NABI
SAHABAT NABI
Siapakah Sahabat Nabi Itu? Mengapa Kita Diwajibkan Mengikuti Pemahaman Para Sohabat?
Menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah (al-Hadits) sebagai sumber rujukan dalam setiap permasalahan agama adalah suatu perkara qoth'i (baku) yang tidak boleh diselisihi oleh kaum Muslimin, dikarenakan keduanya merupakan sumber yang paling benar dan bersih dari kesalahan.
Alloh berfirman:
“Dan sesungguhnya al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang dari sisinya (al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Robb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat [41]: 41-42)
Dan ketika terjadi perbedaan pendapat, Alloh memerintahkan kaum Muslimin agar kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah, sebagaimana firman Alloh
“Jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (QS. an-Nisaa’ [4]: 59)
Namun seruan untuk kembali kepada al-Qur'an dan as-Sunnah belumlah dikatakan benar apabila kita tidak memahaminya dengan pemahaman yang benar sesuai yang dikehendaki oleh Alloh .
Karena, betapa banyak kalangan yang tersesat –khususnya dewasa ini– disebabkan memahami atau menafsirkan ayat al-Qur’an dan hadits sesuai dengan akal dan hawa nafsunya semata. Sebagaimana yang terjadi pada kelompok Khowarij yang mengkafirkan ‘Ali bin Abi Tholib dan Mu’awiyyah ketika peristiwa tahkim, mereka berdalil dengan firman Alloh :
“Hukum itu hanyalah milik Alloh.” (QS.Yusuf [12] : 40)
Kemudian ‘Ali bin Abi Tholib membantah pemahaman mereka yang salah dengan mengatakan :
) كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيْدَ بِهَا البَاطِلُ (
“Kalimat yang benar namun maksudnya adalah batil (salah).”
Apabila setiap orang diberikan kebebasan untuk memahami al-Qur’an dan hadits sesuai dengan akalnya, atau perkataan gurunya, maka akan timbul perpecahan dan pemahaman yang beraneka ragam, karena setiap individu mempunyai pemahaman yang berbeda, dan setiap individu akan mengklaim bahwa pemahamannya-lah yang paling benar.
Oleh karenanya, Rosululloh telah memberikan resep yang mujarab kepada kaum Muslimin agar tidak tersesat dalam memahami al-Qur’an dan as–Sunnah, yaitu hendaknya mereka berpegang teguh kepada pemahaman dan praktek para sohabat dalam ber-ibadah, sebagaimana sabda Rosululloh , dari ‘Irbadh bin Sariyah ia berkata:
)وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ مَوعظةً بَلِيْغَةً وَجِلَتْ مِنْهَـا الْقُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ فَقُلْنَا :يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأوْصِنَا، قَالَ: (( أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإنْ تَأمَّر عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ، وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اِخْتِلاَفًا كَثيراً، فَعَليْكُمْ بسُنَّتِي وسُنَّةِ الْخُلَفاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِيِّنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ؛ فإنَّ كلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (
“Rosululloh telah memberikan nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat air mata kami bercucuran. Kami bertanya “Wahai Rosululloh, nasehat itu seolah-olah nasehat dari orang yang akan berpisah selama-lamanya (meninggal) maka berilah kami wasiat.” Maka Rosululloh bersabda : “Aku berwasiat kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Alloh , mendengar dan taat walaupun yang memerintah kalian adalah seorang hamba sahaya (budak) dari Ethiopia. Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup niscaya ia akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Oleh karena itu hendaklah kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rosyidin yang lurus lagi mendapat petunjuk. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian (yakni peganglah erat-erat) dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru dalam agama karena sesunguhnya semua bid'ah itu sesat ” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Dalam hadits ini Rosululloh menggabungkan perintah mengikuti Sunnahnya dengan sunnah Khulafaur Rosyidin. Dan perintah ini pun mengindikasikan dengan kuat agar kita mengikuti sunnah seluruh sohabat, karena mereka semua pasti mengikuti sunnah Khulafaur Rosyidin, dan sungguh mustahil bagi para Sohabat yang yang terkenal kepatuhannya terhadap perintah Rosululloh menyelisihi perintahnya dalam hadits ini.
Untuk lebih menguatkan bahwa seluruh Sohabat masuk dalam cakupan hadits di atas, mari kita perhatikan hadits berikut :
))وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ((
“Dan sesungguhnya Bani Isroil telah terpecah-belah menjadi 72 kelompok keagamaan, dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 kelompok keagamaan. Seluruhnya berada di api neraka, kecuali satu kelompok. Mereka (para Sohabat) bertanya : ‘Siapakah satu kelompok itu wahai Rosululloh?’, maka beliau menjawab: “Mereka yang mengikuti jejakku dan jejak para Sohabatku” (HR. at-Tirmidzi)
Semakin jelaslah dengan hadits ini, bahwa yang wajib diikuti tidak terbatas hanya pada Khulafaur Rosyidin tapi seluruh Sohabat, karena antara satu hadits dengan yang lainnya ada korelasinya dan saling menjelaskan.
Siapakah Sahabat Nabi Itu?
Setelah kita mengetahui betapa pentingnya berpegang teguh kepada perkataan para Sohabat dalam memahami agama ini, maka sepantasnya bagi kita mengetahui definisi dari Sohabat.
Ibnu Hajar al-’Asqolani mengatakan:
)( الصَّحَابِيْ مَنْ لَقِيَ النَّبِيَّ مُؤْمِنًا بِهِ، وَمَاتَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَلَوْ تَخَلَّلَتْ رِدَّةٌ فِيْ اْلأَصَحِّ ((
“Sohabat adalah siapa saja yang bertemu dengan Nabi Muhammad dalam keadaan beriman dan mati di atas agama Islam, meskipun di sela-sela kehidupannya pernah murtad menurut pendapat yang lebih shohih.”
‘Ali al-Madini berkata :
( مَنْ صَحِبَ النَّبِيَّ وَلَوْ سَاعَةً مِنَ نَهَارٍ فَهُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ (
“Barangsiapa yang bersohabat dengan Nabi walaupun sesaat di waktu siang, maka ia termasuk para Sohabat Nabi .”
Mengapa Kita Diwajibkan Mengikuti Pemahaman Para Sohabat?
Wajib bagi kaum Muslimin mengikuti pemahaman para salaf dari generasi Sohabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in ketika beragama, hal ini dikarenakan beberapa sebab:
1. Karena mereka adalah kaum yang telah diridhoi oleh Alloh .
Cukuplah keutamaan dan kemuliaan bagi para Sohabat, karena Alloh telah meridhoi mereka. Dan apabila suatu kaum telah diridhoi oleh Alloh , maka sangat mustahil mereka berada dalam kesesatan.
Alloh berfirman:
“Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan ke-menangan yang dekat (waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Fath [48]: 18-19)
Ibnu Hazm berkata, “Barangsiapa yang telah Alloh kabarkan, bahwasanya Dia mengetahui hati mereka, meridhoi mereka, dan menurunkan ketenangan kepada mereka, maka tidak boleh bagi seorangpun menahan diri atau ragu terhadap mereka”
Bahkan Rosululloh mengabarkan bahwa orang yang membenci para Sohabat dan tidak meridhoi mereka adalah orang munafik.
Rosululloh bersabda tentang kaum Anshor:
))لاَ يُحِبُهُمْ إلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضُهُمْ إِلاَّ مُنَافِقٌ ((
“Tidaklah ada yang mencintai mereka kecuali orang mukmin dan tidaklah ada yang membenci mereka kecuali orang munafik.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
2. Alloh telah menjamin surga bagi mereka.
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa Alloh telah menjamin surga bagi mereka, di antaranya adalah :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muha-jirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan Alloh menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)
Abu Shokhr bin Ziyad berkata kepada Muham-mad bin Ka’ab al-Qurodzi , “Ceritakan kepadaku tentang para Sohabat Nabi !” Maka ia berkata: “Sesungguhnya Alloh telah mengampuni semua Sohabat Nabi Muhammad dan menjamin surga bagi mereka dalam al-Qur’an, baik mereka yang berbuat baik atau tidak.”. Maka aku katakan kepadanya, “Di surat apa Alloh menjamin surga bagi mereka?”. Maka ia menjawab, “Bukankah kamu membaca ayat:
Kemudian ia berkata : “Dalam ayat itu Alloh menjamin surga dan keridhoan-Nya bagi semua Sohabat Nabi , dan memberikan satu syarat bagi para tabi’in yang tidak diberikan kepada mereka.” Dikatakan kepadanya: “Apa syaratnya?”. Maka ia menjawab “Disyaratkan bagi mereka agar mengikuti para Sohabat dengan baik.”. Maka Abu Shokhr berkata: “Seolah-olah aku belum pernah membaca ayat itu sebelumnya”
Ibnu Hazm berkata : “Para Sohabat semuanya dijamin masuk surga secara qoth'i (pasti) ”
3. Mereka telah dipuji oleh Alloh dalam kitab - kitab sebelumnya.
Penyebutan keutamaan para sohabat , keridhoan Alloh kepada mereka dan sifat-sifat mereka tidak terbatas pada al-Qur’an, tapi juga termuat dalam kitab-kitab suci terdahulu, seperti Taurot dan Injil.
Alloh berfirman:
“Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhoan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat. Adapun sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Alloh hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). Alloh menjan-jikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Fath [48]: 29)
Imam asy-Syafi'i berkata: “Alloh telah memuji Sohabat Nabi dalam al-Qur’an, Taurot, dan Injil, karena merekalah yang menyampaikan kepada kita sunnah-sunnah Rosulululloh dan menyaksikan langsung turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad , sehingga bisa mengetahui apa yang dimaksud ayat tersebut dan mengetahui sunnahnya. Dan mereka lebih tinggi dari kita semua dari segi ilmu, akal, kewaro’an, dan ijtihad. Pendapat-pendapat mereka lebih terpuji dan lebih utama dibandingkan pendapat kita. (Ketika ada perbedaan pendapat) tidak boleh bagi kita keluar dari pendapat-pendapat mereka. Apabila salah seorang dari mereka berpendapat dan tidak ada yang menyelisihinya maka kita jadikan pendapatnya sebagai hujjah (argumentasi).
4. Mereka adalah sebaik-baik umat.
Seluruh kaum Muslimin, baik yang terdahulu ataupun sekarang telah sepakat bahwa mereka adalah sebaik-baik umat, hal ini sebagaimana tazkiyah (rekomendasi) Alloh kepada mereka :
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Alloh..” (Qs. Ali-Imron [3]: 110)
adh-Dhohhak berkata ketika menafsirkan ayat ini : “Mereka adalah Sohabat Rosululloh yaitu para perawi hadits dan para da'i yang Alloh perintahkan kepada kaum Muslimin agar menaati mereka.”
Dari Jabir bin ’Abdillah ia berkata:
))قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ يَوْمَ الْحُدَيْبِيَّةِ أَنْتُمْ خَيْرَ أَهْلِ الأَرْضِ وَكُنَّا أَلْفًا وَأَرْبَعُمِائَةٍ وَلَوْ كُنْتُ أَبْصَرُ اليَوْمَ َلأَرَيْتُكُمْ مَكَانَ الشَّجَرَةِ ((
Rosululloh berkata kepada kami pada hari Hudaibiyah :“Kalian adalah sebaik-baik penghuni bumi” Jabir berkata : “Dan jumlah kami ketika itu adalah seribu empat ratus orang, seandainya hari ini mataku masih bisa melihat niscaya akan aku tunjukkan tempat pohon itu.” (HR. al-Bukhori)
Rosululloh bersabda:
(( خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ))
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu para Sohabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in) kemudian yang sesudahnya (masa tabi’ut tabi’in)” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Sebagian ulama berkata dalam sebuah syairnya:
فَكُلُّ خَيْرٍ فِيْ تِّبَاعِ مَنْ سَلَفَ
وَكُلُّ شَرٍّ فِيْ ابْتِدَاعِ مَنْ خَلَفَ
“ٍSesungguhnya setiap kebaikan adalah mengikuti jalannya kaum salaf (tiga generasi terbaik), dan setiap keburukan adalah mengikuti kebid’ahan kaum kholaf (siapa saja yang menyelisihi meto-dologi Nabi dan para Sohabat dalam beraqidah, seperti Khowarij, Mu’tazilah, Syi’ah dan lain-lain)”
5. Para Sohabat adalah kaum pilihan yang dipilih langsung oleh Alloh untuk menemani Rosululloh .
Alloh berfirman:
“Katakanlah: "Segala puji bagi Alloh dan kese-jahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya...” (QS. an-Naml : 59)Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka adalah para Sohabat Nabi .”
‘Abdulloh bin Mas’ud berkata:
)إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ، ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ، فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ، وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ (
“Sesungguhnya Alloh melihat hati hamba-hamba-Nya, dan Alloh mendapati hati Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya hati manusia, maka Alloh pilih Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya dan Alloh memberikan risalah kepadanya, kemudian Alloh melihat dari seluruh hati hamba-hambanya setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para Sohabat merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Alloh jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya yang mereka berperang untuk agama-Nya. Apa yang dianggap baik oleh para Sohabat, maka hal itu baik pula disisi Alloh, dan apa yang mereka (para Sohabat) anggap buruk, maka disisi Alloh hal itu adalah buruk”
Qotadah berkata, “Orang yang paling berhak kalian percayai adalah para Sohabat karena mereka adalah kaum pilihan yang dipilih langsung oleh Alloh untuk menemani Nabinya dan menegakkan agama-Nya.”
6.Para Sohabat adalah pembawa keamanan bagi umat.
Suatu kaum apabila telah mendapatkan jaminan bahwa mereka adalah pembawa keamanan bagi umat maka sangat mustahil membawa bencana bagi umat dengan pemahaman yang sesat.
Rosululloh bersabda:
))النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ، فَإِذَا ذَهَبَتِ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ، وَأَنَا أَمَنَةٌ لأَصْحَابِى، فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِى مَا يُوعَدُونَ، وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ ((
“Bintang-bintang itu keamanan bagi langit, maka apabila ia pergi datanglah apa yang dijanjikan bagi langit. Aku adalah keamanan bagi para Sohabatku, maka apabila aku pergi datanglah pada Sohabatku apa yang dijanjikan kepada mereka. Dan para Sohabatku adalah keamanan bagi umatku, maka apabila mereka pergi datanglah apa yang dijanjikan kepada umatku.” (HR. Muslim)
7. Alloh menjadikan keimanan para Sohabat sebagai standar keimanan yang benar bagi generasi setelahnya.
Demikian tingginya kedudukan para Sohabat Nabi sehingga Alloh menjadikan keimanan mereka sebagai satu-satunya standar keimanan yang benar. Alloh berfirman :
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kalian). Maka Alloh akan memelihara kalian dari mereka. Dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. al-Baqoroh [2]: 137)
Dalam ayat ini Alloh menjadikan keimanan para Sohabat sebagai standar keimanan yang benar. Barangsiapa yang cara berimannya mengikuti cara beriman para Sohabat, maka keimanannya benar. Sedang-kan mereka yang cara berimannya tidak mengikuti cara berimannya para sohabat, maka keimanannya menyimpang lagi sesat.
8. Mereka adalah orang yang paling dalam ilmunya, paling paham terhadap tafsir al-Qur’an dan paling pandai dalam bahasa Arab.
Untuk memahami al-Qur’an dan hadits dibutuhkan pengetahuan yang luas tentang bahasa Arab, karena dengan bahasa itulah al-Qur’an diturunkan, dan orang yang paling paham terhadap bahasa Arab adalah para Sohabat, karena bahasa mereka masih murni belum tercampur dengan ’ajam (non Arab).
Alloh berfirman :
“Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (QS.Yusuf [12]: 108)
Dalam ayat ini Alloh mengabarkan bahwa orang yang mengikuti Rosululloh yaitu para Sohabat berada di atas hujjah yang nyata untuk mendakwahi umat kepada jalan yang benar, maka sungguh mustahil apabila perkataan mereka tidak berlandaskan di atas ilmu.
Masruq bin al-Ajda’ berkata :“Tidaklah kami bertanya kepada para Sohabat tentang suatu perkara melainkan jawabannya ada dalam al-Qur’an, akan tetapi kita tidak tahu karena lemahnya pemahaman kita terhadap al-Qur’an.”
Di antara para Sohabat ada yang Rosululloh pernah bermimpi tentang mereka. Sedangkan mimpi para Nabi benar adanya. Rosululloh bermimpi tentang melimpahnya ilmu pada diri ‘Umar bin al-Khoththob . Beliau bersabda:
))بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيْتُ بِقَدْحِ لَبَنٍ فَشَرَبْتُ مِنْهُ، حَتَّى أَرَى الرِيَّ يَخْرُجُ مِنْ أَظْفَارِيْ، ثُمَّ أَعْطَيْتُ فَضْلِيْ عُمَرَ، فَقَالُوْا: وَمَا أَوَّلْتَ ذٰلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: الْعِلْمُ ((
“Tatkala aku tidur, aku diberi satu gelas air susu lalu aku meminumnya hingga aku melihat kesegaran yang keluar dari kuku-kukuku. Kemu-dian sisa minumku aku berikan kepada ‘Umar. Para Sohabat bertanya, ‘Wahai Rosululloh apa yang engkau takwilkan (tafsirkan) tentang mimpi itu?’. Beliau bersabda: “Ilmu.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Rosululloh bersabda:
(( أَرْحَمُ أُمَّتِي بِأُمَّتِي أَبُو بَكْرٍ، وَأَشَدُّهُمْ فِي أَمْرِ اللهِ عُمَرُ، وَأَصْدَقُهُمْ حَيَاءً عُثْمَانُ، وَأَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ، وَأَفْرَضُهُمْ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، وَأَعْلَمُهُمْ بِالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينًا أَلاَ وَإِنَّ أَمِينَ هَذِهِ اْلأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ ((
“Di antara umatku yang paling mengasihi umatku adalah Abu bakar, yang paling tegas terhadap perintah Alloh adalah ‘Umar, yang paling benar perasaan malunya adalah ‘Utsman, yang paling bagus bacaan al-Qur’annya adalah Ubay, yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin Tsabit. Dan setiap umat itu mempunyai oang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan umat ini adalah Abu ‘Ubaidah bin Jarrah (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah; dishohihkan al-Albani)
Atho’ bin Abi Robah berkata:
“Tidaklah aku melihat suatu majelis yang lebih mulia, lebih banyak ilmunya dan lebih ramai daripada majelis Ibnu ‘Abbas . Sesungguhnya di sisinya berkumpul para ahli fiqih, para ahli Qur’an, dan para penyair.”
Oleh karena itu tidaklah kita dapati dari ulama terdahulu seperti Hasan al-Bashri , ‘Abdulloh bin Mubarok , para Imam empat madzhab dan para ulama lainnya melainkan mereka mengakui bahwa mereka mengambil ilmunya dari para Sohabat .
Imam ad-Daruqutni meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abad bin al-Awam , ia berkata: “Syuraik datang kepada kami, dan kami katakan kepadanya: “Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang Mu’tazilah yang mengingkari hadits “Sesungguhnya Alloh turun ke langit dunia” dan hadits “Sesungguhnya para penghuni surga akan melihat Robb-Nya”
Maka ia berkata, “Adapun kami, maka kami mengambil agama kami dari para tabi'in dan mereka mengambilnya dari para Sohabat Nabi, lalu dari mana para Sohabat mengambil agamanya?”
Bahkan Imam asy-Syafi’i berpendapat haramnya berfatwa menyelisihi apa yang difatwakan oleh para Sohabat dan keluar dari ucapan mereka. Sebab fatwa dan pendapat mereka tidak keluar dari enam kemung-kinan:
1.Fatwa mereka bersumber dari Nabi Muhammad .
2.Fatwa mereka bersumber dari Sohabat lain yang mendengar dari Nabi Muhammad .
3.Fatwa mereka berlandaskan pemahaman mereka yang mendalam tentang ayat al-Qur’an.
4.Mereka bersepakat dalam suatu fatwa yang terkadang periwayatannya tidak sampai kepada kita melainkan satu orang saja.
5.Mereka pakar dan ahli dalam bahasa Arab dan mereka paham makna yang terkandung di dalam teks al-Qur’an. Sebab mereka melihat dan menyak-sikan perbuatan, keadaan, perjalanan dan mendengar ucapan Nabi Muhammad . Mereka menyaksikan turunnya wahyu serta memahami wahyu secara sempurna dengan penjelasan Nabi Muhammad . Maka pemahaman mereka tentang wahyu tidak sebagaimana kita memahaminya. Bersandar dengan kelima point ini, maka fatwa dan pendapat mereka adalah hujjah.
6.Mereka berfatwa dan berpendapat akan tetapi berseberangan dengan Nabi atau mereka salah memahaminya. Oleh sebab itu pendapat mereka bukan sebagai hujjah.
Sudah menjadi suatu kepastian bahwa kemungkinan terjadinya point pertama hingga kelima lebih besar daripada point yang keenam.
BACA JUGA : CINTA DAN PENGAGUNGAN PARA SAHABAT KEPADA NABI MUHAMMAD
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.