MAMALIK MAMLUK DI MESIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Islam dalam perjalanannya mengalami pasang surut dan jatuh bangun dalam pemerintahannya. Hal ini terjadi akibat banyak faktor yang berasal dari dalam maupun luar pemerintahan islam sendiri. Disini kami mencoba untuk mengulas sebuah pemerintahan islam, yaitu  dinasti mamluk atau mamalik yang telah berlangsung antara tahun 648 H / 1250 M hingga 922 H / 1517 M. Dsini akan  diulas mengenai sejarah berdirinya, pemerintahannya, kemajuan-kemajuan yang dicapai serta sebab kemunduran dan keruntuhan dinasti mamluk di mesir. Semoga tulisan ini nanti dapat menambah pengetahuan kita tentang sejarah kebudayaan isam pada masa lalu.

2.      RUMUSAN MASALAH
a)      Bagaimana sejarah munculnya dinasti mamalik di mesir ?
b)      Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti mamalik bahri ?
c)      Bagaimana pemerintahan pada masa dinasti mamalik burji ?
d)     Apa sajakah kemajuan-kemajuan yang di capai oleh dinasti mamalik dalam dunia islam?
e)      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran dan keruntuhan dinasti mamalik di mesir ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    SEJARAH MUNCULNYA DINASTI MAMALIK/MAMLUK DI MESIR
Kata Mamluk bentuk jamaknya adalah Mamalik berarti budak atau hamba yang dibeli dengan uang. Seorang Mamluk berasal dari ibu-bapak yang merdeka (bukan budak atau hamba). Mereka adalah orang-orang merdeka secara penuh dan penjualan mereka adalah bathil.Ini berbeda dengan ‘abd yang berarti hamba sahaya yang dilahirkan oleh ibu-bapak yang juga berstatus sebagai hamba dan kemudian dijual. Perbedaan lain adalah Mamluk berkulit putih, sedangkan ‘abd berkulit hitam. Mereka didatangkan oleh para sultan pemerintahan Ayyubiyyah dari berbagai negeri. Di antaranya yang terpenting adalah turkistan, Kaukasus, asia kecil, dan negeri-negeri di Asia Tengah. Setelah itu mereka dibeli pada saat mereka masih kecil-kecil dan mereka di tempatkan secara terisolir dari kebanyakan manusia di sebuah benteng khusus.
Mereka di didik dan dijadikan tentara. Oleh penguasa ayubiyah yang terakhir, al-Malik al Saleh, mereka dijadikan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa itu mereka mendapat hak-hak istimewa, baik dalam ketentaraan maupun dalam imbalan-imbaan meteriil.
B.     PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI MAMALIK BAHRI (648-729 H/ 1250-1389 M)
Pemerintahan di dirikan oleh Malik Saleh Najmuddin Ayyub. Nama Mamluk Bahriyah dinisbatkan pada sebuah tempat yang disediakan oleh Sultan Malik Al-Saleh Najmudin Ayyub kepada para Mamluk. Tempat ini berada di pulau Raudhah di tepi sungai Nil yang dilaengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan materi-materi sipil dan militer. Sejak itu, para Mamluk dikenal dengan Al-Mamalik Al-Bahriyyah (para budak lautan).
            Malik Saleh al Ayyubi meninggal saat pasukannya sedang sibuk melawan pasukan salib yang dipimpin oleh Louis IX. Istrinya Syajaratud dur menyembunyikan kabar kematiannya. Kemudiananaknya yang bernamaTuransyah naik tahta. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah lebih dekat dengan tentara asal kurdi dari pada mereka. Pada tahun 1250 M, Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah.Kemudian Syajaratud Dur berusaha mengambil kendali pemerintahan atas kesepakatan dengan golongan Mamalik. Kepemimpinannya berlangsung selama tiga bulan. Kemudian Syajaratud Dur menikah dengan Aybak, seorang tokoh Mamalik dan menyerahkan kepemimpinan kepada dia, sambil berharap dapat terus berkuasa di belakang tabir. Namun kemudian Aybak membunuh Syajaratud Dur dan mengambil sepenuhnya pemerintahan.
            Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257), setelah meninggal ia digantikan oleh anaknya, Ali yang masih kecil berusia muda. Ali kemudian mengundurkan diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz. Setelah Qutuz naik tahta, Baybars yang mengasingkan diri ke syiria, karena tidak senang dengan pemerintahan Aybak kembali ke Mesir. Di awal tahun 1260 M, Mesir terancam serangan mongol yang sudah hampir menduduki seluruh dunia islam. Kedua tentara bertemu di Aynt Jalut dan pada tanggal 13 september 1260 M, tentara Mamalik dibawah pimpinan Qutuz dan Baybars berhasil menghancurkan pasukan Mongol tersebut. Kemenangan atas tentara mongol ini membuat Mamalik di Mesir menjadi tumpuan harapan umat islam di sekitarnya.
            Tidak lama setelah itu, Qutuz meninggal dunia. Kemudian digantikan oleh Baybars, yang seorang pemimpin yang tangguh dan cerdas (1260-1277). Baybars mengundang Ahmad anak Kholifah Bani Abbasiyah Al-Zhahir ke Kairo. Sebelumnya, Ahmad melarikan diri dari Baghdad setelah dihancur leburkan oleh orang-orang Mongolia, kemudian dia dibaiat sebagai khalifah dan diberi gelar Al-Mustanshir pada tahun 659 H./1260 M.Tujuan dilakukannya hal itu oleh Baybars adalah untuk menguatkan pusat kekuasaan di Kairo dan menarik dukungan negeri-negeri Islam yang lain serta melindungi kursi kekuasaan Mamluk dengan legalitas syariah. Setelah itu, Bani Abbasiyah secara berturut-turut berkuasa dengan jumlah khalifah sebanyak 18 orang antara tahun 659-923 H./1260-1517 M. Mereka tidak memiliki kekuasaan kholifah apapun kecuali hanya sekedar nama. Mereka tidak lebih hanyalah simbol dan sama sekali tidak ikut campur dalam urusan negara.
Tidak begitu banyak yang berarti Kerajaan Mamluk di bawah pimpinan Baybars. Sultan Al-Mansur Qalawun (678 H./1280 M.-689H./1290 M.) yang telah menyumbangkan jasanya dalam pengembangan administrasi pemerintah, perluasan hubungan luar negeri untuk memperkuat posisi Mesir dan Syam di jalur perdagangan internasional. Sultan Qalawun berhasil mewariskan tahtanya kepada keturunannya. Hal ini terjadi berkat keberadaan 12.000 Mamluk Burji yang memang dipersiapkan untuk melindungi kepentingan pribadinya.
Sultan Mamluk yang memiliki kejayaan dan prestasi lainnya dari garis Bani Qalawun adalah putra pengganti Qalawun, yakni Nashir Muhammad (696 H./1296 M.). Sultan memegang tampuk pemerintahan selama tiga kali dan mengalami dua kali turun tahta.Masa setelah Bani Qalawun, tampuk pemerintahan Mamluk dipimpin oleh Mamluk keturunan Muhammad hingga 9 sultan.Kesembilan sultan ini hanyalah simbul nama dan tidak berpengaruh terhadap masyarakat umum lainnya. Dalam analisis Ahmad Al-Usairy, “mereka tidak memiliki daya dan upaya, pandangan maupun kebijakan apapun “, sampai sultan terakhir dari Dinasti Mamluk yang berasal dari Bani Sya’baniyah, Al-Shalih Hajj Asyraf bin Sya’ban sekitar tahun 791 H./1388 M. digulingkan oleh Sultan Barquq yang menjadi cikal bakal sultan pertama pada pemerintahan Mamluk Burji.

C.     PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI MAMALIK BURJI
Masa pemerintahan Mamluk Burji diawali dengan berkuasanya Sultan Barquq (784 H./1382 M.-801 H./1399 M.) setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari Mamluk Bahri yaitu Shalih Haj bin Asyraf Sya’ban. Sesungguhnya tidak ada perbedaan pemerintahan Mamluk Bahri dan Burji, baik dari segi status para sultan yang dimerdekakan atau pun dari segi sistem pemerintahan yang oligarki. Hal-hal yang membedakan kedua pemerintah tersebut adalah sukses pemerintahan Mamluk Bahri lebih banyak terjadi dengan turun-temurun, sedangkan pada masa Mamluk Burji suksesi lebih banyak terjadi karena perang saudara dan huru-hara. Pertentangan ini disebabkan sistem pendidikan bagi para Mamluk tidak ketat, dan mereka diperbolehkan untuk tinggal di luar pusat-pusat latihan bersama rakyat biasa.
Pemerintahan selanjutnya dipimpin oleh Sultan Al-Nashir Faraj (801 H./1399 M.-808 H./1405 M.), putra Sultan Barquq dan merupakan salah seorang cucu Jengis Khan yang telah masuk Islam dan berkuasa di wilayah Samarkand dan Khurasan. Timur Lenk (771 H./1370 M.-807 H./1405 M.), melakukan penyerangan ke wilayang Suriah. Timur Lenk tampaknya mengulang kembali sejarah keberingasan pasukan Mongol pada zaman Hulagu Khan ketika menguasai wilayah-wilayah tetangganya yang muslim. Pasukan Mamluk pun menyiapkan diri untuk menghadang serangan Timur Lenk tersebut. Pada tahun 1401, Aleppo dapat dikuasai oleh pasukan Timur Lenk dan disusul dengan Damaskus yang menyerah setelah tentara Mamluk dapat dikalahkan. Kota Damaskus dibumihanguskan, baik sekolah maupun masjid dibakar. Ketika pasukan Mamluk disiagakan kembali untuk merebut Damaskus, Timur Lenk sudah meninggalkan kota itu dan akhirnya diadakanlah perjanjian perdamaian serta bertukar tawanan perang.
Sementara itu, dua Sultan Mamluk Burji, yakni Al-Asyraf Baribai (825 H./1422 M.-841 H./1437 M.) dan Al-Zahir Khusyqadam (865 H./1461 M.-872 H./1467 M.) masih harus terus mempertahankan wilayahnya dari serangan pasukan salib di kepulauan Cyprus dan Rhodos yaitu Laut Aegea yang sekarang milik Yunani. Kedua ekspedisi militer ini berhasil menahan kekuatan kaum Nasrani dan dengan demikian, pasukan Mamluk kembali membuktikan keunggulanya untuk dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.
Banyak dari sultan-sultan Mamluk Burji naik tahta pada usia muda. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab melemahnya Dinasti Mamluk. Para Mamluk selalu disibukkan dengan gejolak atau pertentangan yang terjadi. Dana kesultanan lebih banyak dikeluarkan untuk aksi-aksi militer, sementara itu pemasukan semakin menipis. Rongrongan dari luar wilayah Mamluk pun datang beruntun karena para Mamluk tidak mengutamakan persatuan dan banyak yang meminta bantuan dari luar. Sebagai contoh pada masa pemerintahan Sultan Asyraf Qaitbay (872 H./1468 M.-901 H./1496 M.), terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para amir Mamluk di wilayah Syam dan Aleppo, dan gerakan pengacau keamanan dari orang Arab di selatan Mesir. Pada masa pemerintahan ini, terjadi penyerangan pasukan Turki Utsmani terhadap wilayah Mamluk yang merupakan cikal-bakal permusuhan antara Dinasti Mamluk dan tentara Turki Utsmani.
Begitulah seterusnya para Sultan Mamluk dilanda krisis dan perang, baik dari dalam (Mamluk) maupun dari pihak luar seperti serangan tentara Turki Utsmani, orang Portugis yang melarang dan mengusik jalur perdagangan Mamluk di Laut Tengah hingga tewasnya Sultan Qanshus Al-Guri ketika berperang melawan tentara Turki Utsmani pada tahun 922 H./1516 M. sejak saat itu, Dinasti Mamluk di bawah bayang-bayang tentara Turki Utsmani.
Sultan terakhir Dinasti Mamluk Burji adalah Al-Asyraf Tumanbai. Ia adalah seorang pejuang yang gigih. Namun, pada saat itu ia tidak memperoleh dukungan dari golongan Mamluk sehingga ia harus menghadapi sendiri pasukan Turki Utsmani. Akhirnya, Tumanbai ditangkap oleh pasukan Turki Utsmani atas bantuan beberapa amir Mamluk dan kemudian digantung di salah satu gerbang kota Kairo, pada tahun 923 H./1517 M. Sejak saat itu, berakhirlah masa pemerintahan Dinasti Mamluk dan dimulainya masa penguasaan Turki Utsmani di Mesir dan Syam.

D.    KEMAJUAN-KEMAJUAN YANG DI CAPAI OLEH DINASTI MAMALIK DALAM DUNIA ISLAM
a)      Dalam bidang pemerintahan,
Kemenangan dinasti Mamalik atas tentara Mongol di 'Ayn al-Jalut menjadi modal besar untuk menguasai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa dinasti kecil menyatakan setia kepada kerajaan ini. Untuk menjalankan pemerintahan di dalam negeri, Baybars mengangkat kelompok militer sebagai elit politik. Disamping itu, untuk memperoleh simpati dari kerajaan-kerajaan Islam lainnya, Baybars membaiat keturunan Bani Abbas yang berhasil meloloskan diri dari serangan bangsa Mongol, al-Mustanshir sebagai khalifah. Dengan demikian, khilafah Abbasiyah, setelah dihancurkan oleh tentara Hulaghu Khan di Baghdad, berhasil dipertahankan oleh daulah ini dengan Kairo sebagai pusatnya. Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang dapat mengancam kekuasaan Baybars dapat dilumpuhkan, seperti tentara Salib di sepanjang Laut Tengah, Assasin di pegunungan Syria, Cyrenia (tempat berkuasanya orang-orang Armenia), dan kapal-kapal Mongol di Anatolia.
b)       Dalam bidang ekonomi,
Dinasti Mamalik membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang sudah dirintis oleh dinasti Fathimiyah di Mesir sebelumnya. Jatuhnya Baghdad menjadikan kota Kairo sebagai jalur perdagangan antara Asia dan Eropa, dan menjadi lebih penting karena Kairo menghubungkan jalur perdagangan Laut Merah dan Laut Tengah dengan Eropa. Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antarkota, baik laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu pengembangan perekonomiannya.
c)       Di bidang ilmu pengetahuan,
Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol. Karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi dikenal nama Nashiruddin ath-Thusi. Di bidang matematika Abul Faraj al-'Ibry . Dalam bidang kedokteran: Abul Hasan 'Ali an-Nafis, penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun'im ad-Dimyathi, seorang dokter hewan, dan Ar-Razi’, perintis psykoterapi. Dalam bidang opthalmologi dikenal nama Shalahuddin ibn Yusuf. Sedangkan dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Syaikhul Islam ibn Taimiyah Rahimahullah, seorang mujaddid, mujahid dan ahli hadits dalam Islam, Imam As-Suyuthi Rahimahullah yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Imam Ibn Hajar al-'Asqalani Rahimahullah dalam ilmu hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.
d)     Daulah Mamalik juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur.
Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUNDURAN DAN KERUNTUHAN DINASTI MAMALIK DI MESIR
1.      Faktor interal
a)      Pola hidup para penguasa yang suka hidup mewah dan berfoya-foya.
b)      Perilaku buruk dari para sultan atau para pegawainya seperti, tipudaya, pembunuhan dan pembantaian.
c)      Korupsi dan monopoli ekonomi dilakukan oleh para sultan dalam mengelola pembangunan.
d)     Terjadinya perpecahan dan konflik internal serta terjadi banyak peperangan diantara mereka.        
e)      Menurunnya solidaritas antarsesama militer.
f)       Banyaknya penguasa yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan.
2.      Faktor external
a)      Munculnya kekuatan Ustmani di Turki yang nantinya akan mengakhiri pemerintan dinasti Mamalik.
b)      Kegagalan mereka membendung serangan orang-orang portugis yang saat itu telah sampai di Laut Tengah dan Laut Merah.
c)      Ditemukanya tanjung harapan oleh Eropa tahun 1498 M, yang menyebabkan jalur perdagangan Asia-Eropa lewat Mesir menurun fungsinya sehingga mengganggu perekonomian negara.
d)     Kemarau panjang dan berjangkitnya wabah penyakit.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Pemerintahan Mamalik merupakan pemerintahan yang dibangun oleh orang-orang Mamalik alias budak yang dibeli dengan cara ilegal. Seiring perkembangannya, pemerintahan Mamalik terbagi menjadi dua periode, periode Mamalik Bahri (648-729 H/ 1250-1389 M) sampai berakhirnya pemerintahan Hajj II. dan periode kekuasaan Mamalik Burji (729-923 H/1389-1517 M), sejak berkuasanya Burquq sampai kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Utsmani tahun 1517 M.



DAFTAR PUSTAKA

Al-‘UsairyAhmad,2012,SEJARAH ISLAM,Jakarta : Akbar Media Eka Sarana.
YatimBadri, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
http://dc223.4shared.com/doc/O-2qSLVn/preview.html (diakses pada hari rabu 4 Mei 2013, pukul 21.00)
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mamluk&oldid=5953046 (diakses pada hari rabu 4 Mei 2013, pukul 21.00)
http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/sejarah/allsub/146/dinasti-mamalik-di-mesir-masa-kemunduran.html (diakses pada hari rabu 4 Mei 2013, pukul 21.00 )


________________________________________


Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.