MAKALAH ISLAM NIH
MAKALAH NIH
MAKALAH PENDIDIKAN
MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan
sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju kedewasaan, baik secara
akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban
sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan juga sebagai Khalifatu
fil ardhi
(pemelihara) pada alam semesta ini. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan
adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan kemampuan dan
keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk
terjun ketengah lingkungan masyarakat yang berbekalkan Nal-Qur’an dan as-Sunnah.
Pendidikan
sebagaimana dikemukakan dalam berbagai kesempatan dalam tulisan ini merupakan
sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar,
proses belajar mengajar, guru, murid, manajemen, saran prasarana, biaya,
lingkungan, dan lain sebagainya. Berbgai komponen pendidikan tersebut
memebentuk sebuah sistem yang memiliki konstruksi atau bangunan yang khas. Agar
konstuksi atau bangunan pendididkan tersebut kokoh, maka ia harus meiliki
dasar, fundament atau asas yang menopang dan menyangganya, sehimgga
bangunan konsep pendidikan tersebut dapat berdiri kokoh dan dapat digunakan
sebagai acuan dalam praktik pendidikan.[1]
Dasar adalah tempat untuk berdirinya
sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan dicapai dan
sekaligus sebagai landasan berdirinya sesuatu. Setiap Negara mempunyai dasar
pendidikan sendiri. Ia merupakan pencerminana falsafah hidup suatu bangsa.
Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa disusun.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2.
Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3.
Macam-macam Asas Pendidikan Islam
4.
Macam-macam Dasar Pendidikan Islam
C.
Tujuan
1.
Memahami Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2.
Memahami Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3.
Memahami Macam-macam Asas
Pendidikan Islam
4.
Memahami Macam-macam Dasar Pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1.
Pengertian
Dasar Pendidikan Islam(Konseptual)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata
dasar memiliki banyak arti diantaranya alas atau fondasi, pokok atau pangkal[3].
Menurut Abudin Nata dasar pendidikan
adalah segala sesuatu yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang
mendasari, melandasi dan mengasasi pendidkan[4].
Dengan demikian dasar pendidikan islam adalah segala sesuatu yang bersifat
konsep, pemikiran dan gagasan yang mendasari, melandasi dan mengasasi pendidkan
islam.
Menurut Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakkir dasar pendidikan islam adalah landasan operasional yang dijadikan
untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan islam.[5]
Namun pendapat ini disanggah oleh Abudin Nata, beliau bependapat bahwa dasar
pendidikan bukanlah landasan opersional, akan tetapi lebih merupakan landasan
konseptual. Karena dasar pendidikan tidak secara langsung memberikan dasar bagi
pelaksanaan pendidikan, namun lebih meemberikan dasar bagi penyusunan konsep
pendidikan[6].
Dan menurut penulis sendiri pendapat Abudin Nata ini lebih tepat.
2.
Pengertian Asas
Pendidikan Islam
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
kata asas bermakna suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan
berfikir (berpendapat).[7]
Disebutkan pula terdapat kosakata prinsip semakna dengan kata asas, jadi dapat
dikatakan bahwa asas sama dengan prinsip.
Dengan demikian yang dimaksud dengan
asas pendididkan islam adalah prinsip pendidikan islam yaitu kebenaran yang
dijadikan pokok dasar dalam merumuskan dan melaksanakan pendidikan islam.
prinsip-prinsip ajaran islam ini digunakan dalam merumusksan dan melaksanakan
ajaran islam. Prinsip-prinsip ini sifatnya permanen, karena merupakan ajaran,
dan karenanya tidak boleh dihilangkan atau diubah, karena ketika prinsip
tersebut dihilangkan atau diubah maka menghilangkan sifat dan karakter
pendidikan islam tersebut.[8]
B.
Perbedaan Asas
dan Dasar Pendidikan Islam
Bertolak dari
asal kata asas dan dasar yang pada asal katanya adalah semakna,dimana kata asas
merupakan serapan dari bahasa Arab yang
maknanya adalah dasar, akan tetapi berbeda dalam definisi.
Asas adalah kebenaran
yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir (berpendapat) sedangkan dasar
adalah adalah segala sesuatu yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang
mendasari, melandasi dan mengasasi.
Perbedaaan
antara asas dasar pendidikan islam dan dasar pendidikan islam secara gamblang
dijelaskan oleh Abudin Nata, beliau menegaskan kata dasar digunakan sebagai
tempat yang dijadikan Sandaran atau pijakan dalam membangun sesuatu atau
sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori. Adapun
kata prinsip sama artimya dengan asas, yaitu kebenaran yang dijadikan pokok
dasar dalam berfikir dan bertindak. Kata prinsip atau asas merupakan landasan
operasional atau landasan bertindak[9]
C.
Macam-macam Asas
Pendidikan Islam[10]
Mengacu kepada
sumber ajaran Islam, baik al-Qur’an, al-Hadis, sejarah, pendapat para sahabat,
masalahat murshalah dan uruf, dapat di jumpai beberapa prinsip pendidikan
sebagai berikut:
1.
Prinsip Wajib
Belajar dan Mengajar(landasan oprasional)
Prinsip wajib belajar adalah prinsip
yang menekankan agar setiap orang dalam Islam merasa bahwa meningkatkan
kemampuan diri dalam bidang pengembangan wawasan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman, intelektual, spiritual, dan sosial merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan. Dengan prinsip ini, pendidikan Islam tidak menghendaki adanya
orang yang bodoh, karena orang yang bodoh bukan saja menyusahkan dirinya,
melainkan menyusahkan orang lain.
2.
Prinsip
Pendididkan Untuk Semua (education for all)
Prinsip pendidikan untuk semua
adalah prinsip yang menekankan agar dalam pendidikan tidak terdapat
ketidakadilan perlakuan, atau diskriminasi. Pendidikan harus di berikan kepada
semua orang dengan tidak membedakan karena latar belakang suku, agama,
kebangsaan, status sosial, jenis kelamin, tempat tinggal, dan lain sebagainya.
Dengan alasan, jika ada orang yang tidak mengenyam pendidiakan (bodoh), maka
kebodohan itu tidak hanya merugikan dirinya, melainkan juga merugikan atau akan
menjadi beban orang lain. Itulah sebabnya, semua orang harus dididik, sehingga
masing-masing dapat melaksanakan peran dan tanggungjawabnya, dapat mengatasi
masalah sendiri dan tidak jadi beban bagi orang lain. Prinsip ini harus
diterapkan dalam merumuskan kebijakan dan mempraktikkan pendidikan Islam.
3.
Prinsip
Pendidikan Sepanjang Hayat (Long Life education) “–murid, anak didik, peserta
didik-“ pembelajar: Long Life education
Prinsip pendidikan sepanjang hayat
adalah prinsip yang menekankan, agar setiap orang dapat terus belajar dan
meningkatkan dirinya sepanjang hayat.mereka harus belajar walaupun sudah
menyandang gelar kesarjanaan. Hal tersebut dilakukan, karena beberapa alasan.
Pertama, setiap ilmu yang dipelajari suatu saat akan hilang atau lupa dari
ingatan, karena disebabkan tidak pernah di pelajari lagi. Kedua, bahwa ilmu
pengetahuan setiap saat mengalami perkembangan, pembaruan, bahkan pergantian,
mengingat data yang digunakan ilmu pengetahuan tersebut sudah berubah. Oleh
sebab itu, jika ia tidak terus menerus belajar, maka akan tertinggal dari
perkembangan, dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak dapat digunakan lagi,
karena sudah tidak relevan.
4.
Prinsip
Pendidikan Berwawasan Global Dan Terbuka
(Think globaly aet locally) berfikir global walaupun bergerak
dilokal. Dalam islam harus memiliki manna’ah: imunitas (daya kekebalan)
Prinsip pendidikan berwawasan
gelobal, maksudnya adalah bahwa ilmu pengetahuan yang di pelajari bukan hanya
yang terdapat di dalam negeri sendiri, melainkan juga ilmu yang ada di negeri
prang lain, namun sangat di perlukan untuk negeri sendiri. Selain itu,
pendidikan berwawasan gelobal, menekankan bahwa pendidikan yang dilakukan di
tujukan untuk kepentingan seluruh umat manusia di dunia, dan di juga
menggunakan standar yang berlaku di seluruh dunia.
5.
Prinsip
Pendidikan Integralistik Dan Seimbang
Prinsip pendidikan integralistik
adalah prinsip yang memadukan antara pendidiakn ilmu agama dan pendidiakn umum,
karena sebagaimana telah di uraikan di atas, bahwa ilmu agama dan umum baik
secara ontologis (sumbernya) epistimolgi (metodenya), maupun aksiologis (
manfaatnya) sama-sama berasal dari Allah subhanahuwata’ala.(Non
Dikotomis)
6.
Prinsip
Pendidikan Yang Sesuai Dengan Bakat Manusia Prinsip pendidiakn yang sesuai
dengan bakatmanusia adalah prinsip yang berkaitan dengan merencanakna program
atau memberikan pengajaran yang sesuai denan bakat, minat, hobi dan
kecendrungan manusia sesuai dengan tingkat perkembangan usianya.
7.
Prinsip
Pendidikan Yang Menyenangkan Dan Menggembirakan(Fun Learning) metode
pengjaran baru; metode tandur, ambak [amati menyenangkan bagiku], arias, paikem
[pengajaran aktif inovatif kreatif menyenangkan], paikem gembrot [gembira dan
berbobot].
Prinsip pendidiakn yang menyenangkan
ialah prinsip pendidiakn yang berkaitan dengan pemberian pelayanan yang manusiawi,
yaitu pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, selalu memberikan jalan
keluar dan pemecahan masalah, memuaskan mencerahkan, menggembirakan, dan
menggairahkan. Dengan prinsip ini, setiap anak akan merasa senang untuk
belajar, timbul gairah dan minat yang tinggi, \mau melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru dengan rasa senang, betah tinggal di dalam kelas
selama berjam-jam, serta mencintai dan menyayangi gurunya.
8.
Prinsip
Pendidikan Yang Berbasis Pada Riset Dan Rencana (University by riset)
terbaru! Mengugunakan riset, atau analisa
Prinsip pendidikan yang berbasis
pada riset maksudnya adalah pendidikan yang dilaksanakan dan dikembangkan
berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang mendalam, dan bukan berdasarkan
dugaan / asal-asalan. Adapun prinsip pendidikan yang direncanakan adalah
pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang matang yang di topang
oleh hasil kajian dan penelitian yang mendalam
9.
Prinsip
Pendidikan Yang Unggul Dan Profesional (mutu; bahasa gabungan) pendidikan
bermutu
Prinsip pendidikan yang unggul
adalah prinsip pendidikan yang menjunjung tinggi dan mengutamakan mutu lulusan
yang unggul dan di topang oleh berbagai komponen pendidikan lainya yang unggul
pula. Adapun prinsip pendidikan yang profesional adalh prinsip yang memberikan
tugas dan tanggung jawab dalam mengelola pendidikan kepada orang yang ahli
dalam bidangnya. Prinsip pendidikan yang unggul dan profesional adalah prinsip
yang melihat bahwa tugas mendidik adalah amanah yang tidak bisa di serahkan pada
sembarang orang.
10.
Prinsip Pendidikan
Yang Rasional Dan Objektif (Demokratis; rasional objektif sama-sama bisa
mengusulkan)
Prinsip pendidiakn yang rasional
adalah prinsip yang menekankan, agar segala kebijakan yang di tempuh dalam
bidang pendidiakan dapat di jelaskan alasan dan argumentsinya, sehingga
kebijakan tersebut dapat di terima dengan penuh kesadaran dan pengertian, dan
bukan karena paksaan. Adapun prinsip pendidika yang objektif adalah prinsip
yang menekankan, bahwa segala kebijakan atau prakrik yang dilakukan dalam
bidang pendidikan didasarkan pada fakta dan alasan yang sesungguhnya, bukan
karena kepentingan dan maksud-maksud seseorang atau kelompok tertentu dengan
prinsip ini, maka pendidikan akan terhindar dari pemaksaan dan penyalah gunaan
oleh berbagai internal dan eksternal yang tidak di harapkan.
11.
Prinsip
Pendidikan Yang Berbasis Masyarakat
prinsip pendidikan yang berbasis
masyarakat adalah prinsip yang menekan atau mengidealkan adanya partisipasi
dan inisiatif yang penuh dan kuat dari masyarakat. Pendidikan sebagai
sebuah sistem maupun proses yaitu kegiatan yang membutuhkan bantuan semua
disiplin ilmu, keahlian, dan berbagai hal lainnya: sarana prasarana,
infrastruktur, peralatan dan media pengajaran, sumber daya manusia, keamanan
dan kenyamanan lingkungan, pembiayaan, pengguna lulusan, dan sebagainya. Semua
kebutuhan pendidikan tersebut baru terwujud apabila mendapatkandungan dari
semua pihak.
12.
Prinsip
Pendidikan Yang Sesuai Dengan Perkembangan Zaman “bukan menghalalkan yang
haram”tidak mesti diikuti
Prinsip pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan zaman adalah prinsip yang menekankan danya penyesuaian
berbagai kebijakan dan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan zaman, tanpa
mengorbankan hal-hal yang bersifat ajaran dan prinsip. Prinsip ini ditekankan,
karena tugas utama pendidikan adalah mengantarkan atau menyiapkan manusia agar
dapat hidup dan eksis sesuai dengan zamannya. Pendidikan harus melahirkan
lulusan yang dibutuhkan oleh zaman dalam arti yang positif.
13.
Prinsip
Pendidikan Sejak Usia Dini
Prinsip pendidikan sejak usia dini
adalah prinsip yang menekankan agar setiap orang tidak terlambat memberikan
pendidikan pada anaknya, dan juga berarti prinsip yang menekankan, bahwa
usia dini merupakan usia yang paling baik untuk dimulainya pendidikan. Belajar
diwaktu kecil seperti mengukir di atas batu. Kesadaran terhadap pentingnya
pendidikan sejak usia dini ini mulai disadari, setelah terdapat sejumlah fakta
yang menunjukan, bahwa perilaku seseorang di masa dewasa sangat ditentukan oleh
pendidikan yang mereka terima di masa kanak-kanak.
14.
Prinsip
Pendidikan Yang Terbuka
Prinsip pendidikan yang terbuka
adalah prinsip yang menekankan, agar dalam mengelola pendidiakan senantiasa
terbuka kepada masyarakat untuk menyampaikan saran, masukan, gagasan, dan
pemikiran yang di perlukan bagi kemajuan pendidikan. Prinsip pendidikan yang
terbuka juga di tekankan, agar sekolah dan masyarakat saling mengisi dan
melengkapi serta saling meng akses, mengingat antara satu yang lainnya saling
membutuhkan. Disatu sisi keberadaan pendidikan karena memenuhi kebutuhan
masyarakat, sedangkan di sisi lain, keberadaan masyarakat juga di tentukan oleh
corak pendidikan yang di terimanya.
D.
Macam-macam
Dasar Pendidikan Islam[11]
Menurut Hasan
Langgulung, bahwa dasar pendidikan Islam terdapat enam macam, yaitu historis,
sosiologis, ekonomi, politik, administrasi, psikologi dan filosofis. Pendapat
Hasan Langgulung ini, menurut Abdui Mujib dan Yusuf Mudzakir dinilai agar
sekuler, karena selain tidak memasukkan dasar religious, juga menjadi filsafat
sebagai induk dari segala dasar. Menurut Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, bahwa
dalam Islam, dasar operasional segala sesuatu yaitu agama, sebab agama menjadi
frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama, maka semua aktivitas kependidikan
menjadi bermakna, mewarnai dasar lain, dan bernilai ubudiyah. Oleh karena itu,
dasar operasional pendidikan yang enam di atas perlu ditambahkan dasar yang
ketujuh, yaitu agama.
Namun demikian,
karena antara ilmu pengetahuan, agama dan filsafat memiliki landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis yang berbeda, maka dalam buku ini dasar-dasar
pendidikan Islam tersebut perlu dibedakan. Secara ontologis dan epistemologis,
ilmu pengetahuan merupakan rasionalisasi dan sistematisasi terhadap berbagai
fenomena atau gejala yang dilihat, diamati, dan dicacat manusia. Jika yang
dilihat, diamati, dan dicatat itu fenomena social, maka ia menjadi rumpun
ilmu-ilmu social. Jika yang dilihat, diamati, dicatat fenomena alam fisik, maka
ia menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences atau sains). Selanjutnya,
filsafat adalah konsep-konsep tentang hakikat atau inti segala sesuatu yang
dihasilkan melalui berpikir secara spekulatif, sistematis, mendalam, radikal
dan universal. Adapun agama dilihat dari segi sumbernya berasal dari Tuhan. Namun dilihat adari yang
dipahami dan dipraktikkan oleh manusia, termasuk ilmu agama, yaitu ilmu yang
dihasilkan melalui ijtihad manusia yang berdasarkan pada agama.
Selanjutnya
secara aksiologis, baik ilmu pengetahuan, filsafat dan agama tergantung kepada
yang menggunakannya. Jika ketiga hal tersebut digunakan untuk kebaikan, maka
akan menjadi baik, dan jika digunakan untuk keburukan, maka akan menjadi buruk.
Berdasarkan
pada analisis tersebut, maka dalam tulisan ini, dasar pendidikan Islam, dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu dasar religious, dasar filsafat, dan dasar ilmu
pengetahuan. Uraian tentang ketiga macam dasar ini, dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1.
Dasar Religius
Dasar religius sebagaimana
dikemukakan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir adalah dasar yang diturunkan dari
ajaran agama. Adapun tujuan dari agama yaitu untuk memelihara jiwa manusia (hifdz
an-nafs), memelihara agama (hifdz al-din), memelihara akal pikiran (hifdz
al-‘aql), memelihara keturunan (hifdz an-nasl), memelihara harta
benda (hifdz al-maal). Pendapat ini mengatakan, bahwa inti ajaran agama
ialah terbentuknya akhlak mulia yang bertumpu pada hubungan yang harmonis
antara manusia dengan Tuhan, dan antara manusia dengan manusia. Di dalam
al-Qur’an, manusia diperkenalkan dengan sifat-sifat dan kekuasaan Allah dengan tujuan agar manusia menyadari bahwa
dirinya sangat berutang budi pada-Nya, dan sekaligus agar manusia meniru
sifat-sifat Allah. Selain di dalam al-Qur’an terdapat kisah para nabi dan tokoh-tokoh umat islam
masa lalu, maksudnya agar diikuti sifatnya yang baik, dan dijauhi sifatnya yang
buruk. Demikian pula di dalam al-Qur’an, terdapat perintah mengerjakan ibadah
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Semua perintah ibadah ini agar
terbentuk akhlak yang mulia. Selanjutnya di dalam al-Qur’an terdapat pula
berbagai larangan Tuhan dengan tujuan agar memelihara akhlak manusia.
Dengan
demikian, dasar religius berkaitan dengan memelihara dan menjunjung hak-hak
asasi manusia, serta memelihara moralitas manusia. Dasar religius ialah dasar
yang bersifat humanisme-teoricentris, yaitu dasar yang memperlakukan dan
memuliakan manusia sesuai dengan petunjuk Allah dan dapt pula berarti dasar yang mengarahkan
manusia agar berbakti, patuh, dan tunduk kepada Allah , dalam rangka memuliakan
manusia. Dasar religius seperti inilah yang harus dijadikan dasar bagi
perumusan berbagai komponen pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan
ajar, sifatm dan karakter pendidikan, peserta didik, hubungan pendidik dengan
peserta didik, lingkungan pendidikan, manajemen pengelolaan, dan lainnya harus
berdasarkan pada dasar religius.
2. Dasar Filsafat Islam
Dasar filsafat adalah dasar yang digali dari hasil pemikiran spekulatif (interpretasi terhadap Alquran hadits), mendalam, sistematik, radikal dan universal
tentang berbagai hal yang selanjutnya digunakan sebagai dasar bagi perumusan
konsep ilmu pendidikan Islam. Dalam filsafat Islam dijumpai pembahasan tentang
masalah ketuhanan, alam jagat raya, manusia, masyarakat,
ilmu pengetahuan, dan akhlak.
Dalam filsafat ketuhanan dijumpai uraian yang
mendalam tentang sifat-sifat dan perbuatan Tuhan serta hubungannya dengan sifat
dan perbuatan manusia. Di dalamnya terdapat uraian, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, dan
mustahil bersifat dengan segala sifat kekurangan. Sifat-sifat Allah ini harus ditiru oleh para guru dan murid
sesuai batas kesanggupannya masing-masing.
Selanjutnya dalam filsafat tentang alam jagat raya terdapat uraian, bahwa
alam jagat raya ini merupakan bukti adanya sifat-sifat Allah Yang Mahasempurna.
Alam jagat raya yang terdiri dari bumi, langit, matahari, bulan, bintang,
benda-benda ruang angkasa, udara, air, api, tanah, tumbuh-tumbuhan, binatang,
manusia, dan seterusnya adalah ciptaan Allah . Alam jagat raya dengan segala isinya tersebut tampak
kukuh, serasi, harmonis, seimbang, indah dan menawan.
Kemudian dalam filsafat tentang alam
jagat raya terdapat uraian yang menyimpulkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah
yang paling sempurna. Di dalam dirinya
terdapat unsur jasmani dan rohani, serta berbagai potensi, bakat, dan
kecenderungan, dan bersifat dengan kekhilafan, kesalahan, dan serba kekurangan.
Tugas utama manusia, yaitu menjadi khalifat di muka bumi dalam rangka berbakti
kepada Allah .
Untuk dapat melaksanakan fungsi sebagai khalifah, maka manusia harus dididik
dengan baik, yakni dibina jasmani, rohani, potensi, bakat, dan
kecenderungannya. Pada batas yang ditentukan (ajal) manusia akan menghadapi
kematian untuk kembali mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan Allah .
Kehidupan di dunia yang sifatnya sekejap ini ialah momentum yang paling
berharga guna manyiapkan bekal hidup di akhirat.
Selanjutnya dalam
filsafat tentang masyarakat terdapat uraian bahwa masyarakat merupakan
manifestasi atau perwujudan dari sifat kemasyarakatan yang dimiliki manusia
yang dibawa sejak lahir. Adanya masyarakat merupakan manifestasi dari fitrah
kemasyarakatan yang terdapat di dalam diri manusia. Masyarakat adalah tempat
manusia mengekspresikan dan mengaktualisasikan kreativitas, gagasan, pemikiran
dan karya-karyanya. Masyarakat yang dikehendaki manusia yaitu masyarakat yang
adil, makmur, sejahtera, harmonis, aman, damai, tertib, dan teratur. Masyarakat
yang demikian membutuhkan aturan yang berasal dari agama, yaitu berupa
nilai-nilai ajaran tentang penegakan amar ma’ruf (perintah mengerjakan yang
baik) dan nahi munkar (mencegah dari mengerjakan perbuatan yang buruk), serta
adanya pemimpin yang kapabel, kredibel, dan acceptable, yaitu pemimpin yang
memiliki kekuatan dan kesehatan fisik yang baik, memiliki akhlak, moral,
kepribadian, dan komitmen yang mulia dan mendalam tentang berbagai masalah yang
dihadapi masyarakat yang dipimpinnya, memiliki keahlian dan ketrampilan dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan, memiliki pengalaman, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki keberanian dalam mengambil kebijakan, dan
senantiasa mau belajar dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
Selanjutnya dalam
filsafat tentang ilmu pengetahuan dijumpai uraian, bahwa seluruh ilmu
pengetahuan pada hakikatnya berasal dari Allah ,
karena sumber ilmu pengetahuan (ontologi) berupa wahyu, alam jagat raya,
fenomena social, intuisi, kemampuan berfikir, dan dzauq berasal dari Allah .
Dari wahyu lahir ilmu agama; dari alam jagat raya lahir ilmu pengetahuan alam
(sains); dari fenomena sosial lahir ilmu-ilmu sosial, dari intuisi lahir sastra
dan seni, dari kemampuan berfikir lahir ilmu filsafat, dan dari dzauq lahir
ilmu makrifat, dan tasawuf.
Secara epistemology, lahirnya ilmu agama dari
wahyu terjadi melalui metode ijtihad; lahirnya ilmu pengetahuan alam (sains)
dari alam jagat raya terjadi melalui metode penelitian eksperimen dan
observasil; lahirnya ilmu sosial dari fenomena sosial terjadi melalui metode
penelitian lapangan; lahirnya sastra dan seni dari intuisi terjadi melalui
metode imajinasi dan kontemplasi; lahirnya filsafat dari kemampuan berfikir
terjadi melalui berfikir spekulatif, sistematik, mendalam, radikal dan
universal; lahirnya ilmu tasawuf dan ma’rif dari dzauq terjadi melalui metode
riyadhoh. Kemampuan berijtihad, bereksperimen, penelitian lapangan, berimajinasi
dan kontemplasi, berpikir secara mendalam dan sitematik, serta riyadhoh berasal
dari Allah .
Manusia hanya menggunakan fasilitas yang diberikan Allah .
Dengan demikian, secara epistemologis semua ilmu berasal dari Allah .
Selanjutnya secara aksiologis setiap ilmu sebagaimana tersebut di
atas mengandung nilai dan manfaat untuk umat manusia. Namun demikian, tingkat
manfaatnya bertingkat-tingkat sesuai dengan tujuan ilmu-ilmu tersebut. Ilmu
agama bermanfaat dalam mengabdi kepada Allah dan menimbulkan akhlak mulia. Ilmu pengetahuan
alam bermanfaat dalam mengelola dan mengembangkan masyarakat. Seni dan sastra
bermanfaat untuk menghaluskan perangai dan sifat manusia. Filsafat bermanfaat
untuk menemukan hakikat atau inti kebenaran tentang sesuatu. Dan ilmu tasawuf
atau ma’rifat bermanfaat untuk melakukan pembersihan diri dalam rangka
memperoleh kedekatan secara spiritual dengan Allah .
Semua manfaat yang terdapat dalam ilmu tersebut berasal dari Allah .
Namun, manfaat dari ilmu tersebut selanjutnya amat bergantung kepada manusia
yang akan menggunakannya.
Dengan filsafat ilmu pengetahuan yang demikian itu, maka akan
dijumpai pandangan, bahwa di dalam islam tidak ada pemisahan antara ilmu agama
dan ilmu umum, antara ilmu yang berasal dari akal dan dari hati; antara ilmu
yang berasal dari hasil eksperimen atau penelitian lapangan. Semua itu tersebut
pada hakikatnya dari Allah .
Pandangan tentang ilmu pengetahuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai
dasar bagi penyusunan visi, misi, tujuan, kurikulum, dan bahan ajar dalam
kegiatan pendidikan.
Selanjutnya dalam
filsafat akhlak dijumpai uraian, bahwa akhlak adalah sifat atau keadaan yang
telah melekat dan mendarah daging serta membentuk karakter, watak, dan tabiat
manusia. Akhlak adalah suatu yang dapat dibentuk dan dibina melalui kegiatan
pendidikan dan pengajaran. Akhlak yang dikehendaki adalah akhlak yang mulia,
sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad .
Dengan akhlak mulia ini, maka tercipta kehidupan yang aman, damai, harmonis,
sentosa, rukun, dan tertib, sehingga daya tahan suatu bangsa menjadi kukuh.
3. Dasar Ilmu Pengetahuan
Yang dimaksud dasar ilmu pengatahuan
adalah dasar nilai guna dan manfaat yang terdapat dalam setiap ilmu pengetahuan
bagi kepentingan pendidikan dan pengajaran.
Di dalam uraian tentang epistimologi ilmu pengetahuan tersebut diatas
telah jelas dijelaskan, bahwa setiap ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan
alam, maupun ilmu pengetahuan sosial, memiliki tujuan dan manfaatnya
sendiri-sendiri. Berbagai manfaat ilmu pengetahuan tersebut harus digunakan
sebagai dasar ilmu pendidikan Islam. Dalam hubungannya dengan ilmu pendidikan,
berbagai manfaat dan tujuan ilmu pengetahuan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut. Ipoleksosbud hamkam (rata)
1) Ilmu Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
kejiwaan, bakat, minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, serta sumber daya manusia lainnya. Informasi
tentang gejala-gejala tersebut diperlukan untuk menentukan tingkat materi
pendidikan yang perlu diberikan kepada peserta didik, metode dan pendekatan
yang akan digunakan, serta dalam memotivasi mereka untuk meraih prestasi
belajar mengajar. Selain itu, informasi gejala-gejala kejiwaan tersebut juga
diperlukan untuk membagikan tugas mengajar bagi para pendidik, dan menetapkan
tugas-tugas administrasi dan pengelolaan bagi tenaga administrasi dan lainnya.
Dengan mempertimbangkan gejala-gejala kejiwaan tersebut, maka materi pelajaran
yang diberikan, metode dan pendekatan yang diterapkan, penugasan dalam mengajar
dan mengelola pendidikan akan tepat dan sesuai dengan gejala kejiwaannya
sehingga akan berjalan efektif.
2) Ilmu sejarah
Sejarah adalah ilmu yang mempelajari tentang
berbagai peristiwa masa lalu, baik dari segi waktu, tempat, pelaku, latar
belakang, tujuan dan factor-faktor yang mempengaruhinya, yang disusun secara
sistematik, dan didukung oleh data dan fakta-fakta yang dapat dipertanggung
jawab dan valid. Dengan
mempelajari sejarah, akan diketahui kemajuan dan kemunduran sebuah kegiatan, untuk dijadikan bahan
masukan dalam rangka memprediksi dan merancang masa depan. Di dalam sejarah
terdapat informasi tentang kegiatan pendidikan yang pernah ada di masa lalu,
baik dari segi kelembagaannya, tujuan, materi, kurikulum, bahan ajar, guru,
peserta didik, lingkungan, dan berbagai aspek pendidikan lainnya. Informasi
tersebut selain sebagai pengetahuan untuk memperluas wawasan, juga sebagai
bahan masukan bagi penyusunan rencana pendidikan di masa yang akan dating.
3)
Ilmu Sosial dan
Budaya
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
sosial serta hubungannya antara satu gejala dan gejala lain yang ada dalam
masyarakat. Adapun ilmu budaya adalah ilmu yang mempelajari hasil daya cipta
dan kreasi akal budi manusia, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik, seperti
tulisan, prasasti, bangunan rumah, bangunan lembaga pendidikan, kesenian,
kesustrasaan, kerajinan tangan, pakaian, adat istiadat, dan lain sebagainya.
Dalam tipologi masyarakat misalnya dijumpai adanya masyarakat yang bercorak
agraris, industrialis, masyarakat kota, masyarakat yang berbasis informasi, dan
sebagainya. Dari segi strukturnya ada masyarakat yang berdasarkan pada struktur
keagamaan, budaya, adat istiadat dan sebagainya. Dari segi tingkatannya ada
masyarakat yang sudah modern, tradisional, dan masyarakat transisis. Informasi
tentang berbagai aspek kemasyarakatan tersebut sangat diperlukan guna merumuskan
konsep pendidikan.
Selanjutnya
dalam ilmu budaya akan dapat diketahui berbagai macam tipologi budaya yang
disesuaikan dengan tipologi, struktur, maju dan mundurnya masyarakat. Ada
budaya masyarakat pedesaan, budaya masyarakat industry, budaya masyarakat transisi,
dan sebagainya.
Berbagai
informasi tentang keadaan masyarakat dan budaya tersebut sangat diperlukan
dalam merancang bangunan ilmu pendidikan, sehingga dapat dirumuskan konsep
pendidikan yang berbasis ilmu sosial dan budaya.
4)
Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber, cara
mendapatkan, mengelola dan mengembangkan ekonomi yang disusun secara sistematik
dengan menggunakan metode tertentu. Dasar ilmu ekonomi ini diperlukan dalam
rangka memberikan perspektif tentang potensi-potensi finansial, menggali dan
mengatur sumber-sumber, serta mempertanggungjawabkannya terhadap rencana dan
anggaran pendidikan. Ilmu ekonomi yang diatur berdasarkan ajaran Islam ini
diperlukan untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan. Seperti untuk membangun
gedung dan infrastruktur, sarana prasarana, gaji pendidik dan tenaga
kependidikan. Pengadaan alat-alat praga, alat tulis dan lain sebagainya.
5)
Ilmu Politik
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang tujuan,
cita-cita, dan ideology yang akan diperjuangkan, cara-cara mendapatkan,
mengelola, menggunakan dan mempertahankan kekuasaan. Ilmu politik sangat
diperlukan untuk kegiatan pendidikan, karena akan memberikan jaminan dan
dukungan atas berlangsungnya kegiatan pendidikan, sesuai dengan cita-cita dan
ideology yang ingin diperjuangkan. Dengan ilmu politik, maka dapat dirumuskan
berbagai undang-undang, peraturan dan kebijakan tentang berbagai aspek
pendidikan, seperti pembiayaan, kurikulum, pengadaan guru, pengadaan buku ajar,
pengadaan bangunan dan infrastruktur pendidikan, dan lain sebagainya.
6)
Ilmu
Administrasi
Ilmu
administrasi adalah ilmu yang mempelajari tentang cara merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi, mengevaluasi dan memperbaiki sebuah
kegiatan. Ilmu ini diperlukan sebagai dasar bagi perencanaan berbagai aspek
yang terkait dengan pendidikan. Dengan dasar ilmu administrasi dapat dilakukan
pengelolaan secara sistematik dan terencana tentang sarana prasarana, keuangan,
kepegawaian, kegiatan belajar mengajar dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dasar pendidikan Islam adalah segala
sesuatu yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang mendasari, melandasi
dan mengasasi pendidkan Islam. Asas pendididkan islam adalah prinsip pendidikan
islam yaitu kebenaran yang dijadikan pokok dasar dalam merumuskan dan
melaksanakan pendidikan islam.
Perbedaaan antara asas dan dasar
pendidikan islam dan dasar pendidikan islam adalah kata dasar digunakan sebagai
tempat yang dijadikan Sandaran atau pijakan dalam membangun sesuatu atau
sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau teori. Adapun
kata prinsip sama artimya dengan asas, yaitu kebenaran yang dijadikan pokok
dasar dalam berfikir dan bertindak. Kata prinsip atau asas merupakan landasan
operasional atau landasan bertindak
Macam-macam asas pendidikan islam antara lain: prinsip wajib
belajar dan mengajar; prinsip pendididkan untuk semua (education for all);
prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education); prinsip pendidikan
berwawasan global dan terbuka; prinsip pendidikan integralistik dan seimbang;
prinsip pendidikan yang sesuai dengan bakat manusia prinsip pendidikan yang
menyenangkan dan menggembirakan; prinsip pendidikan yang berbasisi padariset
dan rencana; prinsip pendidikan yang berbasis pada riset dan rencana; prinsip
pendidikan yang unggul dan profesional; prinsip pendidikan yang rasional dan
objektif; prinsip pendidikan yang berbasis masyarakat; prinsip pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman; prinsip pendidikan sejak usia dini; prinsip
pendidikan yang terbuka.
Berdasarkan pada analisisilmu
pengetahuan, agama dan filsafat yang memiliki landasan ontologis, epistemologis
dan aksiologis yang berbeda,dasar pendidikan Islam dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu dasar religious, dasar filsafat Islam, dan dasar ilmu pengetahuan. Dasar
ilmu pengetahuan memcakup: Ilmu Psikologi, Ilmu sejarah, Ilmu Sosial dan Budaya,
Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Administrasi
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. 2012. Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ramayulis.
2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kalam mulia.
Purwadarminta, W.J.S. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Mujib, Abdul & Jusuf Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Isalm, Jakarta:
Kencana Prenada Medi.
[2]
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012. Hal.187
[3]
W.J.S. Purwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka. 2001. Hal.267
[4]
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012. Hal.90
[5]Abdul
Mujib, Jusuf Mudzakkir. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal.44
[6]
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012. Hal.90
[7]
W.J.S. Purwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka. 2001. Hal.63
[8]
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012. Hal.102
[9]Ibid,
hal.101
[10]Ibid,
Hal.106
[11]Ibid,
hal.90-99
Lembaga pendidikan Islam adalahtempat berlangsungnya proses pendidikan Islam bersama dengan prosespembudayaan serta dapat mengikat individu yang berda dalamnaungannya, sehingga lembaga ini mempunyai kekuatan hukum. Wallpaper Islami HD harga kardus bekas di pengepul harga jual kardus bekas ke pabrik pabrik daur ulang kardus bekas
BalasHapusJasa Penulis Artikel SEO jasa percetakan sampul raport K13 percetakan lamongan cetak poster terdekat