MAKALAH ISLAM NIH
MAKALAH PENDIDIKAN
MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Belanda ditaklukan oleh Jepang di Indonesia pada tanggal 8 maret
1942, maka Belanda angkat kaki dari Indonesia semenjak itu mulailah penjajahan
Jepang di Indonesia.
Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia, bangs Jepang bercita-cita besar
menjadi pemimpin asia timur raya. Sejak tahun 1940 jepang berencana untuk
mendirikan kemakmuran bersama asia raya. Dalam rencana tersebur jepang
menginginkan menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah
mansyuria, daratan cina, kepulauam Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand,
Cina dan Rusia. Hal ini dilatar belakangi oleh perkembangan ekonomi dan
industri jepang yang memerlukan perluasan daerah. Oleh karena itu rencana
“kemakmuran bersama asia raya” dianggap sebagai suatu keharusan.
Dengan semboyan “asia untuk bangsa asia” jepang menguasai daerah yang
berpenduduk lebih dari 400 juta jiwa yang antara lain menghasilkan 50% poduksi
karet dan 70% timah dunia. Indonesia yang kaya sumber bahan mentah merupakan
sasaran yang perlu dibina dan dimanfa’atkan sebaik –baiknya untuk kepentingan perang jepang. Sehingga
jepang menyerbu indonesia, karena tanah air indonesia merupakan sumber
bahan-bahan mentah yang kaya raya dan tenaga manusia yang banyak tersebut
sangat besar artinya demi kelangsungan perang pasifik, dan hal ini sesuai pula
dengan cita-cita politik ekspansinya.[1]
B. Rumusan
Masalah
Berangkat
dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka kami ingin
membahas tiga hal pokok dalam makalah ini yang kami rumuskan dalam bentuk rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan jepang?
2.
Bagaimana kebijakan jepang terhadap agama islam?
3.
Bagaimana perkembangan pendidikan Islam
pada masa pemerintah Jepang di Indonesia?
4.
Bagaimana pengaruh dari kebijakan pemerintah
Jepang bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui kondisi pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan jepang
2.
Mengetahui kebijakan jepang terhadap agama islam
3.
Mengetahui perkembangan pendidikan Islam pada masa pemerintah
Jepang di Indonesia
4.
Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari
kebijakan pemerintah
Jepang bagi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KONDISI PENDIDIKAN
PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG
Sistem pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya
diganti oleh bangsa Jepang sesuai dengan sisitem pendidikan yang berorientasi
kepada kepentingan perang. Tidak mengherankan bahwa segala komponen sistem
pendidikannya ditujukan untuk kepentingan perang. Adapun karakteristik sistem
pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:
1.
Dihapusnya “dualisme pendidikan”
Pada masa Belanda terdapat dua jenis pengajaran,
yaitu pengajaran kolonial dan pengajaran bumi putera, oleh jepang diganti
diganti sisitem seperti itu di hilangkan. Hanya satu jenis sekolah rendah yang
diadakan bagi semua lapisan masyarakat , yaitu: sekolah rakyat selama 6 tahun ,
yang ketika itu dipopulerkan dengan nama “Kokumin Gakko”
atau disebut juga sebagai Sekolah Nippon
Indonesia ( S N I ). Sekolah-sekolah desa masih tetap ada dan namanya diganti
menjadi sekolah pertama. Serta jenjang pengajaran pun menjadi:
a.
Sekolah rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama)
b.
Sekolah menengah 3 tahun
c.
Sekolah menengah tinggi 3 tahun (SMA-nya pada zaman Jepang)[2]
2.
Berubahnya tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah untuk menyedian tenaga
cuma-cuma (romusha) dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi
kepentingan Jepang. Oleh karena itu, murid-murid diharuskan latihan fisik,
latihan kemiliteran dan indroktrinasi ketat. Pada akhir zaman Jepang terdapat
tanda-tanda tujuan menjepangkan anak-anak Indonesia.
3.
Proses pembelajaran diganti kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.
Proses pembelajaran disekolah diganti dengan
berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah antara lain:
a.
Mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang
b.
Membersihkan bengkel-bengkel & asrama militer 1(spi ramayulis 341)
c.
Menanam umbi-umbian, sayur-sayuran di pekarngan sekolah untuk persediaan
makanan
d.
Menanam pohon jarak untuk pelumas
4. Pendidikan dilatih agar mempunyai semangat perang
Seorang pendidik sebelum mengajar diwajibkan terlebih dahulu mengikuti
didikan dan latihan (diklat) dalam rangka penanaman ideologi dan semangat
perang, yang pelaksanaannya dipusatkan di Jakarta selama tiga bulan. Untuk
menanamkan semangat jepang tersebut, maka diajarkan bahasa jepang dan
nyanyian-nyanyian semangat kemiliteran kepada para murid.
5. Pendidikan pada masa jepang sangat memprihatinkan
Kondisi pendidikan pada masa pemerintahan jepang bahkan lebih buruk dari
pada pendidikan pada masa penjajahan belanda. Sebagai gambarannya dapat dilihat
dari segi kuantitatif trend nya mengalami kemunduran (sekolah, murid,dan
guru).
6. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
Meskipun
bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa pengantar pada tiap-tiap jenis sekolah,
akan tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan juga sebagai alat untuk
memperkenalkan budaya jepang kepada rakyat.[3]
B. KEBIJAKAN JEPANG
TERHADAP AGAMA ISLAM
Walaupun kondidsi pendidikan jepang sedemikian parahnya, namun bagi agama
islam ada sedikit nilai positifnya pada masa awal masuknya jepang ke Indonesia,
umat islam penuh harapan bahwab cita-cita kemerdekaan Indonesia dapat terwujud,
dengan masuknya jepang ke Indonesia dan terusirnya belanda. Sebagai umat islam,
bangsa Indonesia yang selama ini merasakan adanya diskriminasi dalam soal
kehidupan beragama, dengan masuknya jepang ke Indonesia akan berakhir. Karena
itu, jepang selalu mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati dan
menghargai islam. Di depan ulama, letnan jendral Imamura, pejabat militer
jepang tertinggi di jawa menyampaikan pidato yang isinya bahwa pihak jepang bertujuan untuk melindungi
dan menghormati islam.[4]
Pemerintah jepang menampakkan diri seakan akan
membela kepentingan islam, yang merupakan siasat untuk kepentingan dunia dua.
Untuk mendekati ummat islam, mereka menempuh beberapa kebijakan, diantaranya
ialah:
1.
Kantor urusan agama yang ada pada zaman belanda disebut kantoor voor
islamistiche zaken yang dipimpin oleh orang-orang orientalis belanda, diubah
oleh jepang menjadi kantor sumubi
yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari
2.
Para ulama islam bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan orientalis dizinkan
membentuk barisan pembela tanah air (PETA)
3.
Umat islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut majelis
islam a’la indonesia (MIAI) yang bersifat kemasrayarakatan. Namun pada bulan
oktober 1943 MIAI di bubarkan dan diganti dengan majelis sura muslimin
indonesia (MASYUMI) Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan
dan bantuan dari pemerintah Jepang[5]
4.
Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan
ajaran agama
5.
Pemerintah Jepang mengizinkan pembentukkan barisan hizbullah untuk
memberikan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam, barisan ini dipimpin oleh K.H.
Zainal Arifin
6.
Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di Jakarta
yang dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan Bung Hatta [6]
C.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN JEPANG
Ramayulis Mengatakan bahwa, sikap penjajah jepang
terhadap pendidikan islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan
lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial belanda. Hal ini memberikan
kesempatan bagi pendidikan islam untuk berkembang
1.
Madrasah
Awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan
cepat terutama dari segi kuantitas. Hal ini dapat dilihat terutama di daerah Sumatra
yang terkenal dengan madrasah awaliyahnya, yang diilhami oleh majlis ulama
tinggi.
2.
Pendidikan agama di sekolah
Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti.
Hal ini memberi kesempatan pada guru agama islam untuk mengisinya dengan ajaran
agama, dan di dalam pendidikan agama tersebut juga di masukan ajaran tentang
jihad melawan penjajah
3.
Perguruan tinggi Islam
Pemerintah jepang mengizinkan berdirinya sekolah
tinggi Islam di jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan
Bung Hatta.
Walaupun jepang berusaha mendekati umat islam
dengan memberikan kebebasan dalam beragama dan dalam mengembangkan pendidikan
namun para ulama tidak akan tunduk kepada pemerintahan jepang, apabila mereka
menggangu akidah umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa jepang ini perjuangan
KH. Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur jepang
yang memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang
dianggap keturunan dewa matahari) . Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan
dipenjarakan oleh jepang selama 8 bulan.
Ramayulis juga menyimpulkan bahwa, meskipuin dunia
pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya sekolah setiap hari
hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, kerja bakti (romusha), bernyayi
dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang ada di dalam
lingkungan pondok pesantren yang bebas
dari pengwasan langsung pemerintah pendudukan jepang. Pendidikan dalam pondok
pesantren masih dapat berjalan secara wajar.
D.
PENGARUH YANG DITIMBULKAN DARI KEBIJAKAN PEMERINTAH JEPANG BAGI
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
Ada satu hal yang melemahkan dari aspek
pendidikan yang diterapkan Jepang yakni penerapan sistem pendidikan militer.
Sistem pengajaran dan kurikulum disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa
memiliki kewajiban mengikuti latihan dasar kemiliteran dan harus mampu menghapal
lagu kebangsaan Jepang. Begitu pula dengan para gurunya, diwajibkan untuk
menggunakan bahasa Jepang dan Indonesia sebagai pengantar di sekolah
menggantikan bahasa Belanda. Untuk itu para guru wajib mengikuti kursus bahasa
Jepang yang diadakan oleh pemerintah Jepang.
Dengan demikian sistem pendidikan yang diterapkan Jepang di Indonesia
memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan sistem pendidikan yang
diterapkan Belanda yakni pendidikan masa penjajahan Belanda bersifat lebih
liberal namun terbatas untuk kalangan tertentu saja,sementara pada masa Jepang
konsep diskriminasi tidak ada tetapi terjadi penurunan kualitas secara drastis
baik dari sisi keilmuan maupun mutu murid dan guru. Kondisi ini tidak terlepas
dari target pemerintah Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak
kader-kader yang akan mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia
Timur Raya yang diimpi-impikan Jepang.
Satu hal yang menarik untuk dicermati adalah adanya pemaksaan yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan
penghormatan kepada Tenno (Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan
dewa matahari (Omiterasi Omikami). Sistem penghormatan kepada kaisar
dengan cara membungkukkan badan menghadap Tenno, disebut dengan Seikeirei.
Penghormatan Seikerei ini, biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu
kebangsaan Jepang (kimigayo). Tidak semua rakyat Indonesia dapat menerima kebiasaan
ini, khususnya dari kalangan Agama. Penerapan Seikerei ini ditentang umat
Islam, salah satunya perlawanan yang dilakukan KH. Zainal Mustafa, seorang
pemimpin pondok pesantren Sukamanah Jawa Barat. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa Singaparna. [7]
E.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem
pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya diganti
oleh bangsa Jepang sesuai dengan sisitem pendidikan yang berorientasi kepada
kepentingan perang, adapun karakteristik
sistem pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:
1)
Dihapusnya “dualisme pendidikan”
2)
Berubahnya tujuan pendidikan
3)
Proses pembelajaran diganti kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan
4)
Pendidikan dilatih
agar mempunyai semangat perang
5)
Pendidikan pada masa
jepang sangat memprihatinkan
6)
Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
Sikap
penjajah jepang terhadap pendidikan islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang
gerak pendidikan lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial
belanda. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan islam untuk berkembang,
diantaranya:
1)
Mendirikan madrasah
2)
Pendidikan agama di sekolah
3)
Perguruan tinggi Islam
Jepang
selalu mengulang-ulang menyampaikan maksudnya menghormati dan menghargai Islam.
Di depan ulama, Letnan Jendral Imamura (pejabat militer Jepang tertinggi di
jawa) menyampaikan pidato yang isinya bahwa pihak Jepang bertujuan untuk
melindungi dan menghormati islam. Untuk mendekati umat
Islam, mereka menempuh beberapa kebijakan. Ada satu hal yang melemahkan dari aspek pendidikan yang diterapkan Jepang
yakni penerapan sistem pendidikan militer. Sistem pengajaran dan kurikulum
disesuaikan untuk kepentingan perang. Siswa memiliki kewajiban mengikuti
latihan dasar kemiliteran dan harus mampu menghapal lagu kebangsaan Jepang.
Kondisi ini tidak terlepas dari target pemerintah
Jepang melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan
mempelopori dan mewujudkan konsep kemakmuran bersama Asia Timur Raya yang
diimpi-impikan Jepang, serta adanya pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintah
Jepang agar masyarakat Indonesia terbiasa melakukan penghormatan kepada Tenno
(Kaisar) yang dipercayai sebagai keturunan dewa matahari (Omiterasi Omikami).
Sistem penghormatan kepada kaisar dengan cara membungkukkan badan menghadap
Tenno, disebut dengan Seikeirei. Penghormatan Seikerei ini,
biasanya diikuti dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang (kimigayo).
Izin Copas Mas ... buat tambahan materi :D
BalasHapusthanks for sharing this article..
BalasHapuscopas gan
HapusPenulisnya siapa nih.
BalasHapusAlhamdulillah saya memang mencari makalah seperti ini
BalasHapus