Kerusakan yang Timbul Ketika Meninggalkan Pemahaman Para Sohabat


Ketika pemahaman para Sohabat   ditinggalkan, maka akan muncul banyak kerusakan, di antaranya ialah:

1. Munculnya bid’ah-bid’ah  yang menyesatkan dalam agama.
Setiap pemahaman baru yang tidak ditempuh sebagaimana pemahaman kaum salaf adalah bagian dari perkara baru dalam beragama dan setiap perkara baru adalah bid’ah. 

Rosululloh   bersabda:
 ))مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ (( 

“Barangsiapa yang mengada-ada  dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan bagian dari agama itu, maka ia tertolak.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Imam Ahmad bin Hanbal   berkata: “Adapun orang yang menafsirkan al-Qur’an keluar dari makna tekstualnya tanpa penjelasan dari Rosululloh   atau salah seorang Sohabat beliau, maka itu adalah penaf-siran ahlul bid’ah”

Imam Ibnul Qoyim   berkata “Dan perkataan yang datang setelah para Sohabat, apabila menyelisihi pendapat mereka, maka hal itu termasuk perkara baru (bid’ah) yang tidak boleh diikuti.”

2. Tersebarnya kesesatan dan berbagai macam fitnah
Ketika suatu kaum meninggalkan pemahaman para sohabat   maka akan timbul fitnah di antara mereka. Rosululloh   bersabda :

 ))وَأَصْحَابِى أَمَنَةٌ لأُمَّتِى فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِى أَتَى أُمَّتِى مَا يُوعَدُونَ(( 
 “Dan para sohabatku adalah keamanan bagi umatku, maka apabila mereka pergi datanglah apa yang dijanjikan kepada umatku.”  (HR. Muslim)

Imam an-Nawawi   mengatakan: “Arti dari hadits tersebut adalah munculnya kebid’ahan, perkara-perkara baru, fitnah dalam agama, munculnya tanduk setan, unggulnya kaum Romawi atas kaum Muslimin, ter-cemarnya kehormatan Mekkah dan Madinah,  dan lain sebagainya.” 

Diriwayatkan dari Abu al-Bahktari   : Suatu hari ‘Abdulloh bin Mas’ud   pernah mengingkari seke-lompok orang yang melakukan dzikir secara berjama’ah kemudian berkata: “Demi Alloh yang tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia, kalian telah melakukan kedzoliman dan perbuatan bid’ah ataukah kalian merasa lebih pandai dari para Sohabat Nabi  ? Seandainya kalian mengikuti para Sohabat sungguh kalian mendahului mereka, dan seandainya kalian berpaling ke kanan dan ke kiri maka kalian akan tersesat sejauh-jauhnya.”   

Dari Hudzaifah bin al-Yaman   ia berkata:  “Wahai para pembaca al-Qur’an, ambillah jalan yang dilalui oleh orang-orang sebelum kalian, Demi Alloh, seandainya kalian tetap kokoh di jalan itu sungguh kalian akan mendahului orang-orang sebelum kalian, dan jika kalian berpaling ke kanan dan ke kiri maka sungguh kalian akan tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (HR. al-Bukhori)

3. Ancaman api neraka Jahannam. 
Orang yang mencari-cari jalan lain selain jalannya para Sohabat maka mereka terkena dengan ancaman neraka jahannam. 
Alloh   berfirman:

“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, niscaya Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.  (QS. an-Nisa’ [4]: 115)

Dalam ayat ini Alloh   mengancam dengan ancaman neraka Jahannam bagi siapa saja yang menyelisihi Rosululloh   dan menyelisihi jalan-Nya kaum Mukminin. Yang  paling berhak mendapatkan gelar Mukmin adalah para sohabat karena merekalah yang pertama kali diseru dalam ayat ini, maka barangsiapa yang mengikuti jalan para Sohabat berarti telah mengikuti jalannya kaum Mukminin dan barangsiapa yang menyelisihi mereka berarti terkena ancaman kesesatan dan neraka. 

Atsar-Atsar tentang Kewajiban Mengikuti Pemahaman Salafush Sholih 
1. Perkataan dari kalangan Sohabat.
‘Abdulloh bin Mas’ud   berkata:
 )مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ فَإِنَّ الْحيَّ لاَ تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الفِتْنَةُ، أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ الله   أَبَرُّ هَذِهِ اْلأُمَّةُ قُلُوْبًا وَأَعْمَقُهَا عِلْمًا وَأَقَلُّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ   وَإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرَفُوْا لَهُمْ حَقَّهُمْ وَتَمَسَّكُوْا بِهَدْيِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ ( 

“Barangsiapa yang ingin menempuh jalan Sunnah, maka ikutilah jalannya orang yang telah meninggal. Sebab orang yang masih hidup tidak terjamin untuk tidak terkena fitnah (ujian atau cobaan). Mereka adalah para Sohabat Nabi  . Mereka adalah generasi terbaik umat ini, yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, tidak pernah memaksa-maksakan diri (takalluf ) dalam beramal. Alloh telah memilih mereka untuk mendampingi Nabi-Nya   dan untuk menegakkan agama-Nya. Maka kenalilah keutamaan mereka, berpeganglah teguhlah dengan petunjuk mereka. Sebab, mereka semua berada di atas petunjuk yang lurus.”

‘Abdulloh bin Mas’ud   berkata, “Apabila salah seorang di antara kami mempelajari sepuluh ayat dari al-Qur’an, maka ia tidak beralih ke ayat berikutnya hingga ia mengetahui makna-maknanya sekaligus mengamalkannya.” 

2. Perkataan dari kalangan tabi’in.
Masruq   berkata :  “Saya bermajelis dengan para Sohabat Rosululloh  , maka aku mendapati ilmu mereka bersumber pada enam orang: Ali bin Abi Tholib, ‘Abdulloh bin Mas’ud, ‘Umar bin al-Khottob, Zaid bin Tsabit, Abu Darda, Ubay bin Ka’ab  , kemudian aku teliti kembali pengetahuan mereka ternyata ilmu mereka yang paling tertinggi ada pada ‘Ali bin Abi Tholib dan ‘Abdulloh bin Mas'ud  .

Sulaiman al-A’masy   berkata: ‘Ali bin Abi Tholib   memerintahkan Ibnu ‘Abbas   untuk menjadi pemimpin pada musim haji, kemudian ia berkhutbah dengan membaca surat al-Baqoroh dan menafsirkannya. Sungguh Seandainya penduduk Romawi, Turki dan bangsa Kurdi medengarnya, niscaya mereka akan masuk Islam.” 

Asy-Sya’bi   berkata “Hendaklah engkau berpe-gang teguh kepada atsar salafush sholih meskipun orang-orang menolaknya dan jauhkanlah dirimu dari pendapat-pendapat para tokoh meskipun mereka hiasi pendapatnya dengan perkataan yang indah.”

3. Perkataan dari imam empat madzhab dan ulama setelahnya.
Imam Malik   berkata “Tidak akan dapat memper-baiki akhir umat ini melainkan apa yang membuat baik generasi pertama umat ini.”
Imam asy-Syafi'i   mengatakan: Ilmu itu memiliki beberapa tingkatan:  “Tingkatan pertama:  “al-Qur’an dan hadits, tingkatan kedua ijma’, kemudian tingkatan ketiga: perkataan seorang Sohabat yang tidak diketahui perselisihannya, tingkatan keempat: mengambil perkataan salah seorang Sohabat yang saling berbeda pendapat, kemudian qiyas.

Imam Ahmad bin Hanbal   berkata: “Prinsip Ahlus Sunnah menurut kami adalah: Berpegang dengan apa yang dilaksanakan oleh para Sohabat   dan mengikuti jejak mereka dan meninggalkan bid’ah karena setiap bid’ah adalah sesat”

Imam al-Auzai   berkata: “Bersabarlah dirimu di atas Sunnah tetaplah tegak sebagaimana para Sohabat tegak di atasnya katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan salafush sholih karena ia akan mencukupimu sebagaimana telah mencukupi mereka.”  

Ibnu Rojab   berkata : “Ilmu yang bermanfaat dari setiap bidang keilmuan adalah mencatat nash-nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta pemahaman yang datang dari para Sohabat, tabi’in dan tabiut tabi’in dalam memahami al-Qur’an dan hadits. Demikian pula menulis riwayat-riwayat dari mereka tentang permasalahan halal  dan harom, zuhud dan pengetahuan lainnya.”

Imam asy-Syatibi   mengatakan:  “Wajib bagi setiap orang yang memperhatikan dalil-dalil syar’i untuk memperhatikan pemahaman salaf generasi pertama terhadap dalil tersebut dan bagaimana mereka mengamalkannya, karena mereka lebih mendekati kebenaran dan lebih lurus dalam bidang ilmu dan pengamalan.” 

Al-Hakim   berkata: “Hendaknya seorang penuntut ilmu mengetahui bahwa tafsir seorang Sohabat yang menyaksikan langsung  turunnya wahyu adalah setara dengan hadits shohih menurut pendapat Imam al-Bukhori dan Muslim.”

Abu Hatim ar-Rozi   berkata: “Menurut kami ilmu itu apa yang datang dari Alloh di dalam kitab-Nya, apa yang datang dari Rosululloh    berupa hadits-hadits yang shohih, dan apa yang datang dari kesepa-katan para Sohabat   yang cerdas akalnya, apabila mereka berbeda pendapat maka tidak boleh keluar dari pendapat mereka. Apabila permasalahan itu tersamarkan sehingga sulit difahami maka ambillah ilmu dari para tabi’in, apabila tidak didapatkan dari para tabi’in maka ambillah dari para Imam pengikut mereka yang telah mendapatkan petunjuk.”

Demikianlah risalah ringkas ini kami susun, mudah-mudahan Alloh   memberikan taufik-Nya kepada kita agar dimudahkan untuk meniti jalan salafush sholih dalam aqidah, akhlak, suluk, dan ibadahnya serta dalam setiap aspek kehidupan mereka. Rosululloh   bersabda: 

 ))سَدِّدُوا وَقَارِبُوا (( 
 “Berlakulah yang lurus dan optimallah (dalam beramal).”  (HR. al-Bukhori)
Walaupun kita tidak bisa mengikuti seluruh perilaku salafus sholih, namun sepantasnya bagi kita untuk menyerupai  mereka dengan semaksimal mungkin. Seorang penyair berkata:

تَشَبَّهُوْا إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ إِنَّ التَّشَبُّهَ بِالكِرَامِ فَلاَحُ
“Hendakalah kalian menyerupai (mereka) walau-pun kalian belum bisa seperti mereka, karena menyerupai orang-orang mulia adalah suatu keberuntungan.” 
Semoga Alloh   memberkahi semua amal sholeh kita. Dan menjadikan apa yang kita baca bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita semua. Amin.
BACA JUGA : SIAPAKAH SAHABAT NABI ITU? MENGAPA KITA DIWAJIBKAN MENGIKUTI PEMAHAMAN PARA SOHABAT?

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.