MAKALAH SASTRA NIH
ISIM MANSHUB
اِسْم مَنْصُوْب
ISIM MANSHUB
Isim yang terkena I'rab
Nashab disebut Isim Manshub. Yang menjadi Isim Manshub adalah semua Isim selain Fa'il
atau Naib al-Fa'il dalam Jumlah Fi'liyyah.
1) MAF'UL (مَفْعُوْل) yakni Isim yang dikenai pekerjaan
(Objek Penderita).
القُرْآنَ (= al-Quran) --> Maf'ul --> Manshub dengan tanda
fathah.
2) MASHDAR (
مَصْدَر ) yakni Isim yang memiliki makna Fi'il
dan berfungsi untuk menjelaskan atau menegaskan (menguatkan) arti dari
Fi'il.
3) HAL (
حَال ) ialah Isim
yang berfungsi untuk menjelaskan keadaan Fa'il atau Maf'ul ketika berlangsungnya
pekerjaan.
4) TAMYIZ ( تَمْيِيْز ) ialah Isim yang berfungsi menerangkan
maksud dari Fi'il dalam hubungannya dengan keadaan Fa'il atau
Maf'ul.
عِبَادَةً (= ibadah) --> Tamyiz --> Manshub dengan tanda fathah. 5) ZHARAF ZAMAN (ظَرْف زَمَان) atau Keterangan Waktu dan ZHARAF MAKAN (ظَرْف مَكَان) atau Keterangan Tempat.
Diantara Zharaf Zaman: يَوْمَ (=pada hari), اَلْيَوْمَ (=pada hari ini), لَيْلاً (=pada malam hari), نَهَارًا (=pada siang hari), صَبَاحًا (=pada pagi hari), مَسَاءً (=pada sore hari), غَدًا (=besok), اْلآنَ (=sekarang), dan sebagainya. Diantara Zharaf Makan: أَمَامَ (=di depan), خَلْفَ (=di belakang), وَرَاءَ (=di balik), فَوْقَ (=di atas), تَحْتَ (=di bawah), عِنْدَ (=di sisi), حَوْلَ (=di sekitar), بَيْنَ (=di antara), جَانِبَ (=di sebelah), dan sebagainya.
6) Mudhaf yang
berfungsi sebagai MUNADA
(مُنَادَى) atau Seruan/Panggilan.
رَسُوْلُ اللهِ (=Rasul Allah) adalah Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bila berfungsi sebagai Munada, maka kata رَسُوْل (=Rasul) sebagai Mudhaf menjadi Manshub.
Sedangkan bila Munada itu adalah Isim Mufrad yang bukan merupakan
Mudhaf-Mudhaf Ilaih, maka Isim tersebut tetap dalam
bentuk Marfu'. Contoh:
7) MUSTATSNA (
مُسْتَثْنَى ) atau Perkecualian ialah Isim yang terletak sesudah
ISTITSNA (اِسْتِثْنَى ) atau Pengecuali. Contoh:
Kata-kata yang biasa menjadi Istitsna antara lain: إِلاَّ - غَيْرَ - سِوَى - خَلاَ - عَدَا - حِشَا Semuanya biasa diterjemahkan: kecuali, selain. Isim yang berkedudukan sebagai Mustatsna tidak selalu harus Manshub. Mustatsna bisa menjadi Marfu' dalam keadaan sebagai berikut: a) Bila berada dalam Kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya disebutkan. Maka Mustatsna boleh Manshub dan boleh Marfu'. Contoh:
b) Bila Mustatsna berada dalam kalimat Negatif dan Subjek yang dikecualikan darinya tidak disebutkan sedangkan Mustatsna itu berkedudukan sebagai Fa'il maka ia harus mengikuti kaidah I'rab yakni menjadi Marfu'. Contoh:
|
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.