Kaum
intelektual menggabungkan kalimat al-hadharah dengan al-madaniyah,
yang pada umumnya mereka tidak membedakan arti kedua kata tersebut.
Namun, sebagian dari mereka telah memunculkan perbedaan penunjukkan dua kata
itu. Sebenarnya apa persamaan dan perbedaan dari keduanya?
Kata hadharah
mengisyaratkan pada tahadhdhur (peradaban) lawan dari tabaddu
(padang sahara) dan kata haadhirah (ibu kota) lawan dari baadiyah
(pedalaman). Kata madaniyah mengisyaratkan pada tamaddun
(kehidupan mewah) lawan dari tariifun (perkampungan) dan kata madiinah
(perkotaan) lawan dari riifun (dusun, pinggiran).
Secara bahasa, setiap kata
menunjukkan hal yang sama. Tahadhdhur dan haadhirah
mengisyaratkan pada kehidupan kota yang dicerminkan oleh sikap
penduduknya. Lawannya adalah tabaddu dan baadiyah,
yaitu kehidupan desa yang tercermin dari kehidupan penduduknya. Demikian
pula tamaddun dan madiinah, keduanya mengisyaratkan kehidupan
perkotaan yang berbeda dari riifun yang mencakup kehidupan dusun dan
desa. Akan tetapi, makna kata riifun lebih luas maknanya daribaadiyah
karena mencakup seluruh kehidupan di luar kota termasuk penduduk yang bercocok
tanam dan penduduk nomad. Sementara itu, baadiyah hanya mencakup
satu aspek saja.
Adapun secara istilah, hadharah
khusus ditujukan pada berbagai pemahaman hidup, sedangkan madaniyah
khusus pada bentuk-bentuk fisik (materi) kehidupan. Ini berarti kata hadharah
terbatas pada penunjukan makna-makna dan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan
oleh pandangan hidup atau ideologi. Adapun kata madaniyah
mencakup bentuk-bentuk materi, seperti patung-patung yang diambil dari
pandangan hidup atau yang dipengaruhinya, sebagaimana juga bentuk-bentuk materi
yang dihasilkan dari sains dan industri, seperti komputer dan pesawat yang
tidak diambil dan tidak dipengaruhi pandangan hidup. Itu merupakan hasil
kemajuan ilmu dan teknologi, serta perkembangannya.
Apa yang mengharuskan adanya perbedaan antara hadharah dan madaniyah
dalam realitas kehidupan?
Selama hadharah dan madaniyah masing-masing diartikan sebagai
berikut, hadharah adalah sekumpulan pemahaman tentang segala sesuatu
dalam kehidupan yang berlandaskan pada arah pandang ideologi yang dianut oleh
seseorang dan umat, sedangkan madaniyah adalah kumpulan dari
bentuk-bentuk fisik benda yang terindra yang digunakan dalam berbagai aspek
kehidupan, baik dipengaruhi salah satu pemahaman ideologi atau tidak, maka ini
berarti hadharah bersifat khas pada setiap umat mengikuti arah pandang
ideologinya atau mengikuti akidah mabdanya. Sementara itu, madaniyah bisa
bersifat khas milik satu umat tatkala dipengaruhi pemahaman akidah dan
mabdanya, bisa pula bersifat umum untuk seluruh umat manusia ketika madaniyah
ini hasil dari sains dan industri yang tidak khusus dimiliki oleh umat atau
bangsa mana pun.
Ketika perbedaan penunjukan dua kata, yaitu hadharah dan madaniyah
seperti penjelasan di atas, maka perlu ada perhatian yang serius tentang hal
tersebut. Selain itu, perlu ada perhatian terhadap perbedaan bentuk-bentuk madaniyah
yang dipengaruhi hadharah (pemahaman tertentu) dengan bentuk-bentuk madaniyah
yang menjadi produk sains dan industri atau yang tidak dipengaruhi pandangan
hidup tertentu.
Namun, apa hasil dari adanya perhatian serius terhadap perbedaan ini
dalam kehidupan individu maupun masyarakat?
Hasilnya tampak ketika madaniyah diambil dengan segala macam
bentuknya; dari segi dibedakan bentuk-bentuknya; dan dari segi dibedakan madaniyah
dengan hadharah. Ketika seorang Muslim dihadapkan pada madaniyah
Barat sebagai hasil kemajuan ilmu dan industri, maka saat itu dia tidak
melakukan kesalahan ketika mengambilnya karena tidak satu pun pemahaman
mabdanya yang melarang untuk mengambilnya. ‘Cukuplah bagimu saat itu
mengambil apa yang diperlukan’, artinya mengambil apa yang menjadi kebutuhan
umat Islam. Adapun madaniyah produk hadharah Barat,
tidak boleh diambil. Keharaman mengambil produk ini karena haram
mengambil hadharah Barat yang bertentangan dengan hadharah
Islam, apakah dari segi asasnya; gambaran tentang kehidupan; atau dari segi
pemahaman kebahagiaan manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Bagaimana pertentangan hadharah
Islam dengan hadharah Barat dari segi asas atau landasannya?
Landasan hadharah Barat, yaitu Kapitalisme Demokrasi atau asas
ideologinya adalah Sekularisme dan pengingkaran terhadap peranan agama dalam
kehidupan, berikutnya pemisahan agama dari negara dan pengaturannya.
Pandangan hidup mereka tidak ada kaitannya dengan agama, serta tidak
dipengaruhi agama dan juga aturannya. Menurut mereka, kehidupan ini ada
seperti sekarang tanpa memperhatikan siapa yang menciptakannya. Akal dan
pengaturan manusialah yang akan mengatur kehidupan.
Adapun asas hadharah Islam adalah keimanan terhadap Allah
Swt. Dialah yang mengatur kehidupan dunia. Manusia, alam semesta,
dan kehidupan masing-masing diberikan pengaturan khusus. Begitu pula
Allah Swt. mengutus Muhamad saw. dengan membawa agama Islam--yang menjadi dasar
bagi hadharah--yang mencakup keimanan kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, serta Qadha
dan Qadar. Artinya, hadharah Islam dibangun di atas asas
rohani. Demikianlah, tampak jelas perbedaan antara hadharah
Islam dengan hadharah Barat.
Bagaimana pertentanganhadharah Islam dengan hadharah
Barat dari segi gambaran tentang kehidupan?
Kehidupan dalam gambaran hadharah Barat adalah manfaat.
Setiap perbuatan manusia distandardisasi dengan manfaat, artinya manfaat
dijadikan sebagai landasan aturan dan hadharah. Hadharah
yang berlandaskan manfaat tidak mengakui standar apa pun selain manfaat atau
nilai materi dalam kehidupannya. Oleh karena itu, tidak ditemukan adanya
nilai kemanusiaan, nilai akhlak, dan nilai rohani dalam pandangan mereka.
Hal inilah yang membuat setiap aktivitas yang mengimplementasikan nilai-nilai
tersebut diserahkan pada organisasi yang terpisah dari negara. Lembaga atau
organisasi tersebut dinamakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti Palang
Merah dan organisasi kemanusiaan lainnya, atau lembaga misionaris dan aktivitas
kerohanian yang lain. Adapun aktivitas yang bernilai akhlak mengikuti
aktivitas yang bermanfaat menurut pandangan mereka. Jadi, setiap akhlak
yang membawa manfaat, hal itu baik dimata mereka, seperti kejujuran, dusta,
penipuan, atau menepati janji.
Adapun gambaran kehidupan menurut hadharah Islam, bahwasanya
dalam hidup ini mesti dipadukan antara materi dan roh. Artinya, setiap
amal manusia diselaraskan dengan perintah dan larangan Allah Swt. Dalam
hal ini amal manusia--apa pun jenisnya--adalah materi, ketika dia melakukan
amal tersebut, kemudian dikaitkan hubungannya dengan Allah Swt., itulah
roh. Dengan demikian, manusia akan melakukan perbuatan tersebut jika
halal dan akan menjauhinya jika haram.
Inilah maksud dari sejalan dengan
perintah dan larangan Allah dan inilah maksud dari menggabungkan antara materi
dengan roh (mazjul maadah bir-ruuh). Tujuan Muslim mengikatkan
amalnya dengan perintah dan larangan Allah Swt. bukan semata untuk memperoleh
manfaat, namun untuk mencapai keridhaan Allah Swt.
Adapun tujuan duniawi dari
pelaksanaan amal tersebut sesuai dengan jenis perbuatannya. Dalam
berdagang, nilai materilah yang menjadi tujuan. Dari amal akhlaki
diperoleh nilai akhlak dan dari amal ibadah dimaksudkan untuk mendapat nilai
rohani. Jadi artinya, ketika melakukan satu amal harus diperhatikan halal
dan haram sehingga nilai materi yang diperoleh dari amal tersebut adalah
keuntungan yang halal dan bukan keuntungan yang datang dari keharaman.
Bagaimana pertentangan hadharah Islam dengan hadharah Barat
dari segi pemahaman tentang makna kebahagiaan?
Kebahagiaan dalam hadharah Barat adalah memberikan bagian yang
besar pada manusia dalam hal kesenangan jasmani dan menyediakan
sebanyak-banyaknya sarana dan fasilitas untuk hal tersebut. Hal ini
mengikuti gambaran hidup mereka yang mementingkan kemanfaatan. Ketika
kenikmatan dan kesenangan jasmani tercukupi, seperti aktivitas seksual atau
segala aktivitas fisik yang membawa manfaat lainnya tercukupi, itulah
kebahagian. Yaitu, saat manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya.
Adapun dalam pandangan hadharah Islam, kebahagiaan tercapai saat
ridha Allah Swt. didapatkan. Jadi, tidak sekadar dengan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan naluri karena pemenuhan kebutuhan
ini tidak lebih hanya sarana untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.
Pemenuhan seperti ini tidak menjamin adanya kebahagiaan, bagaimanapun tingkatan
kemampuan pemenuhannya. Terkadang terjadi pada manusia, setelah dia dapat
memenuhi kebutuhan perut atau yang lainnya, tetap saja gelisah, begitu
pun setelah dipenuhi kebutuhan seksualnya. Hal itu terjadi karena dia hanya
mengaitkan semua itu dengan manfaat jasmani semata. Namun, ketika manusia
mengaitkan pemenuhan kebutuhannya itu dengan tujuan untuk mendapatkan ridha
Allah Swt., saat itu ia akan merasakan kebahagiaan, ketenangan, dan keridhaan ,
sama saja apakah kebutuhannya itu terpenuhi dengan sempurna atau tidak.
Mengapa bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan dari hadharah
Barat berbeda dengan madaniyah yang dihasilkan dari hadharah
Islam?
Hal ini tampak jelas pada contoh-contoh fisik, semisal lukisan.
Lukisan yang dihasilkan dari peralatan menggambar, adakalanya dipengaruhi oleh hadharah
Barat ketika gambar tersebut menampilkan kecantikan wanita dan keindahan
tubuhnya. Hal itu dianggap sebagai bagian dari seni menurut kacamata
mereka. Adakalanya pula dipengaruhi hadharah Islam, ketika Islam
melarang gambar wanita telanjang yang dapat merangsang naluri seksual dan
menyebabkan kekacauan akhlak.
Contoh lain adalah membangun rumah. Rumah termasuk bentuk madaniyah
yang apabila dipengaruhi oleh hadharah Barat, akan memperlihatkan
aktivitas wanita yang berada di dalam rumah dan terlihat oleh orang yang berada
di luar dengan maksud untuk kesenangan. Apabila dipengaruhi hadharah
Islam, di sekeliling rumah akan dibuat pagar penghalang agar wanita yang berada
di dalam rumah dengan pakaian yang biasa digunakan di dalam rumah, tidak
terlihat.
Selain itu, contoh lainnya adalah pakaian. Apabila pakaian tersebut
identik dengan ciri kekufuran, seperti pakaian pendeta, maka hal ini
bertentangan dengan pakaian yang dikehendaki oleh hadharah Islam yang
lazim dipakai untuk ibadah. Sebagaimana bertentangannya pakaian-pakaian
kerja tertentu yang menurut mereka disesuaikan dengan jenis-jenis
pekerjaan. Adapun pakaian lainnya yang lahir dari Barat untuk kebutuhan
tertentu atau hiasan tertentu (seperti jas, celana panjang, dan lain-lain,pen.)
hal itu tidak bertentangan dengan Islam karena merupakan madaniyah
produk dari sains dan teknologi yang boleh diambil. Ini berlaku umum untuk seluruh
manusia, bukan milik hadharah tertentu. Demikian pula halnya
dengan bentuk-bentuk madaniyah berupaproduk dari sains dan tekhnologi,
seperti peralatan laboratorium, alat-alat kedokteran, mesin-mesin industri,
perabot rumah tangga, mebel, alat pertukangan, dan yang lainnya. Semuanya
ini berlaku umum untuk seluruh manusia tidak ada kaitannya dengan hadharah
dan ideologi tertentu.
Sebelum pemaparan ini diakhiri, ada baiknya kita melihat dampak negatif
yang dihasilkan hadharah Barat yang terjadi di dunia saat ini.
Dengan melihat sepintas saja, begitu tampak dengan jelas akibat
yang ditimbulkan dari diterapkannya hadharah Barat, yaitu terjadinya
keguncangan pada kehidupan manusia dan mereka kehilangan ketenangan dalam
hidupnya. Hal ini terjadi karena hadharah Barat telah membuang
agama dari kehidupan dan tidak mengakui aspek kerohanian dalam kehidupan
masyarakat, yang tentu saja ini bertentangan dengan fitrah manusia. Hadharah
Barat menggambarkan kehidupan sarat dengan manfaat materi. Hubungan di
antara manusia dilandaskan hanya pada manfaat, tidak ada yang lainnya.
Akhirnya, menghasilkan kesulitan
dan kegelisahan pada individu dan masyarakat. Bagaimana tidak?, selama
manfaat dijadikan asas, akan mengakibatkan perselisihan dan baku hantam, serta
penggunaan kekuatan dalam memenuhi keinginan-keinginan mereka. Jiwa
penjajah telah menjadi karakter mereka, akhlak dibuat guncang, serta terjadi
krisis rohani di tengah kehidupan individu dan masyarakat. Semua ini
memudahkan seseorang untuk berselisih dan bersaing sebagai solusi bagi
masalahnya atau mudah melakukan perbuatan kriminal yang menurut logikanya dapat
digunakan untuk mengatasi kesulitan dirinya ataupun masyarakat. Tidak ada
upaya untuk kembali pada agama, selain mengakui kerusakan hadharah
mereka dan kesulitan yang mereka alami akibat dari banyaknya penyimpangan yang
terjadi.
Dalam kondisi ini, mencari
kebahagian hakiki tidak ada gunanya. Mereka kembali memeriksa agama,
namun agama yang mana?! Karena seandainya mereka meneliti sejarah secara
objektif, akan ditemukan bahwa hadharah Islam yang selaras dengan
fitrah manusia; mengatur perbuatan manusia dengan halal dan haram; memiliki
gambaran hidup yang memadukan antara aspek materi dengan rohani; serta adanya
pemahaman kebahagiaan yang dicapai individu dan masyarakat itu adalah dengan
mendapat ridha Allah Swt.
Dengan demikian, hanya Islamlah
yang dapat mewujudkan kebahagiaan hakiki bagi individu dan masyarakat;
menyelamatkan kehidupan manusia dari kubangan lumpur; serta membawa mereka pada
kesejahteraan dan ketenangan.
Diskusi
Tanya : Apa perbedaan dari
kalimat ‘rajul muttahadhar’ dan ‘rajul mutamaddun’?
Jawab: Rajul muttahadhar
(laki-laki yang berhadharah) maksudnya adalah seorang laki-laki yang
memiliki perilaku maju sesuai pandangan hidupnya. Rajul mutamaddun
(laki-laki bermadaniyah) maksudnya adalah seorang laki-laki yang memiliki
bentuk-bentuk kemajuan sesuai dengan bentuk-bentukmadaniyah yang umum
diketahui di negerinya tanpa ada kaitannya dengan pandangan hidup
tertentu. Orang yang berhadharah terkadang punya madaniyah,
namun orang yang punya madaniyah, terkadang punya hadharah
dan terkadang tidak.
Tanya : Apa manfaat dibedakannya hadharah
dan madaniyah dalam realitas kehidupan?
Jawab: Hal tersebut akan
memberikan pemahaman yang lurus dan pengetahuan yang benar sejauh mana
dipadukan atau dipisahkannya hadharah dan madaniyah bagi kaum
Muslim serta umat yang lain. Selanjutnya, mana yang boleh dan tidak
boleh diambil dari bangsa atau umat yang lain. Inilah tujuan penting yang
harus dicapai.
Tanya: Bagaimana mungkin, pakaian
bisa dipengaruhi hadharah?
Jawab: Hadharah dapat
mempengaruhi pakaian dalam dua segi, pertama dari bahan pakaian.
Dalam pandangan hadharah Barat, bahan apa pun boleh dijadikan pakaian,
baik untuk wanita maupun pria selama mendatangkan manfaat bagi produsen ataupun
konsumen. Sementara itu, hadharah Islam mengharamkan pakaian
laki-laki yang terbuat dari sutra dan penggunaan emas, sedangkan untuk wanita
kedua barang itu diperbolehkan. Kedua, dari bentuknya.
Pakaian untuk wanita adalah pakaian panjang dan longgar yang menutup seluruh
tubuh wanita, sedangkan untuk pria menutup bagian tubuh pria dari pusar hingga
lutut. Itulah yang dikehendaki oleh hadharah Islam. Islam juga
melarang menyamakan pakaian wanita dan pria, serta memerintahkan untuk
berhati-hati dari pakaian yang identik dengan kekufuran.
Adapun hadharah Barat
tidak mempertimbangkan semua itu, selama kecantikan, keindahan, dan keuntungan
materi dapat dicapai.
Tanya: Mungkinkah kita mengatakan
bagi semua bentuk madaniyah hasil dari sains dan teknologi, semuanya
itu tidak dipengaruhi hadharah?
Jawab: Tidak, karena ada pula madaniyah
hasil dari sains dan teknologi yang dipengaruhi hadharah, misalnya
pakaian. Pakaian bisa dipengaruhi hadharah ketika dimaksudkan
untuk memperlihatkan kecantikan tubuh wanita.
Tanya : Bagaimana dengan pendapat
yang mengharamkan hadharah Barat, termasuk mengutip ilmu dan teknologi
dari mereka?
Jawab: Dalam hal ini penting
untuk dibedakan antara hadharah dengan madaniyah. Hadharah
Barat yang merupakan kumpulan dari pemahaman ideologi mereka, secara hukum
syara’, tentunya harus ditolak. Adapun madaniyah terbagi menjadi
dua, ada yang dipengaruhi hadharah dan ada pula yang tidak. Yang
dipengaruhi hadharah, tentu harus ditolak, sedangkan yang tidak dipengaruhi hadharah,
tetapi merupakan produk dari sains dan tekhnologi, serta berlaku umum bagi
seluruh manusia, tidak dikhususkan untuk bangsa tertentu, boleh diambil.
Tanya : Apa hubungan hadharah
Barat dengan akidah sekuler mereka?
Jawab: Selama hadharah
adalah kumpulan pemahaman tentang kehidupan, maka akidah sekuler yang ada pada
mereka, menjadikan pemahaman tentang kehidupan tidak diambil dari pemahaman
agama, tetapi dari akal dan pemikiran manusia yang memutuskan dan mengatur
segala sesuatu. Tentu saja standarnya adalah manfaat. Demikian pula
seluruh asas hadharah umat mana pun, baik Barat atau yang lainnya,
menyesuaikan dengan ideologi atau pandangan hidup masing-masing.
Tanya: Apa hubungan antara
keimanan kepada Allah Swt., yang tidak lain adalah Akidah Islam, dengan hadharah
Islam?
Jawab: Hadharah adalah
pemahaman tentang kehidupan, pemahaman ini diambil dari akidah yang terdiri
dari pemikiran dan hukum. Ini berarti perbuatan yang dilakukan sesuai
dengan perintah dan larangan Allah Swt., serta kehalalan dan keharaman
dilandaskan pada akidah. Dari sini, jelas sudah hubungan antara hadharah
dengan akidah, yaitu bagaikan akar dan dahan, hubungannya erat dan tidak bisa
dipisahkan.
Tanya: Apa yang dimaksud dengan
gambaran kehidupan yang ada pada setiap hadharah?
Jawab: Maksudnya adalah
penafsiran dan penjelasan tentang hakikat kehidupan. Menurut hadharah
Barat, kehidupan ini adalah manfaat. Hakikatnya setiap perbuatan yang
dilakukan manusia dilandaskan kepada manfaat, yang tergambar saat manusia
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hadharah Islam menafsirkan
kehidupan adalah terpadunya materi dengan roh sehingga semua perbuatan manusia
harus memperhatikan kehalalan dan keharaman, bukan sekadar melihat materi
semata atau hanya roh saja, melainkan harus menggabungkan keduanya.
Inilah gambaran kehidupan yang maksudnya adalah penafsiran dan penjelasan
tentang hakikat kehidupan.
Tanya: Mengapa semua perbuatan
manusia dikatakan sebagai materi, termasuk juga shalat?
Jawab: Shalat terdiri dari
sejumlah gerakan dan bacaan, semuanya adalah materi. Aktivitas ini
merupakan pelaksanaan perbuatan yang didasarkan pada perintah Allah, itulah
yang dinamakan roh. Karena itu, shalat dikatakan perbuatan materi (fisik)
dan roh. Namun, hal seperti ini tidak dikhususkan untuk shalat saja,
tetapi perbuatan apa pun yang dilakukan dengan mengikuti perintah dan larangan Allah
Swt. Jadi, memang shalat adalah perbuatan fisik yang di dalamnya lebih
banyak unsur rohnya bagi manusia karena di dalam shalat, seorang Muslim
menghadapkan wajahnya dan berhubungan langsung dengan Allah Swt.
Tanya: Apabila semua
perbuatan manusia adalah materi dan tidak dilandaskan kepada perintah Allah dan
juga larangan-Nya, maka bagaimana dengan keempat nilai perbuatan manusia?
Jawab: Nilai suatu perbuatan
adalah tujuan langsung yang hendak dicapai. Tujuan dari semua perbuatan
manusia hanya ada empat. Yaitu, materi, kemanusiaan, akhlak, dan nilai
rohani. Andai kita sebutkan satu per satu perbuatan manusia, pasti kita
dapatkan banyak maksud atau empat nilai ini. Jika salah satunya
dilakukan berdasarkan perintah dan larangan Allah, itu artinya telah dipadukan
materi dengan roh. Lalu, jika tidak, maka perbuatan itu hanya materi
semata.
Tanya: Bagaimana hadharah
Barat memandang kebahagiaan?
Jawab: Acap kali hadharah
ini memandang bahwa kebahagiaan manusia itu tidak ada kaitannya dengan
Pencipta, tetapi kebahagiaan itu milik manusia dan sesuai dengan
keinginannya. Keinginan manusia ini tercapai ketika kebutuhan naluri dan
jasmaninya terpenuhi. Dari sinilah, hadharah ini memandang
kebahagiaan manusia tercapai saat terpenuhinya kebutuhan hidup.
Tanya: Apabila aktivitas seksual
dapat memenuhi tuntutan naluri seks, bagaimana hadharah Islam dan hadharah
Barat memandang hal ini?
Jawab: Menurut keduanya,
pemenuhan kebutuhan naluri apa pun dapat mewujudkan kenikmatan. Namun,
dalam pandangan hadharah Barat, aktivitas seksual hanya
ditujukan untuk kenikmatan semata dan dalam rangka mencapai kebahagiaan, sesuai
dengan pemahaman mereka. Adapun menurut hadharah Islam,
aktivitas seksual ditujukan untuk memperoleh keturunan dan memelihara
kehormatan diri agar mendapatkan ridha Allah Swt. Ketika aspek roh dan
materi ini berpadu, maka akan diraih keridhaan Allah Swt. yang dapat
menciptakan ketenangan hati dan jiwa. Demikian pula halnya dengan
perbuatan yang lain.
Tanya : Apa maksudnya pakaian
sebagai bentuk madaniyah terkadang menimbulkan pertentangan antara hadharah
Islam dengan hadharah Barat?
Jawab: Hal ini tampak jelas pada
pakaian-pakaian yang berhubungan dengan pemahaman masing-masing. Seperti
adanya perbedaan antara pakaian pria dan wanita dalam pandangan kedua hadharah
tersebut. Pakaian dari Barat, banyak memperlihatkan anggota tubuh, serta
sempit membentuk lekuk tubuh. Sementara itu, pakaian dalam Islam tidak
demikian. Di Barat, ada juga pakaian yang digunakan saat tertentu,
misalnya saat gembira atau sedih, sedangkan dalam Islam tidak demikian.
Ini semuanya dipengaruhi oleh pandangan hidup masing-masing sehingga
menimbulkan adanya pertentangan.
Tanya : Akan tetapi, bagaimana
kaitannya dengan pakaian yang berasal dari hadharah Barat untuk kebutuhan
tertentu dan hiasan tertentu, namun tidak bertentangan dengan Islam?
Jawab: Apabila terdapat keperluan
khusus atau hiasan tertentu yang diakui dalam Islam, seperti pakaian untuk
penerbangan atau pakaian kerja pada industri tertentu, atau perhiasan yang
cocok dipakai untuk hari raya ‘Id atau pernikahan atau ta’ziyah,
maka itu tidak bertentangan dengan Islam dan hadharah Islam, selama
kebutuhan atau perhiasan itu diakui oleh syara’.
Tanya : Mengapa hadharah
Barat bertentangan dengan fitrah manusia?
Jawab: Hadharah Barat
dibangun di atas dasar pemisahan agama dari kehidupan, yang akhirnya mereka
mengingkari fitrah manusia yang mencakup naluri untuk beragama dan
pengaturannya.
Tanya : Mengapa dalam
pembahasan ini dibatasi hanya pada perbandingan dua hadharah saja,
yaitu Islam dan Barat Kapitalisme, sementara Sosialisme tidak disinggung
sedikitpun?
Jawab: Hal ini karena hadharah
Islamlah yang satu-satunya yang berdiri di atas dasar rohani, yaitu ada
penggabungan antara materi dengan roh dalam menggambarkan kehidupan, serta
memiliki pemahaman kebahagiaan yang khas.
Sementara itu, dari segi asas,
Barat Kapitalisme telah mencampakkan agama, bahkan pada Sosialisme agama itu
diingkari keberadaannya. Gambaran kehidupan pada mereka adalah manfaat
materi bagi individu dan masyarakat. Selain itu, kebahagiaan yang mereka
pahami sama sekali tidak berkaitan dengan keinginan untuk memperoleh keridhaan
Tuhan, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan yang ada pada individu ataupun
masyarakat.
Kedua hadharah tersebut, hidup
bergelimang dengan nafsu syahwat dan obsesi-obsesi duniawi, baik individu
maupun masyarakatnya. Sementara itu, Islam dengan hadharahnya,
menganggap dunia dan keindahannya sebagai sarana menuju akhirat yang kekal
kenikmatannya.
http://10109472.blog.unikom.ac.id/perbandingan-antara.1sv
Sya izin Kopas min...
BalasHapusblogs ini sgt bermanfaat bagi saya untuk nambah wawasan..