MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN (lengkap)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “ usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.
Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada jenjang masing-masing.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengertian psikologi pendidikan?
2.      Bagaimana sejarah singkat psikologi pendidikan?
3.      Apa saja objek psikologi pendidikan?
4.      Apa saja manfaat dari psikologi pendidikan?
5.      Apa saja yang termasuk dalam cakupan psikologi pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
a)      Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa greek (Yunani), yaitu;1) psyche yang berarti jiwa ; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Alhasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah simpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
b)      Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991;232). Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiam melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
c)      Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi bukan psikologi itu sendiri. Mereke mengagnggap bahwa psikologi pendidikan itu tidak memiliki teori, konsep, dan metode sendiri.
Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan psikologi pendidikan sebagai;..... a body of knowledge grounded in psychologycal research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning more effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar pada proses interaksi anatarguru-siswa dalam kelas.
Selanjutnya, Witherington dalam bukunya Educational Psychology  terjemahan M. Buchori (1978) memberi definisi psikologi pendidikan sebagai A systematic study of the process and factors involved in the educational of human being is called educational psychology, yakni bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.[1]
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.[2]

B.     SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “Riwayat hidup” psikologi pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada sekarang pada umumnya membahas pelbagai psikologi yang dicampur aduk menjadi satu, sehingga menyulitkan idntifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang  berkembang diwilayah inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Meskipun istilah W.J.S. Purwadarminta (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal.267) psikologi pendidikan sendiri pada masa awal perkembangannya, pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah scara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Menurut David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya itu.
Herbart adalah seorang filsuf dan pengaran kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika ia diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart , proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal dengan istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar mengajar (lihat Bab 8 Subbab E).
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Rebert (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah karyanya yang dianggap monumental, “sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi pendidikan, Application of Fsichology to the Scienc of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan lengkap mengeni ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut, penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu: ... regard history the most potent to study in developing child character, next to it the classes (David, 1972). Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarang. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi formal seperti, membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari negara adidaya tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun singgung dimuka. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah jurnal Internasional yang bernama British Journal of Educational Psychology.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan untuk mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan psikologi pendidikan-yang biasanya di gabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) itu sudah amat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikolog yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, di antaranya yang paling menonjol adalah:
1.      Aliran humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J. Rousseau. Abraham Maslow, C. Rogers;
2.      Aliran behaviorisme dengan tkoh utama J.B Watson. E. L. Thorndike, dan B.F Skiner.
3.      Aliran kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.[3]

C.    OBJEK PSIKOLOGI
Objek pembahasan psikologi adalah manusia. Karena sifat-sifat manusia yang sangat kompleks dan unik. Sedangkan objek psikologi biasanya dibagi menjadi dua macam;
a.      Objek material, yakni objek yang dipandang secara keseluruhannya. Adapun objek material dari psikologi ialah manusia itu sendiri. Disamping menjadi objek psikologi, manusia juga menjadi objek bagi ilmu-ilmu yang lain. Contoh; sosiologi, kedokteran, antropologi dan sebagainya.
b.      Objek formal, jika dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. Dalam hal ini maka objek formal dari psikologi adalah benda-benda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan misalnya, yang menjadi objek formal dalam kajian psikologi adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Deskrates objek psikologi itu adalah gejala-gejala kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita; tanggapan, perasaan, emosi-emosi, hasrat dan sebagainya. Pada aliran Behaviorisme yang muncul di Amerika pada permulkaan abad ke-20 yang tampak menjadi objeknya ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriyah). Sedangkan aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, objeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran manusia.
Manusia merupakan makhluk uyang sangat kompleks dan unik sifatnya. Itu pula sebabnya, maka jika ditinjau dari perkembangan awalnya sampai sekarang psikologi telah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga kini kita mengenal beberapa macam psikologi.[4]
Menurut Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu:
1.      Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.      Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.[5]

D.    MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:

1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini.

a. Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.

b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.

c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

d. Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.


e. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar

a. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.

b. Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.

c. Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru untu merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.[6]
Setiap ilmu pasti mempunyai manfaat dan kegunaan. Begitu juga pskologi pendidikan, tentu terdapat manfaat padanya. Beberapa tokoh telah menjelaskan mengenai manfaat psikologi ini. Menurut Lindgren sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah-yang dikutip pula dari kutipan Surya-, manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai pendidikan dan prosesnya.  Sedangkan Chaplin (1972) menintikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia  pendidikan dengan cara menggunakan metode- metode yang disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tecermin dalam ungkapannya: . . . the application formalized methods for solving these problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul itu dari pihak guru, siswa, atau situasi mengajar-belajar yang dihadapi guru dan siswa yang bersangkutan
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) peencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian pendidikan; 5) administrasi pendidikan; 6) pemiliha materi pelajaran; 7) interaksi mengajar-belajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan;9) metodologi mengajar; 10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. .[7]

E.     CAKUPAN  PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tirngkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar (oelh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses mengajar-belajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
1.      Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan  yang rinciannya sebagai berikut:
1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3.      Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4.      Perkembangan siswa (growth).
5.      Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7.      Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that condition learning).
8.      Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9.      Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10.  Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters).
11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspect of measurement).
12.  Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13.  Kesehatan rohani (mental hygiene)
14.  Pendidikan membentuk watak (character education).
15.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school subject).
Keenam belas pokok bahasan itu, konon telah dikupas oleh hampir semua ahli yang telah diselidiki Smith, walaupun porsi (jumlah bagian/jatah) yang diberikan dalam pengupasan tersebut tidak sama.
Dari rangkaian pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok yang sebelum ini telah penyusu singgung di muka, tampak sangat jelas bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital, (inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia dalam kelas maupun di luar kelas.
Selanjutnya, walaupun masalah belajar merupakan pokok bahasan sentral dan vital, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi pendidikan. Masalah mengajar (teaching) dan proses mengajar belajar (teaching-learning process) seperti telah penyusun tekankan sebelum ini, juga dibicarakan dengan porsi yang cukup besar dan luas dalam psikologi pendidikan. Betapa pentingnya masalah proses mengajar-belajar tersebut, terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pendidikan yang secara khusus membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat pengajaran)   antara guru dan siswa.
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikolog pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke dalam tujuh bagian.
1.      Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas.
2.      Metodologi kelas (metode pengajaran).
3.      Motivasi siswa peserta didik.
4.      Penganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
5.      Penanganan siswa berperilaku menyimpang.
6.      Pengukuran kinerja akademik   siswa.
7.      Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan.
Dalam hal penanganan manajemen  (proses penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan) yakni manajemen  ruang belajar  atau kelas, tugas utama guru adalah: 1) melakukan control terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas; 2) menciptakan iklim ruang belajar (classroom climate) sedemikian rupa agar proses mengajar-belajar dapat berjalan wajar dan lancer. Pengendalian atau control yang dilakukan guru, menurut tinjauan psikologi pendidikan harus senantiasa diorientasikan pada tercapainya disiplin. Disiplin dalam hal ini berarti segala sikap, penampilan, dan perbuatan siswa yang wajar dalam  mengikuti proses mengajar-belajar. Adapun adalah  penciptaan iklim kelas, guru sangat diharapkan mempu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga mengandung atmosfer (baca: suasana perasaan) iklim yang memungkinkan para siswa mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah..[8]
BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
a)      Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar.
b)      Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang  berkembang diwilayah inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
c)      Menurut Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu:
1.   Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2.   Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.
d)     Manfaat mempelajari psikologi pendidikan
1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
a. Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
d. Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
e. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
a. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
b. Penggunaan Media Pembelajaran
c. Penyusunan Jadwal Pelajaran
e)      Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
1.      Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik cakupan pembahasan psikologi yang rinciannya sebagai berikut:
1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3.      Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4.      Perkembangan siswa (growth).
5.      Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7.      Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that condition learning).
8.      Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9.      Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10.  Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters).
11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspect of measurement).
12.  Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13.  Kesehatan rohani (mental hygiene)
14.  Pendidikan membentuk watak (character education).
15.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school subject).

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin, 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim, 2010.  Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.




[1] Muhibbin Syah,Psikologi Pendidika Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remja Rosdakarya,2010. Hal 13
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 9
[3] Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja Rosdakarya,2010. Hal 24
[4]Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 4
[5]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja Rosdakarya,2010. Hal 14
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Hal 18.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Hal 24


3 komentar:

  1. Balasan
    1. Saran tiap orang berbeda-beda, silahkan di kembangkan masing-masing ya ..

      Hapus
  2. boleh tau nama authornya? terima kasih

    BalasHapus

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.