PSIKOLOGI
MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN (lengkap)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “ usaha dasar dan terencana untk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal
ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional; yakni guru di
sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi
sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut.
Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat
memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam
arti sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara
pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat
kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda
dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan
psikologi terapan dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan
ini disusun, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan
memantapkan kualitas kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional
yang bertugas pada jenjang masing-masing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian psikologi pendidikan?
2. Bagaimana sejarah singkat psikologi pendidikan?
3. Apa saja objek psikologi pendidikan?
4. Apa saja manfaat dari psikologi pendidikan?
5. Apa saja yang termasuk dalam cakupan psikologi pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
a)
Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata
bahasa inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar
kata yang bersumber dari bahasa greek (Yunani), yaitu;1) psyche yang
berarti jiwa ; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi
memang berarti ilmu jiwa.
Alhasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah simpulan bahwa psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan
tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya
dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang,
keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
b)
Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me
sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan fikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991;232).
Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusiam melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
c)
Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi
bukan psikologi itu sendiri. Mereke mengagnggap bahwa psikologi pendidikan itu
tidak memiliki teori, konsep, dan metode sendiri.
Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan psikologi
pendidikan sebagai;..... a body of knowledge grounded in psychologycal
research which provides a repertoire of resources to aid you in functioning
more effectively in teaching learning process. Psikologi pendidikan adalah
sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian
sumber-sumber untuk membantu Anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam
proses mengajar-belajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara
lahiriah hanya berkisar pada proses interaksi anatarguru-siswa dalam kelas.
Selanjutnya, Witherington dalam bukunya Educational Psychology terjemahan M. Buchori (1978) memberi definisi
psikologi pendidikan sebagai A systematic study of the process and factors
involved in the educational of human being is called educational psychology, yakni
bahwa psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.[1]
Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat
disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam
penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya
dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan
belajar.[2]
B.
SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi
pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu dicari. Hal ini terbukti
karena kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “Riwayat hidup” psikologi
pendidikan masih sangat langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi
yang ada sekarang pada umumnya membahas pelbagai psikologi yang dicampur aduk
menjadi satu, sehingga menyulitkan idntifikasi terhadap jenis psikologi
tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon
pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi
pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan
yang berkembang diwilayah inggris
(David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka tulis itu
tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah pengembangan
saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia
pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu. Meskipun istilah W.J.S.
Purwadarminta (Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka. 2001. Hal.267) psikologi pendidikan
sendiri pada masa awal perkembangannya, pemanfaatannya belum dikenal orang.
Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan
berkembanglah scara resmi (entah tahun berapa) sebuah cabang khusus psikologi
yang disebut psikologi pendidikan. Menurut David (1972) pada umumnya para ahli
memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan yang
konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya
itu.
Herbart adalah seorang filsuf dan pengaran kenamaan yang lahir di
Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen
filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika ia
diangkat menjadi ketua jurusan filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia
meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang
disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran
Herbartianisme ialah apperceptive mass,
sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki
individu. Dalam pandangan Herbart , proses belajar atau memahami sesuatu
bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih
digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni yang kita kenal dengan
istilah apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam belajar mengajar (lihat Bab
8 Subbab E).
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Rebert (1988), adalah pendahulu
pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran
psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus
gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga
sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar) adalah karyanya yang dianggap monumental,
“sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi
pendidikan, Application of Fsichology to
the Scienc of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Sebagai catatan lengkap mengeni ilmuwan besar yang berpengaruh tersebut,
penyusun kutipkan sebagian pandangannya yang berhubungan dengan pendidikan,
yaitu: ... regard history the most potent
to study in developing child character, next to it the classes (David,
1972). Dalam pandangan Herbart, mata
pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarang.
Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai
pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi
formal seperti, membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat,
meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari negara adidaya
tersebut menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun
perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa,
kenyataannya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan
psikologi pengajaran dan didaksologi seperti yang telah penyusun singgung dimuka.
Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa,
khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah jurnal Internasional
yang bernama British Journal of
Educational Psychology.
Sekarang, semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar
psikologi dan pendidikan untuk mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di
universitas-universitas terkenal di dunia yang membuka jurusan atau
spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang
lengkap dan modern. Sayang, di negara kita jurusan psikologi pendidikan-yang
biasanya di gabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) itu sudah amat
jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan
adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikolog
yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi
yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi
pendidikan, di antaranya yang paling menonjol adalah:
1. Aliran humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J. Rousseau. Abraham Maslow, C.
Rogers;
2. Aliran behaviorisme dengan tkoh utama J.B Watson. E. L. Thorndike, dan B.F
Skiner.
3. Aliran kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D.
Ausbel.[3]
C. OBJEK PSIKOLOGI
Objek pembahasan psikologi adalah manusia. Karena sifat-sifat manusia yang
sangat kompleks dan unik. Sedangkan objek psikologi biasanya dibagi menjadi dua
macam;
a. Objek material, yakni objek yang
dipandang secara keseluruhannya. Adapun objek material dari psikologi ialah
manusia itu sendiri. Disamping menjadi objek psikologi, manusia juga menjadi
objek bagi ilmu-ilmu yang lain. Contoh; sosiologi, kedokteran, antropologi dan
sebagainya.
b. Objek formal, jika dipandang menurut aspek
mana yang dipentingkan dalam penyelidikan psikologi itu. Dalam hal ini maka
objek formal dari psikologi adalah benda-benda menurut perubahan zaman dan
pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad
pertengahan misalnya, yang menjadi objek formal dalam kajian psikologi adalah hakekat
jiwa. Kemudian pada masa Deskrates objek psikologi itu adalah gejala-gejala
kesadaran, yakni apa-apa yang langsung kita hayati dalam kesadaran kita; tanggapan,
perasaan, emosi-emosi, hasrat dan sebagainya. Pada aliran Behaviorisme
yang muncul di Amerika pada permulkaan abad ke-20 yang tampak menjadi objeknya
ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriyah). Sedangkan aliran
psikologi yang dipelopori oleh Freud, objeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran
manusia.
Manusia merupakan makhluk uyang sangat kompleks dan unik sifatnya. Itu pula
sebabnya, maka jika ditinjau dari perkembangan awalnya sampai sekarang
psikologi telah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga kini kita mengenal
beberapa macam psikologi.[4]
Menurut Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu:
1. Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor
dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2. Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk
metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas
penyajian materi pelajaran.[5]
D. MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat
dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak
kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini.
a. Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok
siswa di dalam kelas dengan hati-hati, karena karakteristik masing-masing siswa
berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami perbedaan
karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan
guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan
karakteristik siswa tersebut.
b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang
digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan
materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa
diciptakan oleh guru sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif.
Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar
mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar
mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu guru
agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas,
sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik
perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu
mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya
belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
d. Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di
sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan
sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada
siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan pendidikan
dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
e. Mengevaluasi
Hasil Pembelajaran
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar
dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar
siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam
mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis
evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil
evaluasi.
2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
a. Menetapkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku
yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi
pendidikan membantu guru dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
b. Penggunaan Media Pembelajaran
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan
guru untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan.
Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran
nyata kepada peserta didik.
c. Penyusunan Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi
psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa
seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih
segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi
pendidikan berperan dalam membantu guru untu merencanakan, mengatur
dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.[6]
Setiap ilmu pasti mempunyai manfaat dan kegunaan. Begitu juga pskologi
pendidikan, tentu terdapat manfaat padanya. Beberapa tokoh telah menjelaskan
mengenai manfaat psikologi ini. Menurut Lindgren sebagaimana dikutip oleh Muhibbin
Syah-yang dikutip pula dari kutipan Surya-, manfaat psikologi pendidikan ialah
untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang
lebih baik mengenai pendidikan dan prosesnya.
Sedangkan Chaplin (1972) menintikberatkan manfaat psikologi pendidikan
untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan metode-
metode yang disusun secara rapi dan sistematis. Hal ini tecermin dalam
ungkapannya: . . . the application formalized methods for solving these
problems. Tak perlu dibedakan apakah masalah-masalah psikologis yang timbul
itu dari pihak guru, siswa, atau situasi mengajar-belajar yang dihadapi guru
dan siswa yang bersangkutan
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan
prinsip-prinsip psikologis, yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2)
peencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian pendidikan; 5)
administrasi pendidikan; 6) pemiliha materi pelajaran; 7) interaksi
mengajar-belajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan;9) metodologi mengajar;
10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut,
diperlukan adanya figur-figur guru yang kompeten. .[7]
E. CAKUPAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi yang
khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang
terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tirngkah laku belajar (oleh
siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku mengajar-belajar
(oelh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan
persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya
adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang
lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi
pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya
ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses mengajar-belajar.
Secara garis
besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan
menjadi tiga macam.
1. Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan
peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan
kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel
Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik
bahasan yang rinciannya sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational
psychology).
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that condition learning).
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10. Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject
matters).
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspect of
measurement).
12. Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene)
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology
of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of
elementary school subject).
Keenam belas pokok bahasan itu, konon telah dikupas oleh hampir semua ahli
yang telah diselidiki Smith, walaupun porsi (jumlah bagian/jatah) yang
diberikan dalam pengupasan tersebut tidak sama.
Dari rangkaian pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok yang sebelum
ini telah penyusu singgung di muka, tampak sangat jelas bahwa masalah belajar
(learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital, (inti dan amat
penting) dalam psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan
belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna bahwa
berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang kepada proses
belajar siswa baik ketika ia dalam kelas maupun di luar kelas.
Selanjutnya, walaupun masalah belajar merupakan pokok bahasan sentral dan
vital, tidak berarti masalah-masalah lain tidak perlu dibahas oleh psikologi
pendidikan. Masalah mengajar (teaching) dan proses mengajar belajar
(teaching-learning process) seperti telah penyusun tekankan sebelum ini, juga
dibicarakan dengan porsi yang cukup besar dan luas dalam psikologi pendidikan.
Betapa pentingnya masalah proses mengajar-belajar tersebut, terbukti dengan
banyaknya penelitian yang dilakukan dan buku-buku psikologi pendidikan yang
secara khusus membahas masalah interaksi instruksional (hubungan bersifat
pengajaran) antara guru dan siswa.
Khusus mengenai proses mengajar-belajar, para ahli psikolog pendidikan
seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan ke
dalam tujuh bagian.
1.
Manajemen
ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan
penciptaan iklim kelas.
2.
Metodologi
kelas (metode pengajaran).
3.
Motivasi siswa
peserta didik.
4.
Penganan siswa
yang berkemampuan luar biasa.
5.
Penanganan
siswa berperilaku menyimpang.
6.
Pengukuran
kinerja akademik siswa.
7.
Pendayagunaan
umpan balik dan penindaklanjutan.
Dalam hal penanganan manajemen
(proses penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan) yakni
manajemen ruang belajar atau kelas, tugas utama guru adalah: 1)
melakukan control terhadap seluruh keadaan dan aktivitas kelas; 2) menciptakan
iklim ruang belajar (classroom climate) sedemikian rupa agar proses
mengajar-belajar dapat berjalan wajar dan lancer. Pengendalian atau control
yang dilakukan guru, menurut tinjauan psikologi pendidikan harus senantiasa
diorientasikan pada tercapainya disiplin. Disiplin dalam hal ini berarti segala
sikap, penampilan, dan perbuatan siswa yang wajar dalam mengikuti proses mengajar-belajar. Adapun
adalah penciptaan iklim kelas, guru
sangat diharapkan mempu menata lingkungan psikologis ruang belajar sehingga
mengandung atmosfer (baca: suasana perasaan) iklim yang memungkinkan para siswa
mengikuti proses belajar dengan tenang dan bergairah..[8]
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
a) Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang
psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah
cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan
pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang
sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi
proses dan keberhasilan belajar.
b) Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pendidikan konon
pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti Boring dan Murphi
pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi
pendidikan yang berkembang diwilayah
inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi pendidikan yang mereka
tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah
pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis
tersebut.
c) Menurut Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu:
1. Siswa, yaitu orang-orang yang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor
dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2. Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk
metode, model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas
penyajian materi pelajaran.
d) Manfaat mempelajari psikologi pendidikan
1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses
Pembelajaran
a. Memahami
Perbedaan Individu (Peserta Didik)
b. Penciptaan
Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
c. Pemilihan
Strategi dan Metode Pembelajaran
d.
Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
e. Mengevaluasi
Hasil Pembelajaran
2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Mengajar
a.
Menetapkan Tujuan Pembelajaran
b. Penggunaan
Media Pembelajaran
c. Penyusunan
Jadwal Pelajaran
e) Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan
psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
1. Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip,
dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
2. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan
peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan
kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984),
menetapkan 16 topik cakupan pembahasan psikologi yang rinciannya sebagai
berikut:
1. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational
psychology).
2. Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3. Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4. Perkembangan siswa (growth).
5. Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6. Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7. Factor-faktor yang memengaruhi belajar (factors that condition learning).
8. Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
9. Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan
pengukuran/evaluasi (measurement: basic principle and definitions).
10. Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject
matters).
11. Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspect of
measurement).
12. Ilmu statistik dasar (element of statistics).
13. Kesehatan rohani (mental hygiene)
14. Pendidikan membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology
of secondary school subjects).
16. Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of
elementary school subject).
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin,
2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim,
2010. Psikologi Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wahyono, Budi, http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html. Pkul 19:48 WIB, tanggal 18
september 2014.
[1] Muhibbin Syah,Psikologi
Pendidika Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remja Rosdakarya,2010. Hal 13
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 9
[3] Muhibbin Syah,Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja Rosdakarya,2010. Hal
24
[4]Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Hal 4
[5]Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, , Bandung: Remaja Rosdakarya,2010. Hal
14
[6] Budi Wahyono, http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html
pkul 19:48 WIB, tanggal 18 september 2014
[7] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Hal
18.
[8] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Hal
24
gak ada saran nya bang.
BalasHapusSaran tiap orang berbeda-beda, silahkan di kembangkan masing-masing ya ..
Hapusboleh tau nama authornya? terima kasih
BalasHapus