirinya sesuai dengan
minat dan bakatnya.
7. Tenaga
pengajar memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari
pembahasan ini kita dapat tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Sejarah Pembaharuan pendidikan di Mesir di
mulai pada saat mendaratnya Napolean Bonaparte (1798-1799) di Mesir karena
merekalah yang mengenalkan kemajuan Barat.
2.
Tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan di Mesir
yaitu : Muhammad Ali, Jamaluddin al-Afghani, Al-Tahtawi, Muhammad Abduh.
3.
Tujuan Pendidikan di Mesir :
v Menyiapkan dan
mengembangkan warga Mesir dengan cara yang akan membantu mereka untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang berubah modern untuk
menghadapi tantangan terbarukan, selain memungkinkan mereka untuk memahami
dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
v
Pendidikan
dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta
pembentukan individu-individu yang demokratis
v
Upaya
pembentukan Negara independen setelah bebas dari penjajahan Barat
v
Pendidikan
juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh, yaitu menciptakan
hubungan fungsional antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
v
Pendidikan
harus mampu mengiring masyarakat pada pendidikan sepanjangan hayat melalui
peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri.
v
Pendidikan
harus mencakup pengembangan ilmu dan kemamuan tulis baca, berhitung,
mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas
lingkungan.
4. Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur
sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh
Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementrian Agama di
negara-negara lain.
5. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para
profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman. Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata
pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat
sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah
dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Para universtias
yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan,
kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat
atau hal-hal khusus.
6. Rekontruksi dan adobsi dari system pengelolaan pendidikan Mesir dan
implementasinya di Indonesia. Diantaranya yaitu :
v Sistem Evaluasi pendidikan di Mesir cukup baik, soal Ujian Nasional mereka berbentuk Essay sedangkan di
Indonesia Pilihan Ganda.
v Sistem Pengkoreksiannyapun baik, dilembar jawaban tidak di cantumkan nama
siswa sedang di Indonesia di cantumkan. Sistem ini mungkin akan
menghindarkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh guru, dan di
Indonesia ini seringkali terjadi apalagi pada waktu Ujian Nasional.
v Di Mesir adanya penyesuaian mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan
usia siswa.
v Melakukan pendidikan untuk calaon Guru dengan cara yang lebih sekektif.
Misalanya, UNESCO Mesir
mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber
daya manusia Mesir yang handal.
v Semangat pembeharuan yang begitu kuat tertanam pada generasi-generasi
mudahnya, baik pembaharuan dalam pendidikan, namun juga peradaban dan
kebudayaan, maka tidak heran jika Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi
kiblat peradaban dunia.
v Memprioritaskan kemampuan para peserta didiknya untuk terus
mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakatnya.
v
Tenaga
pengajar memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Niasution,
Harun, Prof.Dr.,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan).
Penerbit :Bulan Bintang, Jakarta;1974.
Hamka, Prof.Dr, Sejarah Umat
Islam jilid II. Penerbit:Bulan Bintang, Jakarta;1975.
Nasution, Harun, Prof.Dr, Islam
Rasional (Gagasan dan Pemikiran).Penerbit Mizan,Jakarta;1989.hlm 148-149
http//:bahru90.blogspot.com/2011/10.makalah-pendidikan-di-mesir.html
Hamid, Abdul, Drs.KH.M.Ag dan Yaya,
Drs, M.Ag, Pemikiran Modern dalam Islam. Penerbit:Pustaka
Setia,Bandung;2010.
http//:jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/pendidikan-pada-masa-pembaharuan-di-mesir.
Departemen Agama RI, Belajar
Islam di Timur Tengah..hlm 44
Ramayulis, Prof. Dr. Sejarah
pendidikan Islam. Penerbit : Kalam Mulia, Jakarta; 2012
[1] Prof.Dr.Harun
Nasution,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan). Bulan
Bintang, Jakarta;1974.hlm 29
[2] Ibid.hlm 30
[3] Ibid. hlm 30
[4] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Kalam
Mulia : Jakarta, 2012), hal. 175
[5] Uraian lebih luas lihat . Hazam Zaki
Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terj, (Jakarta:
Bhrata:1969), Hal. 37.
[6] Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Balan Bintang, 1975), hal. 31-33
[7] Philip K. Hitti. History of the Arabs, (The
Mamillan Press & Co, ed.10,1974), hal 722
[8] Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam
sejarah pemikiran dan gerakan, hal. 36-37
[9] Ibid, hal. 38
[10] Albert Hourani, Arabi Thought in the
Liberal Age, 1798-1939, (London : Oxford Univ. Press, 1992),hal.69.
[11] Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam
Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hal.43
[12] Jurji Zaidan, Tarikh Adab al-Lughot
al-Arabiyat, (Bairut: Dar Maktabah al-Hayat, 1967), jilid II, hal. 381
[13] Harun Nasution, Islam ditinjau dari
berbagai aspek (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 98-99
[14] Albert Hourani, Arabi Thought in the
Liberal Age, hal. 78
[15] Harun Nasution, Islam ditinjau dari
berbagai aspek, hal. 49
[16] Albert Hourani, Arabi Thought in the
Liberal Age, hal. 75-76
[17] Ibid, 81
[18] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspek, hal. 54
[19] Rasyid Ridho, Tarikh al-Syaikh Muhammad
Abduh, (Mesir: Al-Manar, 1931), hal. 73
[20] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspek, hal. 56
[21] Al-Waqai al-Misriyyah telah mulai
penerbitannya sejak masa Muhammad Ali Pasha berkuasa (1805-1849) dengan
at-Thatawi sebagai ketuanya.
[22] Lihat, jamal Muhammad Ahmed, the
Interlletual Origius of Egyptian Nasionalism (London :Oxfor Universitas
Press, 1960), 19-20
[23] Ahmad Amin, Zu’amma al-Ishlah fi al-‘Ashr
al-Hadits (Cairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah, 1965), hal. 87-84.
[24] Abdul Mu’in Hamadah, al- Ustad al-Imam
Muhammad Abduh, (Mesir : al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubro, tt),161. Lebih
lanjut Abdul Mu’in Hamadah mengemukakan Agenda pembaruan pendidikan-pendidikan.
[25] Ramayulis, Pembaruan dalam Islam (Batu
sangkar, 1994, fakultas tarbiyah IAIN Imam Bonjol Batu Sangkar, 1994), hal. 30
[26] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam,
hal. 189
[27] Lihat Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat
al-Usul asy Syariah, jilid II
(Beirut : Dar al-Ma’rifat, tt), hal. 549
[29] Departemen
Agama RI, Belajar Islam di Timur Tengah..hlm 44
[32]
Ibid.dharwanto.blogspot.com. dilihat 24/09/13
[33] Ibid.bahru.blogspot.com
[34]
Ibid.dharwanto.blogspot.com.
dilihat 26/09/13 jam 21.00
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.