SEJARAH PERKEMBANAN ISLAM DI MESIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Islam mengalami puncak kejayaan di berbagai aspek dan menjadi kiblat peradaban di dunia ketika Dinasti Abbasiyah berkuasa yang berpusat di Bagdad, keturunan Bani Umayyah di Spanyol, dan Dinasti Fatimiyah di Masir. Ke tiga  kerajaan ini masing-masing ikut andil menyumbangkan paradaban  yang bukan hanya mengharumkan nama Islam, tapi juga menjadi penyebab bangkitnya Eropa (Barat) dari keterbekangan khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
            Kejayaan Islam mulai  meredup pada era abad VI – XI M. Puncaknya pada abad XI M, akhirnya datanglah serangan Pasukan Salib yang mengumandangkan perang suci yang berlangsung kurang lebih dua abad. Belum sembuh luka yang diderita umat Islam, muncul lagi serangan yang lebih dahsyat yakni serangan Jangis Khan dan cucunya Khulagu Khan serta Timur Lenk secara bertubi-tubi dan mebabi buta. Peradaban Islam porak-poranda, hancur berkeping-keping. Islam mengalami kemunduran karena serangan tersebut, sementara Eropa (Barat) mengalami kemajuan yang ditandai dengan adanya Revolusi Industri dan Renaissance di Dunia Barat. Di saat Islam dalam keadaan lemah itulah sehingga mereka dijajah.
Hal inilah yang mendorong tokoh-tokoh Islam, seperti ; Muhammad Ali Pasya, Jamaludin al Afgani, Al-Tahtawi dan Muhammad Abduh untuk melakukan sebuah pembaharuan, salah satunya dalam hal pendidikan. Karena  pendidikan merupakan sesuatu hal yang mutlak ada dan harus dipenuhi dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dimana pendidikan harus bertumpuh pada pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran sertanya dalam mewujudkan Sejarah modernisasi pendidikan di Mesir sangat lekat dengan gerakan pembaharuan Islam. Maka tidak heran jika peran para tokoh-tokoh Islam ini sangat berpengaruh bagi pembaharuan perkembangan pendidikan di Mesir.
Dalam Makalah ini penulis akan membahas tentang sejarah perkembangan dunia pendidikan di Mesir, karena menurut penulis peradaban dan perkembangan pendidikan di Mesir sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam khususnya, dan umumnya di seluruh penjuru dunia ini. 
1.2. Rumusan Masalah
     1.      Bagaimanakah sejarah pengembangan system Pendidikan di Mesir?
     2.      Siapakah tokoh-tokoh pembaharu pengembangan Pendidikan di Mesir?
     3.      Apakah tujuan Pendidikan di Mesir?
     4.      Bagaimanakah system pendidikan di Mesir?
     5.      Bagaimanakah kurikulum dan metodologi pengajaran di Mesir?
     6.      Apakah rekontruksi system pendidikan di Mesir yang bisa di implementasikan di
            Indonesia?











BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Perkembangan Pendidikan di Mesir
Secarah historis, perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Mesir di mulai pada saat mendaratnya Napolean Bonaparte (1798-1799) di Mesir karena merekalah yang mengenalkan kemajuan Barat. Di saat itu, Kerajaan Usmani dan kaum Mamluk yang menguasai mesir sudah sedikit melemah. Napolean Mendarat  di Alexandria pada tanggal 2 juni 1798 dan keesokan harinya kota pelabuhan yang penting ini jatuh. Sembilan hari kemudian, Rasyid, suatu kota yang terletak di sebelah timur Alaxandria, jatuh pula. Pada tanggal 21 juli tentara Napoleon sampai di daerah Piramid di dekat Cairo. Pertempuran terjadi di tempat itu dan kaum Mamluk karena tak sanggup melawan senjata-senjata meriam Napoleon, lari ke Cairo.[1]
Setelah Napoleon mendarat kurang lebih selama tiga minggu di Alexandria, pada tanggal 22 juli mereka berhasil menguasai Mesir. Misi mereka tidak hanya menguasai Mesir saja tetapi juga daerah-daerah Timur Tengah lainnya juga, namun usaha Napoleon itu tidak berhasil. Pada tanggal 18 Agustus 1799, Napoleon meninggalkan Mesir kembali ke tanah airnya Paris, karena saat itu perkembangan Politik di Prancis menghendaki kehadirannya.  Ekspedisi yang dibawahnya ia tinggalkan di bawah pimpinan Jendral Kleber.
Pada  tahun 1801 terjadi pertempuran antara Pasukan yang di bawah Napoleon di Mesir dengan Armada Inggris, kekuatan Prancis di Mesir mengalami kekalahan. Akhirnya ekspedisi pasukan Napoleon yang di pimpin Jendral Kleber itu meninggalkan Mesir pada tanggal 31 Agustus 1801.[2]  
Napoleon datang ke Mesir bukan hanya membawa tentara. Dalam rombongannya terdapat 500 kaum sipil dan 500 wanita. Di antara kaum sipil terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Napoleon juga membawa dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab, Yunani. Di Mesir mereka membentuk suatu lembaga ilmiah bernama Institut Egypte, yang mempunyai empat bahagian : bahagian Ilmu Pasti, Bahagian Ilmu Alam, Bahagian Ekonomi-Politik dan bahagian Sastra-Seni.[3]  
Dengan Semangat Pembaharuan pasukan Napoleon  selama menduduki Mesir, mulai lahir-lahir ide-ide baru untuk melakukan pembaharuan dalam Islam dan meninggalkan keterbelakangan menuju modernisasi di berbagai bidang khususnya bidang pendidikan. Upaya pembaharuan dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, Muhammad Abduh dan pemikir-pemikir lainnya.
2.2. Ekspedisi Napoleon dan pengaruhnya terhadap pembaharuan di mesir
2.2.1. Ekpedisi Napoleon
               Tahun 1798, Napoleon mendarat di Aleksandria. Napoleon berhasil menaklukan mesir dan penguasa mesir (mamluk) menyingkiran dari Mesir. Kemenangan Napoleon  antara lain disebabkan senjata-senjata modern yang dimilikinya sedangkan penguasa mamluk tidak lagi mendapat simpati dan bantuan dari rakyat. Ekspedisi napoleon rupanya tidak lama karena situasi politik di Prancis menyebabkan ia harus kembali pulang. Tahun 1801, semua team ekpedisi meninggalkan mesir. Namun demikian, ide-ide yang dibawa Napoleon tetap tinggal di Mesir.
   Napoleon datang ke Mesir antara lain dengan alasan-alasan sebagai berikut:
1.      Mesir adalah jalan timur jauh. Siapa yang menguasainya berarti menguasai timur jauh. Mesir terletak antara laut merah dan laut tengah dan merupakan jalan ke timur
2.      Industry telah berkembang di Eropa. Hasil-hasil industry melimpah sehingga diperlakukan semacam pemasaran. Siapa yang menguasai Timur berarti menguasai pemasaran. Keadaan itu mengebabkan timbul persaingan antara Prancis dan Inggris.
3.      Kegagalan Napoleon menyerang Palestina dan Syria menyebabkan Prancis mengalihkan pandangan ke daerah lain.[4]
2.2.2. Pengaruh Ekspedisi Napoleon
   Pengaruh ekspedisi Napoleon terhadap Mesir antara lain :
a.       Keadaan Napoleon telah membuka mata orang Mesir bahwa mereka terbelakang. Islam tidak tinggi lagi sebagaimana mereka lihat selam ini.
b.      Menyadarkan orang Mesir bahwa anggapan tentang kebudayaan, ilmu dan kekuatan militer Mamluk satu-satunya yang terbaik telah buyar. Ilmu pengetahuan prancis jauh lebih tinggi dari ilmu yang mereka punya selam ini.[5]
c.       Menyadarkan orang Mesir bahwa Mamluk itu bukan orang Mesir dan orang Mesir lebih berhak berkuasa di negri sendiri.
Sekalipun jaman ini belum ada pembaharuan, namun rakyat Mesir telah mengenal segi-segi yang baru, ide-ide baru yang dibawa Napoleon antara lain :
a.       System pemerintahan republik dimana seorang kepala Negara dipilih untuk jangka tertentu, tunduk kepada undang-undang dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen.
b.      Diperkenalkan ide persamaan (egalite), persaudaraan (fratmite) dan kemerdekaan (liberte) kepada rakyat Mesir. Sekalipun ketiga hal itu terdapat dalam ajaran Islam, namun tidak tampak realitanya.
c.       Diperkenalkannya ide kebangsaan. Orang Perancis adalah satu bangsa, maka orang Mesir juga satu bangsa, selainnya adalah orang asing.[6]

2.3. Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir
2.3.1. Pembaruan Muhammad Ali
     a. Riwayat hidup
                    Dia adalah seorang perwira Turky yang dikirim Sultam Salim III (1789-1807) untuk melawan tentara Napoleon di Mesir.
        Keberaniannya membawa dirinya ketangga sukses. Di saat tentara perancis meninggalkan Mesir atas jeri payah dan perjuangannya, ia memainkan peran politik yang sukses. Ia mengangkan dirinya sebagai pasya dan kemudian diakui oleh sultan utsmani pada tahun 1805. Muhammad Ali Pasya, atas kesuksesan yang dicapainya, kemudian dijuluki sebagai bapak Negeri Mesir Modern.[7]
     b. Pembaruan Muhammad Ali dalam bidang Pendidikan
1). Membuka beberapa sekolah modern.
                        Usaha pertama yang dilakukannya menyangkut soal ekonomi dan kemajuan militer. Harta kaum mamluk dan orang kaya Mesir dikuasai. Pembangunan pertanian ditingkatkan dengan membangun irigasi dan mendatangkan ahli pertanian. Sarana perhubungan diperbaiki.
                        Tertarik dengan kemajuan Barat sebagai kesan yang dibawa ekspedisi Napoleon, ia membangun sekolah-sekolahan. Pertama kali, ia buka sekolah militer (1815). Kemudian secara berturut, ia dirikan sekolah tehnik dan sekolah kedokteran dengan tenaga pengajar dari ahli barat.
2). Mengirim Mahasiswa belajar keluar negeri.
                        Muhammad Ali mengirim para mahasiswa belajar keluar negeri. Diluar negeri mahasiswa mempelajari bermacam-macam ilmu antara lain yang diperintahkan ilmu kemiliteran arsitek, kedokteran dan farmasi. Sekalipun mereka tidak diberi kebebasan yang luas di Eropa namun mereka dapat mempelajari ilmu lain seperti soal kenegaraan, filsafat, pendidikan dan sebagainya. Hal demikian telah menimbulkan ide-ide baru dalam berbagai segi kehidupan social dan kemasyarakatan.[8]           
3). Menterjemahkan buku-buku bahasa asing kedalam bahasa Arab.
                        Muhammad Ali mengintruksikan agar mahasiswa-mahasiswa Mesir yang berpendidikan Barat melakukan pula usaha-usaha penterjemahan. Penterjemahan buku-buku asing di sesuaikan dengan kepentingan sekolah Muhammad Ali. Kemudian bahkan sekolah penterjemahan dibuka pada tahun 1836.[9] Dengan demikian sudah barang tentu, perkenalan dengan pemikiran baru dari barat tidak hanya terbatas dilingkungan mereka yang berpendidikan barat saja. Pemikiran dan ilmu baru dapat pula diserap oleh mereka yang belum pernah keluar negeri dan tidak tahu bahasa asing.
2.3.2. Pembaruan Al-Tahtawi
a. Riwayat Hidup
               Nama lengkapnya Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi ia lahir di Tanta pada tahun 1801 setelah selesai sekolah di al-Azahar dia dikirim Muhammad Ali Pasya ke Prancis. Di paris ia belajar bahasa Prancis dimana dalam waktu singkat dapat dikuasai. Dengan kemampuan tersebut, ia membaca buku-buku sejarah, filsafat yunani, ilmu hitung dan logika. Bahakan ia juga membaca dan mempelajari pemikiran cara pemikir Prancis abad ke 19 seperti Voltaire , Condillek, Rouseau, Montesque.[10] Hal ini menyebabkan ia mempunya pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang.
               Selama di Prancis, ia dapat menterjemahkan 12 buku penting dalam berbagai bidang seperti sejarah, pertambangan, akhlak dan adat-istiadat, ilmu bumi, tehnik, hak-hak manusia, kesehatan jasmani dan sebgainya..[11] Hasil karya tersebut menunjukan bahwa ia mampu dan cakap dalam bidang penterjemahan. Dan memang diantara orang yang dikirim Muhammad Ali, al-Tahtawi tercatat sebagai satu-satunya orang yang mengkhususkan dirinya dalam penterjemahan.[12] Kegiatan seperti inilah salah satu yang diperlukan Muhammad Ali ketika ia memerintah Mesir. At-Tahtawi memang dimanfaatkan, bukan hanya untuk kepentingan pemerintah bahkan juga untuk kepentingan Pemerintah bahkan juga untuk kemajuan rakyat Mesir.
               Dalam hidupnya, at-Tahtawi pernah menjadi direktur sekolah pernterjemah, sekolah militer. Penterjemahan dan penulisan pada berbagai surat kabar dan majalah yang terbit di Mesir. Ia meninggal di Kairo pada tahun 1938.
b. Pemikiran dan usaha pembaruan al-Tahtawi dalam bidang Pendidikan.
1). Pemikirannya.
            Pokok-pokok pikiran at-Tahtawi adalah sebagai berikut:
a). Ajaran Islam tidak hanya mementingkan soal akhirat tetapi juga soal hidup didunia.
b). Syariat harus disesuaikan dengan pandangan modern dan perkembangan masyarakat.
c). Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahun modern agar dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan masyarakat modern.
d). Pendidikan harus besifat universal dan sama bentuknya untuk semua golongan. Wanita harus memperoleh pendidikan yang sam dengan pria. Istri harus menjadi teman suami dalam hidup, intelektual dan social bukan hanya untuk tinggal didapur.
e). Umat Islam harus bersifat dinamis dan meninggalkan sifat statis.[13] Termasuk dalam bidang pendidikan.
f). Tujuan pendidikan, menurut al-Tahtawi adalah untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk kecerdasan dan lebih dari pada itu adalah untuk menanamkan rasa patriotisme. Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seorang untuk membangun masyarakat maju.[14] Akan tetapi patriotisme yang dimaksud at-Tahtawi adalah cinta pada tanah tumpah darah bukan seluruh dunia Islam.[15]
g). Supaya ulama mengerti dunia modern maka ulama harus mempelajari ilmu pengetahuan modern.[16]
h). Kemajuan barat menurut al-Tahtawi tidaklah merupakan bahaya. Kebangkitan Prancis dan Eropa bukan untuk kekuatan politik dan ekspansi, melainkan semata-mata demi ilmu pengetahuan dan kemajuan bidang materi. Mesir harus mengambil pengetahuan modern tersebut karena pengetahuan barat itu pada mulanya adalah pengetahuan Islam. Jadi Mesir mengambil kembali kepunyaan sendiri. Caranya yang terbaik adalah memulai pergaulan dan mengundang mereka datang ke Mesir untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka miliki.[17]
2) Pembaharuan pendidikan
               Dalam pendidikan bidang Al-Tahtawi melakukan pembaharuan dalam berbagai bidang aspek diantara pemikiran pendidikan-pendidikan-nya sebagai berikut:
a)      Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan
Di saat orang berpendapat bahwa memasukan anak perempuan ke sekolah hukum makruh, Al-Thatawi mengatakan bahwa anak perempuan harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Ada tiga alasan yang dikemukakannya:
1)      Untuk kemarmonisan rumah tangga
2)      Supaya wanita dapat bekerja seperti kita
3)      Supaya waktu tidak terbuang percuma untuk orang-orang yang tidak perlu karena kesepian dalam kehidupan.
b)      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan, menurut Al-Tahtawi adalh untuk pembentukan kepribadian, tidak hanya untuk kecerdasan. Dan lebih dari itu, adalah untuk menumbuhkan rasa patriotism (hub al-wathan). Patriotisme merupakan dasar utama yang membawa seseorang untuk membangaun masyarakat maju. Akan tetapi patriotisme, yang di maksud Al-Thatawi, adalah rasa cinta pada tanah tumpah darah bukan seluruh dunia isalm. Dengan demikian patriolisme yang dimaksud bukan cinta pada dunia islam, bukan pula arab, tetapi patriotisme territorial, cinta pada mesir sebagai tanah kelahirannya. Jadi ada benih kebangsaan (nasionalisme)
c)      Mempelajari Pengetahuan Modern
Kemajuan Barat menurut Al-Thatawi tidak merupakan bahaya, Kebangkitan prancis dan eropa bukan untuk kekuatan politik dan ekspansi, melainkan semata-mata demi ilmu pengetahuan dan kemajuan bidang materi. Mesir harus mengambil pengetahuan modern tersebut karena pengetahuan Barat itu pda mulanya adalah pergaulan atau mengundang mereka datang ke Mesir untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang mereka miliki. Disini kelihatan bahwa Al-Thatawi berpandangan luas dan menerima ide-ide Barat. Barat dinilainya sebagai pendorong kesadaran akan keterbelakangan umat islam dimasanya.
2.3.3. Pembaruan Jamaludin al-Afgani
     a. Riwayat hidup
        Jamaludin lahir di afganistan pada tahun 1839 dan meninggal di Istambul pada 1897. Ia pernah menjadi pembantu pangeran sebagai penasehat dan kemudian menjadi perdana mentri. Hidupnya berpindah-pindah karena situasi politik. Dari Afganistan ia pindah ke India karena Inggris mencampuri masalah dalam negeri Afganistan. Di India ia juga tidak bebas bergerak karena Inggris sudah berkuasa pula. Pada 1871 dan ia pindah ke Mesir. Di sana ia terlibat pula soal politik disebabkan Inggris ikut campur dalam persoalan negeri Mesir. Ia berhasil membentuk partai Nasional. Semboyan “Mesir untuk Orang Mesir” dikumandangkannya. Akan tetapi, setelah Taufik diangkat sebagai khedewi atas dukungan partainya, ia di usir keluar dari Mesir dan pergi ke Paris.
                                Pada tahun 1889 ia diundang ke Persia untuk menyelesaikan politik antara Rusia – Persia. Pada tahun 1892, sultan Abdul Hamid mengundang pindah ke Istambul dalam rangka pelaksanaan rencana politik Islamnya. Akan tetapi kebebasannya di batasi oleh sultan dan ia tidak dapat keluar dari Istambul. Di sanalah ia mengakhiri hidupnya.
     b. Usaha dan pemikiran al-Afgani dalam pembaruan pendidikan
            1). Mengadakan seminar-seminar
             Di Mesir ia mulai mengadakan seminar-seminar dimana ia berhubungan dengan para ilmuan bidang-bidang hukum, filsafat, dan logika, dan cara yang modern dan orisinil. Sejumlah professor yang ternama dan mahasiswa-mahasiswa al-Azhar berkumpul sekelilingnya. Seminar-seminar itu umumnya membahas tentang intelektual dan social, yang memberikan inspirasi kepada gerakan intelektual Islam. Pada periode yang istimewa itulah terlihat hasil-hasil yang nyata dari perkembangan pembarharuan ini di Azhar mulai kelihatan.
            2). Menerbitkan majalah
Sewaktu Jamaludin di buang ke Paris dia mendirikan perkumpulan dan menerbitkan majalah al-Urwah al-Wusqo.
            3). Mengemukakan sebab-sebab kemunduran umat Islam dan cara perbaikannya.
                 Soal kemunduran umat Islam antara lain disebabkan :
a.       Ajaran qodo dan qodar tidak lagi difahami umat Islam menurut pengertian yang sebenarnya. Umat Islam telah jatuh pada fatalism.
b.      Tersebarnya faham taqlid di kalangan umat Islam sehingga mereka menjadi jumud.
c.       Tidak adanya kesatuan umat Islam sebagai akibat lemahnya persaudaraaan Islam.[18]
Usaha perbaikan kembali umat Islam adalah dengan :
a.       Mempersatukan umat Islam dan menghimpun perbedaan-perbedaan yang ada diseluruh dunia untuk mencapai kesatuan kedaulatan Islam di bawah satu pemerintahan.[19]
b.      Melenyapkan pengertian-pengertian yang salah yang dianut umat Islam dan umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Pemerintahan harus dirobah dari corak otokrasi kepada demokrasi. Syuro harus dilaksanakan dalam pemerintahan.[20]
2.3.4. Muhammad Abduh
a. Riwayat Hidup
              Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849. Pada tahun 1862 ia belajar Agama di masjid Syaikh Ahmad Ditanta. Semula ia sangat enggan belajar, tetapi karena dorongan paman ayahnya Syaikh Darwis Khaddar, Abduh menyelesaikan Pelajarannya di tanta. Tahun 1866 ia meneruskan pelajarannya ke al-Azhar dan tamat pada tahun 1877. Kemudian diangkat sebagai tenaga pengajar Dar al-Ulum dan al-Azhar.
b. Usaha pemikiran Muhammad Abdul dalam pembaharuan pendidikan.
              1). Usaha Muhammad Abduh
          Selain mengajar mata kuliah ilmu kalam dan logika di al-Azhar, Muhammad Abduh juga diangkat sebagai dosen tetap di universitas Dar al-Ulum dan perguruan bahasa. Khedevi pada tahun 1879. Disana ia mengajar ilmu kalam, sejarah ilmu politik dan kesustraan bahasa Arab. Dalam mengajar Muhammad Abduh menggunkan metode diskusi untuk mempercepat proses transformasi intelektual pada anak didiknya. Selain pengusahaan ilmu pengetahuan, Abduh juga menekankan para mahasiswanya agar tanggap pada situasi social politik yang sedang berkembang dan kalau perlu mengoreksi terhadap penyimpangan yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah. Sebagai akibat pemikiran itu ia diberhentikan oleh Taufik Pasha dari tugas mengajar di dua perguruan tinggi pemerintah tersebut serata dipulangkan kedesa tempat kelahirannya. Pada tahun 1880, oleh perdana Menteri Riyadh Pasha, ia diangkat sebagai salah seorang Redaktur surat kabar pemerintah, Al-waqai’ al-Mishriyyah[21] tidak lama kemudian ia dipercaya menjadi Editor in Chief  (ketua editor).[22] Muhammad Abduh juga masuk gelanggang politik dan aktif dalam partai Nasional Mesir (al-Hizb al-Wathan) yang didirikan oleh Jamaluddin al-Afghani, yang berhasil mengobarkan semangat nasionalisme meski telah diusir dari Mesir sejak 1879.
          Selain bergabung dalam organisasi al-Urwah al-Watsqa, oleh al-Afghani, Abduh juga diajak mendirikan majalah yang juga diberinama sama seperti organisasinya merupakan majalah berbahasa arab pertama yang beredar di Eropa. Akan tetapi majalah tersebut tidak dapat berumur panjang, Karena kalangan pemerintah kolonial hanya dapat terbit sebanyak 18 edisi dalam waktu 8 bulan. Nomor pertama muncul pada bulan maret 1884 dan nomor terakhir muncul pada bulan oktober 1884.[23] Puncak karirnya adalah dikala ia diangkat menjadi mufti besar pada 3 Juni 1899 menggantikan Syaikh Hasunah al-Nadawi. Akhirnya setelah beberapa lamanya. Muhammad Abduh meninggal dunia pada tanggal 11 Juli 1905. Jenajahnya dikebumikan pada pemakaman Negara di Cairo Mesir.
2). Beberapa pemikiran Muhammad Abduh dalam pembaruan pendidikan
a. Menentang dan menghilangkan dualisme dalam pendidikan.
                 Gagasan Abduh yang paling mendasar dalam system pendidikan adalah bahwa ia sangat menentang system dualisme. Menurutnya, dalam sekolah-sekolah umum harus diajarkan agama, sedangkan dalma sekolah-sekolah agama harus di ajarkan ilmu pengetahuan modern. Abdul Mu’in Hamadah mengemukakan bahwa salah satu agenda pembaharuan pendidikan yang dilakukan Muhammad Abduh adalah perlunya perluasan dalam kajian pengetahuan.[24]
b. Merumuskan tujuan lembaga pendidikan sesui dengan struktur satuan pendidikan.
                 Dalam merumuskan tujuan pendidikan, Muhammad Abduh selalu menghubungkan antara tujuan yang satu dengan yang lain, baik tujuan akhir maupun tujuan institusional.[25]
     c. Menyusun kurikulum
                 Muhammad Abdul merumuskan kurikulum berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tingkat pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan tinggi. Pengorganisasian kurikulum didasarkan pada pembagian manusia sesuai dengan lapangan pekerjaan yang akan mereka geluti. Berdasarkan lapangan kerja tersebut ia mencoba merencanakan kurikulum pendidikan pada setiap tingkat pendidikan tertentu agar setelah anak didik selesai mengikuti jenjang pendidikan tersebut ia dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntunan Agama Islam dan perkembangan jaman.[26]
     d. Memperbaharui metode-metode mengajar
                 Muhammad Abduh ingin menerapkan metode baru yaitu metode yang digunakan oleh pamanya Syaikh Darwis dan guruny Jamaludin al-Afgani yaitu metode pemahaman konsep, yaitu mengajar dengan cara menjelaskan maksud teks buku yang dibaca. Sehingga anak didik memahami maksud apa yang dipelajarinya dan tidak merasa bosan untuk belajar, dan metode Tanya jawab antara murid dengan guru tentang suatu pelajaran yang belum dimengerti oleh peseta didik, sehingga mereka mereka merasa puas dan bisa memahami teks yang dibaca.[27]

2.4.    Tujuan Pendidikan di Mesir
               Pemerintah Mesir menyatakan bahwa pengembangan secara ilmiah harus dilakukan dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu, diputuskan bahwa konsep struktur, fungsi dan manajemen pendidikan semua harus ditinjau ulang.
Mesir memprogramkan wajib belajar, Masyarakatnya harus pandai dalam hal baca tulis dan terdidik, harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menjadi masyarakat yang produktif, pendidikan juga harus fleksibel, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat.[28]
Adapun Tujuan-tujuan utama dari pendidikan di Mesir adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dengan cara yang akan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang berubah modern untuk menghadapi tantangan terbarukan, selain memungkinkan mereka untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
2. Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta pembentukan individu-individu yang demokratis.
3. Upaya pembentukan Negara independen setelah bebas dari penjajahan Barat.[29]
4.  Pendidikan juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
5. Pendidikan harus mampu mengiring masyarakat pada pendidikan sepanjangan hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri.
6.  Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemamuan tulis baca, berhitung, mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.

   2.5.    Sistem Pendidikan di Mesir
            Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan.
            Dalam penyeleksian tenaga pengajar, sebagai lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal. Training ini diselenggarakan melalui kerjasama dengan perusahan-perusahaan besar yang berperan dalam melakukan sertifikasi keahlian guru selepas training.
Sistem Pendidikan modern di negara Mesir meliputi:[30]
-     Sekolah Dasar (Ibtida’i). selama 5 tahun
-      Sekolah Menengah Pertama (I’dadi). Selama 3 tahun
-      Sekolah Menengah Atas (Tsanawiyah ‘Ammah). Selama 3 tahun
-      Pendidikan Tinggi. Selama 4-6 tahun.
1.  Sistem Sekolah Sekuler (Umum)
Jenjang pertama yang dikenal dengan “Sekolah Dasar” mulai dari “Grade 1” samapai “Grade5” , dan jenjang kedua, yang dikenal dengan “Sekolah Persiapan”, mulai dari “Grade 6” sampai ”Grade” 8. Sekolah persiapan ini baru menjadi pendidikan wajib dalam tahun 1984. Pada sekolah umum tahun pertama (Grade 9) adalah kelas pertama pada Grade 10 murid harus memilih  antara bidang sains dan non sains (IPA vs Non IPA) untuk Grade 10 dan 11.
Pendidikan tinggi di universitas institusi spesialisasi lainya mengikuti pendidikan akademik umum. Pendidikan pada sebagian lembagaa pendidikan tinggi berlangsung selama dua, empat atau lima tahun tergantung pada program dan bidang yang dipilih.
2.  Sistem Sekolah Al-Azhar
    Sistem sekolah ini hampir sama dengan sistem sekolah sekuler ada tingkatan sekolah dasar. Perbedaannya ialah bahwa pendidikan agama Islam lebih mendapat tekanan. Dalam kurikulumya terdapat perbedaan, murid boleh memilih apakah ingin masuk ke sekolah umum dua tahun lagi atau masuk ke sekolah agama selama dua tahun.
      Pada tingkatan universitas, misalnya terdapat fakultas-fakultas umum konvensional seperti kodokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian dan lain-lain, juga memiliki fakultas Darul ‘Ulum yang menyelenggarakan studi Islam.[31]
3. Pendidikan Nonformal
      Pendidikan Nonformal didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pendidikan terencana diluar sistem pendidikan ini dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi kelompok-kelompok orang tertentu apakah itu anak-anak,generasi muda, atau orang dewasa; apakah mereka laki-laki atau perempuan, petani, pedagang, atau pengrajin; apakah mereka dari keluarga orang kaya atau keluarga miskin.[32] Di mesir, pendidikan nonformal terutama dikaitkan dengan penghapusan ilistrasi. Dengan demikian, kebanyakan program lebih dikonsentarikan pada pendidikan nonformal ada dalam asfek itu.
              Sistem pendidikan Mesir, baik sekolah negeri maupun Al-Azhar, dan pendidikan swasta lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Al-Quran. Selain itu, pengajian di mesjid-mesjid bagi jamaah, khususnya anak-anak sekolah juga berperan penting untuk mendorong warga menghafal Al-Quran, kata Menteri Zakzouk, yang juga mantan dekan fakultas teologi Universitas Al-Azhar tersebut.
             Sistem pendidikan di Mesir, sejak taman kanak-kanak sudah diwajibkan menghafal Al-Quran. Di Universitas Al-Azhar, misalnya, bagi mahasiswa Mesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah) Al-Quran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun program S-3, tinggal diuji hafalan sebelumnya.
              Kewajiban hafal Al-Quran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing non-Arab, di mana program S-1 diringankan, yaitu hanya diwajibkan hafal delapan juz Al-Quran, dan program S-2 sebanyak 15 juz Al-Quran, sementara program S-3 baru diwajibkan hafal seluruh Al-Quran.
              Sementara itu, Pemerintah Mesir dilaporkan setiap tahun mengalokasikan dana khusus sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan bagi penghafal Al-Quran.[33] Penghargaan itu diberikan setiap peringatan hari-hari Besar Islam bagi pemenang hifzul (penghafal) Al-Quran, berupa uang tunai maupun dalam bentuk beasiswa dan tunjangan hidup.
Sudah menjadi tradisi di negeri Seribu Menara itu, perlombaan hafal Al-Quran di setiap hari-hari besar Islam dilakukan secara serentak dari tingkat pusat hingga ke daerah-daerah.
   2.6.  Kurikulum dan Metodologi Pengajaran di Mesir
                        Di Mesir, kurikulum adalah hasil pekerjaan tim. Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.[34] Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Para universtias yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
                        Dr. Drs. H. Agustian Syah Nur, MA, dalam bukunya Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara,lebih jauh menjelaskan bahwa materi pelajaran disiapkan oleh berbagai badan atau lembaga-lembaga termasuk panitia kurikulum dari semua jurusan ara akademisi dan asosiasi guru mata pelajaran. Pada umumnya sekolah dan masing-masing guru mempunyai kebebasan yang aga luas dalam memilih materi pelajaran.

   2.7.   Rekontruksi Pengembangan Pendidikan di Mesir
                        Ketika kita membicarakan system pendidikan di Mesir, baik itu kurikulmya, tenaga pengajarnya, peserta didiknya dan lain-lain. Maka jika kita bandingkan dengan Indonesia yang katanya merupakan umat muslim terbesar di dunia, masih jauh terdapat perbedaan, baik dari segi kualitas pengelolaan pendidikan, tenaga pengajar, dan kurikulum yang diterapkan masih banyak terjadi ketidak efektipan.
                        Untuk itu, mungkin terdapat banyak hal atau system pengelolaan dalam pendidikan di Indonesia yang bisa di rekontruksi dan adobsi dari system pengelolaan pendidikan Mesir dan implementasinya di lapangan. Diantaranya yaitu :
1.   Sistem Evaluasi pendidikan di Mesir cukup baik, soal Ujian Nasional mereka berbentuk Essay sedangkan di Indonesia Pilihan Ganda.
2.   Sistem Pengkoreksiannyapun baik, dilembar jawaban tidak di cantumkan nama siswa sedang di Indonesia di cantumkan. Sistem ini mungkin akan menghindarkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh guru, dan di Indonesia ini seringkali terjadi apalagi pada waktu Ujian Nasional.
3.    Di Mesir adanya penyesuaian mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan usia siswa.
4.  Melakukan pendidikan untuk calaon Guru dengan cara yang lebih sekektif. Misalanya, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal.
5. Semangat pembeharuan yang begitu kuat tertanam pada generasi-generasi muda-nya, baik pembaharuan dalam pendidikan, namun juga peradaban dan kebudayaan, maka tidak heran jika Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat peradaban dunia.
6. Memprioritaskan kemampuan para peserta didiknya untuk terus mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakatnya.
7. Tenaga pengajar memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Dari pembahasan ini kita dapat tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Sejarah Pembaharuan pendidikan di Mesir di mulai pada saat mendaratnya Napolean Bonaparte (1798-1799) di Mesir karena merekalah yang mengenalkan kemajuan Barat.
2.      Tokoh-tokoh pembaharuan pendidikan di Mesir yaitu : Muhammad Ali, Jamaluddin al-Afghani, Al-Tahtawi, Muhammad Abduh.
3.      Tujuan Pendidikan di Mesir :
v  Menyiapkan dan mengembangkan warga Mesir dengan cara yang akan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat yang berubah modern untuk menghadapi tantangan terbarukan, selain memungkinkan mereka untuk memahami dimensi religius, nasional, dan budaya dari identitas mereka.
v  Pendidikan dimaksudkan untuk menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan serta pembentukan individu-individu yang demokratis
v  Upaya pembentukan Negara independen setelah bebas dari penjajahan Barat
v  Pendidikan juga dimaksud sebagai pembangunan bangsa secara menyeluruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional antara produktivitas pendidikan dan pasar kerja.
v  Pendidikan harus mampu mengiring masyarakat pada pendidikan sepanjangan hayat melalui peningkatan diri dan pendidikan diri sendiri.
v  Pendidikan harus mencakup pengembangan ilmu dan kemamuan tulis baca, berhitung, mempelajari bahasa-bahasa selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.
4.      Sistem pendidikan mesir mempunyai dua struktur parallel : struktur sekuler dan struktur keagamaan Al-Azhar. Struktur sekuler diatur oleh Kementrian Pendidikan. Struktur Al-Azhar dilaksanakan oleh kementrian Agama di negara-negara lain.



5.      Tim kurikulum terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan guru-guru yang berpengalaman.  Biasanya ada sebuah panitia untuk setiap mata pelajaran atau kelompok pelajaran, dan ketua-ketua panitia ini diundang rapat sehingga segala keputusan dapat di koordinasikan. Kurikulum yang sudah dihasilkan oleh panitia diserahkan kepada Dewan Pendidikan Para universtias yang secara resmi mengesahkan untuk diimplementasikan. Berdasarkan peraturan, kurikulum dapat diubah dan disesuaikan untuk mengakomodasikan kondisi setempat atau hal-hal khusus.
6.      Rekontruksi dan adobsi dari system pengelolaan pendidikan Mesir dan implementasinya di Indonesia. Diantaranya yaitu :
v  Sistem Evaluasi pendidikan di Mesir cukup baik, soal Ujian Nasional mereka berbentuk Essay sedangkan di Indonesia Pilihan Ganda.
v  Sistem Pengkoreksiannyapun baik, dilembar jawaban tidak di cantumkan nama siswa sedang di Indonesia di cantumkan. Sistem ini mungkin akan menghindarkan tindakan kecurangan yang dapat dilakukan oleh guru, dan di Indonesia ini seringkali terjadi apalagi pada waktu Ujian Nasional.
v  Di Mesir adanya penyesuaian mata pelajaran yang diberikan sesuai dengan usia siswa.
v  Melakukan pendidikan untuk calaon Guru dengan cara yang lebih sekektif. Misalanya, UNESCO Mesir mengembangkan suatu sistem pelatihan guru untuk mendukung tercapainya sumber daya manusia Mesir yang handal.
v  Semangat pembeharuan yang begitu kuat tertanam pada generasi-generasi mudahnya, baik pembaharuan dalam pendidikan, namun juga peradaban dan kebudayaan, maka tidak heran jika Mesir salah satu Negara Islam yang menjadi kiblat peradaban dunia.
v  Memprioritaskan kemampuan para peserta didiknya untuk terus mengembangkan dirinya sesuai dengan minat dan bakatnya.
v  Tenaga pengajar memang ahli dalam bidang yang ia ajarkan kepada para peserta didik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

            Niasution, Harun, Prof.Dr.,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan). Penerbit :Bulan Bintang, Jakarta;1974.
            Hamka, Prof.Dr, Sejarah Umat Islam jilid II. Penerbit:Bulan Bintang, Jakarta;1975.
            Nasution, Harun, Prof.Dr, Islam Rasional (Gagasan dan Pemikiran).Penerbit Mizan,Jakarta;1989.hlm 148-149
            http//:bahru90.blogspot.com/2011/10.makalah-pendidikan-di-mesir.html
            Hamid, Abdul, Drs.KH.M.Ag dan Yaya, Drs, M.Ag, Pemikiran Modern dalam Islam. Penerbit:Pustaka Setia,Bandung;2010.
            http//:jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/27/pendidikan-pada-masa-pembaharuan-di-mesir.
            Departemen Agama RI, Belajar Islam di Timur Tengah..hlm 44
            Ramayulis, Prof. Dr. Sejarah pendidikan Islam. Penerbit : Kalam Mulia, Jakarta; 2012




[1] Prof.Dr.Harun Nasution,Pembaharuan dalam Islam (sejarah Pemikiran dan Gerakan). Bulan Bintang, Jakarta;1974.hlm 29
[2] Ibid.hlm 30
[3] Ibid. hlm 30
[4] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Kalam Mulia : Jakarta, 2012), hal. 175
[5] Uraian lebih luas lihat . Hazam Zaki Nusaibah, Gagasan-gagasan Nasionalisme Arab, Terj, (Jakarta: Bhrata:1969), Hal. 37.
[6] Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta : Balan Bintang, 1975), hal. 31-33
[7] Philip K. Hitti. History of the Arabs, (The Mamillan Press & Co, ed.10,1974), hal 722
[8] Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam sejarah pemikiran dan gerakan, hal. 36-37
[9] Ibid, hal. 38
[10] Albert Hourani, Arabi Thought in the Liberal Age, 1798-1939, (London : Oxford Univ. Press, 1992),hal.69.
[11] Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hal.43
[12] Jurji Zaidan, Tarikh Adab al-Lughot al-Arabiyat, (Bairut: Dar Maktabah al-Hayat, 1967), jilid II, hal. 381
[13] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 98-99
[14] Albert Hourani, Arabi Thought in the Liberal Age, hal. 78
[15] Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, hal. 49
[16] Albert Hourani, Arabi Thought in the Liberal Age, hal. 75-76
[17] Ibid, 81
[18] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, hal. 54
[19] Rasyid Ridho, Tarikh al-Syaikh Muhammad Abduh, (Mesir: Al-Manar, 1931), hal. 73
[20] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, hal. 56
[21] Al-Waqai al-Misriyyah telah mulai penerbitannya sejak masa Muhammad Ali Pasha berkuasa (1805-1849) dengan at-Thatawi sebagai ketuanya.
[22] Lihat, jamal Muhammad Ahmed, the Interlletual Origius of Egyptian Nasionalism (London :Oxfor Universitas Press, 1960), 19-20
[23] Ahmad Amin, Zu’amma al-Ishlah fi al-‘Ashr al-Hadits (Cairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyyah, 1965), hal. 87-84.
[24] Abdul Mu’in Hamadah, al- Ustad al-Imam Muhammad Abduh, (Mesir : al-Maktabah al-Tijariyah al-Kubro, tt),161. Lebih lanjut Abdul Mu’in Hamadah mengemukakan Agenda pembaruan pendidikan-pendidikan.
[25] Ramayulis, Pembaruan dalam Islam (Batu sangkar, 1994, fakultas tarbiyah IAIN Imam Bonjol Batu Sangkar, 1994), hal. 30
[26] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, hal. 189
[27] Lihat Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat al-Usul  asy Syariah, jilid II (Beirut : Dar al-Ma’rifat, tt), hal. 549
[28] dharwanto.blogspot.com.dilihat 28/09/13 jam 20.00
[29] Departemen Agama RI, Belajar Islam di Timur Tengah..hlm 44
[31]Ibid.Belajar Islam di Timur Tengah.hlm 46
[32] Ibid.dharwanto.blogspot.com. dilihat 24/09/13
[33] Ibid.bahru.blogspot.com
[34] Ibid.dharwanto.blogspot.com. dilihat 26/09/13 jam 21.00

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.