ARTIKEL
ARTIKEL ISLAM
IMAN
MENGAPA IMAN DAPAT BERTAMBAH DAN BERKURANG ? BAGAIMANA MENJAGANYA AGAR TETAP KOKOH ?
Iman
bagi seorang hamba adalah segala-galanya. Ia adalah miliknya yang paling
berharga. Lebih mahal daripada dunia dan seisinya. Di sisi Alloh , iman memiliki kedudukan yang tinggi dan luhur.
Ia adalah kewajiban yang paling urgen dan tuntutan yang paling penting. Setiap
kebaikan dunia dan akhirat tergantung pada
kebaikan dan keselamatan iman. Iman merupakan prasyarat meraih hayatan
thoyyibah atau kehidupan yang indah di
dunia maupun di akhirat. Alloh berfirman:
"Barangsiapa yang
mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki
maupun perempuan sedangkan ia adalah seorang
yang beriman, maka sungguh akan Kami anugerahkan
baginya kehidupan yang indah dan sungguh akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan." (QS.
an-Nahl [16]: 97)
Betapa
banyak faidah yang melimpah, buah yang beraneka ragam, panen yang lezat dan tak
kunjung habis serta kebaikan yang terus mengalir karena ke-imanan. Dari sini kaum Muslim in berlomba-lomba untuk
menjaga, memurnikan dan menyempurnakan
imannya. Seorang Muslim yang diberi taufiq oleh Alloh seha-rusnya memprioritaskan penjagaannya terhadap
keimanan di atas segalanya dalam
rangka mencontoh salafush sholeh. Para
salafush sholeh selalu bersungguh-sungguh menjaga keimanan mereka,
memeriksa amal mereka dan saling berwasiat
di antara mereka. Atsar-atsar dan pernyataan mereka yang menunjukkan
perhatian mereka tentang iman sangatlah
banyak. Kalau kita memperhatikan sejarah hidup mereka dan membaca kabar tentang
mereka kita akan mengetahui begitu besar
perhatian mereka terhadap keimanan.
Iman
Bisa Bertambah dan Bisa Berkurang
Sesungguhnya
iman yang ada dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula
berkurang. Terdapat banyak sekali dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah
tentang hal ini. Adapun dalil-dalil dari al-Qur’an antara lain ialah:
Firman Alloh :
"Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara
mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat
ini?" Adapun orang-orang yang beriman maka surat ini menambah keimanan mereka dan mereka merasa gembira. (QS. at-Taubah [9]: 124)
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS. al-Anfal [8]: 2-4)
“Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang Mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). “ (QS.
al-Fath [48]: 4)
Adapun dalil-dalil dari as-Sunnah adalah sabda Rosululloh
berikut:
(( مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ،
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذٰلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ ))
“Siapa saja di antara kalian yang melihat
kemung-karan,
maka hendaklah merubahnya dengan ta-ngannya.
Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan
hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim )
Hadits ini
menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam mencegah
kemungkaran dan ia adalah bagian dari iman. Hadits ini menafikan (meniadakan) iman dari seseorang yang tidak
mau melakukan tingkatan terendah dari tingkatan nahi munkar yaitu merubah
kemungkaran dengan hati. Sebagaimana disebutkan dalam sebagian riwayat hadits,
“Dan tidak ada sesudahnya sebiji sawi pun dari iman.” (HR. Muslim )
Rosululloh bersabda:
(( الإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ))
“Iman itu memiliki tujuh puluh cabang
lebih atau enam puluh cabang lebih. Cabangnya yang paling utama adalah ucapan “La Ilaha Illalloh” dan
cabangnya yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah
satu cabang dari iman.” (HR. Muslim)
Hadits
ini menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari cabang-cabang
yang bermacam-macam, dan setiap cabang adalah bagian dari iman yang
keutamaannya berbeda-beda, yang paling tinggi
dan paling utama adalah ucapan “La Ilaha Illalloh” kemudian
cabang-cabang sesudahnya secara berurutan
dalam nilai dan fadhilahnya sampai
pada cabang yang terakhir yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.
Adapun cabang-cabang antara keduanya adalah shalat,
zakat, puasa, haji dan amalan-amalan hati seperti rasa malu, tawakkal, khosyyah
(takut kepada Alloh) dan sebagainya, yang
kesemuanya itu dinamakan iman. Sejalan dengan pengamalan cabang-cabang
iman itu, maka iman bisa bertambah dan bisa berkurang.
Dari
‘Abdulloh bin ‘Amr bin al-’Ash , bahwa Rosululloh bersabda:
(( إِنَّ
اْلإِيْمَانَ لَيَخْلَقُ فِيْ جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ اْلخَلِقُ فَاسْأَلُوا اللهَ أَنْ يُجَدِّدَ اْلإِيْمَانَ فِيْ
قُلًُوْبِكُمْ ))
“Sesungguhnya
iman itu bisa lapuk dalam rongga salah
seorang dari kalian sebagaimana lapuknya baju. Maka hendaknya kalian
meminta kepada Alloh agar Dia memperbaharui
iman dalam hati-hati kalian.” (HR Hakim, Thobroni dan
lainnya)
Dalam hadits
yang mulia ini Rosululloh menye-butkan dua perkara:
1. Bahwa iman
itu bisa berkurang sedikit demi sedikit.
2. Bahwa iman itu dapat diperbaharui, ditumbuhkan atau diperkuat.
2. Bahwa iman itu dapat diperbaharui, ditumbuhkan atau diperkuat.
Oleh karena itu, seorang Muslim
harus mengetahui sebab-sebab yang dapat mengurangi imannya
sehingga sebab-sebab itu sirna dari dirinya. Demikian pula iman dapat
bertambah. Seorang Muslim harus
mengetahui sebab-sebab bertambahnya iman sehingga dapat mem-perkuat imannya.
Atsar Dari Para Salafush Sholeh
‘Umar bin Khoththob berkata:
( هَلُمُّوا
نَزْدَدْ إِيمَانًا )
“Marilah ke sini, agar
kita menambah keimanan “
‘Abdulloh bin Mas’ud berkata:
( اجْلِسُوْا
بِنَا نَزْدَدْ
إِيمَانًا )
“Marilah duduk bersama kami agar kita dapat menambah
keimanan.”
Mu’adz bin Jabal berkata:
( اجْلِسْ
بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً )
“Marilah
duduk sejenak bersama kami untuk menambah keimanan.”
Atsar dari ‘Abdulloh bin Rowahah
:
“Abdulloh bin Rowahah biasa menggandeng tangan para sahabatnya dan berkata, ‘Marilah kita beriman sesaat.
Marilah kita berdizikir kepada Alloh dan menambah
keimanan. Marilah kita berdzikir kepada Alloh dengan mentaati-Nya semoga Dia mengingat kita dengan
mengampuni kita”
Maksud mereka dengan perkataan ini adalah mengajak untuk berkumpul di majelis ilmu untuk mengingat Alloh , majelis yang dapat menambah keimanan.
Mengingat tentang kebesaran Alloh , mengingat tentang halal dan haram, belajar agama Alloh ,
dan lain-lain akan menambah keimanan seseorang dan menghilangkan sifat
lalai dari dirinya.
Abu
Darda’ berkata:
( وَمِنْ
فِقْه الْعَبْدِ أَنْ يَعْلَمَ
أَيَزْدَادُ هُوَ
أَمْ يَنْقصُ . )
“Di
antara tanda kefahaman agama seseorang adalah ia mengetahui apakah imannya
bertambah ataukah berkurang.”
‘Umair
bin Hubaib al-Khithomi berkata:
“Iman itu bertambah dan berkurang.” Dia ditanya: “Apa yang menyebabkan bertambah dan berkurangnya?” Dia men-jawab: “Apabila kita berdzikir kepada Alloh , memuji-Nya dan bertasbih kepada-Nya maka itulah bertambahnya iman. Dan apabila kita lalai, menyia-nyiakan dan
melu-pakan-Nya, maka itulah berkurangnya iman.”
‘Abdurrohman bin ‘Amr al-Auza’i , salah seorang imam dari
kalangan tabi’in pernah ditanya tentang keimanan, apakah ia bisa bertambah? Beliau menjawab: “Betul (bisa bertambah) sampai
seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi:
“Apakah bisa berkurang?”
Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
Demikian pula
Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahmad bin
Hambal pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau
menjawab: “Iman bisa bertambah sampai puncak langit yang ke tujuh dan
bisa berkurang (menyusut) sampai lapis bumi yang ke tujuh.” Beliau juga
menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan,
maka imanmu akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka imanmu
pun berkurang.”
Inilah aqidah
Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu meyakini bahwa sesungguhnya iman seseorang itu
bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman
itu bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh
seorang mukmin untuk menjaga kualitas imannya?
Setiap
hamba dituntut untuk senantiasa menjaga kesempurnaan iman yang telah tertancap
di dalam hatinya dengan melakukan berbagai
amal sholeh, sebab apabila iman terus dipupuk, maka iman akan bersinar
dan sinarnya akan memancar ke seluruh anggota tubuh pemiliknya, mata, telinga,
tangan, kaki dan yang lainnya. Jika iman telah terpancar ke seluruh tubuh, maka
tubuh tersebut akan ringan melakukan ketaatan dan berat untuk melakukan maksiat
kepada Alloh .
Iman
yang telah tertancap dalam hati seorang mukmin, bagaikan sebatang pohon yang mempunyai
beberapa cabang. Cabang-cabang tersebut menjulang tinggi ke langit dan akarnya
pun terhunjam kokoh di bumi. Dan pohon
tersebut akan senantiasa memberikan buahnya pada setiap saat dengan izin
Alloh .
Alloh
berfirman:
"Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (yaitu
kalimat tauhid) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit.. Pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan itu bagi manusia agar mereka ter-gugah (sadar)." (QS. Ibrahim [14]:
24-25).
Syaikh ‘Abdurrohman as-Sa’di menerangkan bahwa seorang hamba yang
mendapatkan taufiq dari Alloh akan selalu berusaha melakukan dua perkara:
Pertama, merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-sama.
Kedua, berusaha menolak semua perkara yang dapat menafikan dan menghapus keimanan ataupun meng-uranginya berupa fitnah-fitnah (kesesatan) yang nampak maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha. [1]
Pertama, merealisasikan iman dan cabang-cabangnya serta menerapkannya baik secara ilmu dan amal secara bersama-sama.
Kedua, berusaha menolak semua perkara yang dapat menafikan dan menghapus keimanan ataupun meng-uranginya berupa fitnah-fitnah (kesesatan) yang nampak maupun yang tersembunyi, mengobati kekurangan dari awal dan mengobati yang seterusnya dengan taubat nasuha. [1]
Mewujudkan iman
dan mengokohkannya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab bertambahnya
iman dan melaksanakannya. Sedangkan berusaha menolak semua yang menghapus dan
menentangnya dilakukan dengan mengenal sebab-sebab berkurangnya iman dan
berhati-hati dari terjerumus di dalamnya.
Sebab Bertambahnya Iman
Sesungguhnya Alloh telah
menetapkan beberapa sumber bagi iman yang
dapat mengokohkan dan mengu-atkannya. Juga menjadikan beberapa sebab
yang akan menambah iman dan menumbuhkannya. Jika sebab-sebab tersebut dilakukan
oleh seorang hamba niscaya akan menjadi kuatlah keyakinannya dan bertambah
keimanannya serta menjadi tinggi derajatnya di dunia dan di akhirat. Sedangkan
iman merupakan sebab bagi seluruh kebaikan yang segera (di dunia) maupun yang
kelak (di akhirat). Di antara sebab-sebab terpenting bagi bertambahnya iman
adalah:
Pertama: Mempelajari ilmu yang
bermanfaat, yaitu ilmu syariat yang dibangun di atas landasan al-Qur’an dan as-Sunnah. Ini adalah sebab terbesar bagi
bertambah-nya iman, yaitu bersungguh-sungguh memahami al-Qur’an dan as-Sunnah,
mempelajari tentang aqidah Islam yang haq, dalil-dalilnya dan keterangannya
secara rinci. Juga mempelajari tentang hukum-hukum Alloh , perkara-perkara yang halal dan haram, serta
nasihat- nasihat Nabawi yang dapat melembutkan hati. Hal
ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu
menjadi sarana beribadah kepada Alloh dan mewujudkan tauhid dengan benar. Bertambahnya
iman yang didapatkan dari ilmu bisa terjadi dari beraneka ragam sisi, di
antaranya:
a. Keluarnya seorang penuntut ilmu dalam
mencari ilmu.
b.
Duduknya
mereka dalam halaqah ilmu.
c.
Mudzakarah
(diskusi) di antara mereka dalam masalah ilmu.
d.
Bertambahnya pengenalan mereka tentang Alloh dan syariat-Nya.
e.
Penerapan
ilmu yang telah mereka pelajari.
f.
Tambahan pahala dari orang
yang belajar dari mereka, karena barangsiapa
yang menunjukkan manusia kepada kebaikan maka ia mendapat pahala mereka yang
mengamalkannya.
Menuntut
ilmu merupakan sebab yang paling besar dalam bertambahnya iman. Perhatikanlah
nash-nash al-Qur’an dan al-Hadits berikut ini:
Alloh
berfirman:
“Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat,
semuanya itu dari sisi Robb kami.” Dan tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang ber-akal." (QS. Ali ‘Imron [3]: 7)
“Alloh
telah bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah melainkan Dia, Yang Menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga bersaksi akan
yang demikian itu). Tidak ada ilah yang
berhak untuk disembah melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
(QS. Ali Imran [3]: 18)
“Akan tetapi
orang-orang yang mendalam ilmunya di
antara mereka dan orang-orang mukmin,
mereka beriman dengan apa-apa yang telah
diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dan apa yang telah diturunkan sebelummu
dan orang-orang yang mendirikan sholat, menunaikan zakat dan yang beriman
kepada Alloh dan hari kemudian. Orang-orang
itulah yang akan Kami berikan pahala
yang besar.” (QS. an-Nisa’ [4]: 162)
Serta
ayat-ayat lain yang semakna. Adapun dari al-Hadits, maka Rosululloh bersabda:
(( مَنْ يُرِدِ اللَّهُ
بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ ، وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ ))
“Barangsiapa yang Alloh
menghendaki kebaikan baginya, niscaya
Alloh akan memahamkannya dalam perkara agama. Dan sesungguhnya ilmu itu hanya bisa
diraih dengan belajar.” (HR. Bukhori dan Muslim)
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut
ilmu, maka Alloh akan memudahkan baginya
jalan ke surga. Dan sesungguhnya para
malaikat meletakkan sayap-sayap
mereka kepada pencari ilmu karena ridha dengan apa yang dia perbuat. Sesungguhnya seorang yang alim akan
dimintakan ampunan baginya oleh semua yang ada di langit dan bumi sampai ikan
hiu di dalam air. Sesung-guhnya keutamaan
orang alim atas seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas segala
bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi dan
para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak
pula dirham akan tetapi mereka me-wariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengam-bilnya maka berarti dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR.
Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
(( فَضْلُ الْعَالِمِ
عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِى عَلَى أَدْنَاكُمْ (( ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- (( إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ
وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ
عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ ))
“Keutamaan
seorang alim atas seorang ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang
yang paling rendah di antara kalian.
Sesung-guhnya Alloh, para malaikat-Nya serta
penduduk langit dan bumi sampai-sampai semut yang ada di lubangnya dan ikan-ikan, semuanya mendoakan bagi orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR.
Tirmidzi; di-shahihkan Albani)
Nash-nash di atas menerangkan kedudukan dan keagungan serta pentingnya ilmu dan akibat atau
pengaruhnya di dunia dan di akhirat berupa ketun-dukan dan keterikatan pada
syariat Alloh serta merealisasikan syari’at
tersebut. Maka seorang alim yang mengenal
Robbnya, Nabinya, perintah dan batasan-batasan
hukum Alloh , ia dapat
membedakan perkara-perkara yang
dicintai dan diridlai Alloh dengan perkara-perkara yang dibenci-Nya. Inilah ilmu yang bermanfaat.
Kedua: Mengenal al-Asma’ul Husna (nama-nama
Alloh yang Maha indah) dan sifat-sifat-Nya Yang
Maha Tinggi. Semua nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang
terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah itu
menunjukkan kesempurnaan Alloh secara mutlak dari berbagai segi dan kesucian-Nya dari semua kekurangan. Bila seorang hamba mengenal Robb-nya dengan pengenalan
yang hakiki, yaitu mengenal nama-nama-Nya
yang Maha indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha tinggi, kemudian ia
selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang dalam memahami asma’ dan sifat tersebut, maka sungguh ia telah diberi
taufiq dalam mendapatkan tambahan
iman. Karena, seorang hamba bila ia telah me-ngenal Alloh dengan jalan
yang benar, maka dia akan termasuk orang yang paling kuat keimanan dan ketaatannya, paling besar rasa takutnya kepada
Alloh dan paling
kuat muroqobah (rasa diawasi)nya oleh Allah .
Alloh berfirman:
“Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di
antara hamba-hamba-Nya adalah para ulama.” (QS.
Fathir [35]: 28)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Alloh adalah
para ulama yang mengenal Alloh .”
Berusaha mengenal nama-nama dan sifat-sifat Alloh akan
membuat seorang hamba melaksanakan konsekuensi
dari nama-nama dan sifat-sifat Alloh tersebut
yang di antaranya ialah munculnya ta’zhim (peng-agungan) dan khosyah (rasa
takut) kepada Alloh .
Oleh
karena itu, semakin paham seseorang tentang nama-nama
Alloh dan semakin mengenal akan sifat-sifat-Nya, maka semakin
tinggi keimanannya kepada Alloh . Adapun orang yang tidak mengenal nama-nama dan
sifat-sifat Alloh , maka ia akan semakin jauh dari Alloh dan semakin
lemah keimanannya.
Sebagai
contoh jika seorang hamba mengetahui bahwa
Alloh adalah
mutafarrid (satu-satunya Dzat) yang mampu memberikan kemanfaatan dan kemudha-ratan. Demikian juga masalah memberi rizki,
menghidup-kan dan mematikan. Dengan
mengetahui ini seorang hamba akan
benar-benar bertawakkal (bersandar) kepada Alloh dalam meraih suatu kemanfaatan
atau
menghindari kemudharatan.
Jika
seseorang mengetahui bahwa Alloh Maha mendengar dan Maha melihat, Maha mengetahui, tidak
ada sesuatu sekecil apapun di langit maupun di bumi yang luput dari pengawasan Alloh, juga Alloh mengetahui
khianatnya pandangan mata, Alloh mengetahui apa yang terdapat di dalam hati
manusia, maka seseorang akan menjaga pandangannya, perkataan lisannya, dan
menjaga gerak-gerik hatinya, karena semua itu tidak ada satu pun yang luput dari
ilmu Alloh . Sehingga, semua perbuatan yang dilakukannya
sesuai dengan apa yang diridhoi oleh Alloh . Ia akan mengarahkan seluruh anggota tubuhnya agar selaras dengan syari’at Alloh .
Demikian
juga jika seorang hamba mengetahui bahwa
Alloh Maha Kaya, Maha Baik, Maha Penyayang, maka hal ini akan
menumbuhkan pengharapan yang besar pada dirinya. Hal ini akan mendorongnya
untuk semakin memperbanyak ibadah dan doa
karena besarnya pengharapannya kepada Alloh .
Demikian
juga jika seorang hamba mengetahui bahwa Alloh Maha Sempurna, Maha Indah,
maka hal ini akan menimbulkan kerinduan
untuk bertemu dengan Robb-nya,
memandang wajah-Nya, dan kecintaan ini
akan menumbuhkan banyak peribadatan dalam dirinya.
Rosululloh bersabda:
(( إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ))
“Sesungguhnya Alloh memiliki sembilan puluh sembilan nama. Barangsiapa yang menghitungnya
dengan cermat, maka ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim )
Yang dimaksud dengan menghitung atau ihsha’ dalam hadits di atas adalah menghitung, menghafal, dan mema-hami kandungan nama-nama Alloh tersebut serta berusaha mengamalkan konsekuensi
(tuntutan)nya.
Ketiga: Membaca
al-Qur’an al-Karim dengan tadabbur
(merenungkan atau memikirkan isi kandungannya). Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan
al-Qur’an akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya
bertambah kuat dan tebal.
Alloh mengabarkan tentang keadaan orang-orang Mukmin dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang apabila disebut nama Alloh, gemetarlah hati-hati mereka, dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman mereka,
dan kepada Robb mereka itulah mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfal [8]: 2)
Imam al-Ajurri berkata: “Barangsiapa mentadabburi al-Qur’an, ia akan
mengenal Robb-nya dan mengetahui keagungan, kekuasaan
dan qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan atasnya. Maka
ia senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala sesuatu yang tidak
disukai Maula (Tuan)nya (yakni Alloh ).”
Hal ini termasuk ilmu yang paling
agung yang menyebabkan bertambah serta kuatnya keimanan. Alloh telah menurunkan
Kitab-Nya sebagai penerang bagi hamba-hamba-Nya, sebagai petunjuk, rahmat, cahaya, kabar gembira dan peringatan bagi
orang-orang yang ingat. Banyak sekali
nash-nash yang menerangkan tentang perkara ini di antaranya Alloh berfirman:
“Dan Al-Qur’an
itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
ikutilah ia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat. “ (QS. al-An’am [6]: 155)
"Ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran. “ (QS. Shod [38]: 29)
“Sesungguhnya al-Qur’an
ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholeh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.“ (QS. al-Isro’ [17] : 9)
“Dan
Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu
tidaklah menam-bah kepada orang-orang
yang zalim selain keru-gian. “ (QS. al-Isro’ [17]: 82)
Juga
pada surat al-A’raf: 52, al-An’am: 92, an-Nahl: 89, Shod: 29, Qof: 37 dan
lain-lain.
Ayat-ayat
ini menerangkan keutamaan al-Qur’an al-Karim.
Ayat-ayat tersebut juga menerangkan penting-nya al-Qur’an dan pentingnya memperhatikan al-Qur’an serta
kuatnya pengaruh al-Qur’an terhadap hati. Ibnul Qoyyim berkata, "Kesimpulannya
adalah tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati selain daripada membaca al-Qur’an dengan tadabbur dan
tafakur."
Alloh telah memberikan permisalan akan kea-gungan al-Qur’an:
“Kalau sekiranya Kami turunkan al-Qur’an ini kepada
sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya
tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Alloh. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. “ (QS. al-Hasyr [59]: 21)
Ayat-ayat
ini menunjukkan akan keagungan al-Qur’an sebagai kitab yang membawa petunjuk
dan membawa kebaikan. Semakin dekat seseorang dengan al-Qur’an, semakin
sering mempelajarinya, memahami dan mengamalkannya maka akan semakin bertambah
keimanannya.
BACA JUGA : IMAN KEPADA HARI AKHIR / KIAMAT. PEMBAHASAN LENGKAP
Keempat:
Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup
Rosululloh , yaitu
dengan mengamati, memper-hatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya
yang baik serta perangainya yang mulia.
Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan: “Dari sini kita
mengetahui betapa sangat pentingnya seorang hamba mengenal Rosul dan apa yang
dibawanya, dan mem-benarkan apa yang beliau
kabarkan serta mentaati apa yang beliau perintahkan. Karena tidak ada
jalan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia
dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan untuk
mengetahui baik dan buruk secara mendetail kecuali darinya. Maka kalau
seseorang memperhatikan sifat dan akhlak
Rosululloh dalam al-Qur’an dan al-Hadits,
niscaya dia akan mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi menjadi kuat, dan kian bertambah cintanya
kepada beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan
yang mewariskan muta-ba’ah dan amalan sholeh.”
Sesungguhnya
Nabi adalah
manusia pilihan yang diutus Alloh kepada hamba-hamba-Nya dengan agama yang
sempurna dan jalan yang lurus, sebagai rahmat bagi alam semesta, pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa dan hujjah bagi seluruh mahluk. Dialah yang dipercaya
Alloh untuk
menyampaikan wahyu-Nya.
Dengan sebab beliau Alloh memberikan kita hidayah kepada jalan yang paling lurus. Alloh mewajibkan para hamba-Nya untuk
taat kepada Nabi , menolongnya, mencintainya, dan mencitai keluarganya. Bahkan
Alloh telah menutup semua jalan yang
akan mengarahkan seseorang ke
surga kecuali satu jalan yaitu jalan yang telah ditempuh oleh Nabi . Tidak ada jalan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali
dengan mengikuti jalan Nabi .
Kelima:
Mencermati dan merenungkan tentang kebaikan-kebaikan
agama Islam. Ketahuilah, sesungguh-nya ajaran Islam itu semuanya baik,
aqidahnya adalah aqidah yang paling benar, akhlaknya adalah akhlak yang paling
terpuji, dan paling adil hukum-hukumnya.
Hendaknya
setiap Muslim merenungkan keindahan agama Islam. Sebab dengan itu Alloh akan menghiasai dirinya dengan iman dan menjadikannya semakin cinta kepada keimanan. Alloh berfirman mengenai karunia-Nya
kepada hamba-hamba-Nya:
“Akan tetapi Alloh menjadikan
kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati
kalian.” (QS. al-Hujurat [49]: 7)
Jika
seseorang mengetahui keindahan syariat Islam, maka Islam ini akan menjadi
sesuatu yang sangat dia cintai dalam
dirinya. Dengan demikian ia akan merasakan manisnya keimanan dalam hatinya.
Apabila seorang hamba memperhatikan
kebaikan-kebaikan yang terdapat dalam
agama ini berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, syariat dan
hukum-hukum, akhlak dan adab-adabnya niscaya akan semakin menambah keimanan
bagi orang yang telah beriman. Bahkan barangsiapa yang kuat perhatiannya kepada
kebaikan-kebaikan agama ini, kakinya akan semakin kokoh di dalam menapakinya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rosululloh bersabda:
“Ada tiga perkara yang barangsiapa ada padanya
maka ia akan merasakan manisnya iman.
Pertama, hendaknya Alloh dan Rosul-Nya lebih ia cintai daripada selain
keduanya. Kedua, hendaknya ia mencintai
seseorang semata-mata karena Alloh. Dan hendaknya ia benci untuk kembali
kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk
dilempar-kan ke dalam api.” (HR. Bukhori dan Muslim )
Tidaklah
seseorang itu sangat membenci kekafiran kecuali
karena ia telah mengetahui keindahan kebalikan-nya yaitu Islam.
Keenam: Membaca siroh
atau perjalanan hidup salafush sholeh. Yang dimaksud salafush sholeh di sini
adalah para shahabat Rosululloh dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah [9]: 100).
Barangsiapa membaca dan memper-hatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui
kebaikan-kebaikan mereka, akhlak-akhlak yang
agung, ittiba’ mereka kepada Rosululloh , perhatian mereka kepada iman, rasa takut mereka dari dosa,
kemaksiatan, riya’ dan nifaq. Juga ketaatan dan berlomba-lombanya mereka
dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya
ibadah mereka kepada Alloh dan sebagainya.
Dengan
memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi kuat dan timbul keinginan untuk
me-nyerupai mereka dalam segala hal.
Sebagaimana ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah , “Barangsiapa lebih serupa dengan
mereka (para shahabat Rosululloh ), maka ia lebih sempurna imannya.”
Dan tentunya,
barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.
Mereka
adalah sebaik-baik generasi, penjaga Islam, orang-orang
yang menyaksikan kejadian-kejadian yang agung, pembawa-pembawa agama ini
dan penyampai risalah kepada zaman sesudah mereka, manusia yang paling kuat imannya dan kokoh ilmu di kalangan
manusia, yang paling baik hatinya dan paling suci jiwa-jiwa mereka. Mereka
diberi kekhususan oleh Alloh dengan
melihat Nabi-Nya dan mendengar langsung suara dan ucapan
beliau , mengambil agama dari beliau sehingga jiwa mereka
kokoh.
Keutamaan
mereka telah disebutkan dalam banyak firman Alloh . Mereka adalah sebaik-baik umat yang dikeluarkan
untuk membimbing manusia dan yang paling bermanfaat bagi manusia.
Rosululloh
bersabda:
“Sebaik-baik umatku adalah generasi yang aku diutus
di tengah-tengah mereka, kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka, kemudian
orang-orang yang datang sesudah mereka.” (HR. Muslim )
Para
sahabat adalah manusia pilihan dari umat manusia,
maka mempelajari bagaimana perjalanan hidup mereka, akhlak mereka, perjuangan mereka dalam membela Islam juga dapat menambah keimanan seseorang. Jika seorang Muslim melihat kondisi
mereka yang demikian, maka ia akan berusaha meneladani mereka dengan sebaik-baiknya, sehingga akan bertambah keimanannya sebagaimana bertambahnya keimanan mereka.
Ketujuh: Memperhatikan tanda-tanda
kebesaran Alloh yang terdapat di alam semesta (merenungi
ayat-ayat kauniyah).
Salah satu sebab yang mudah untuk menambah keimanan seseorang adalah
memperhatikan dan mere-nungkan kebesaran
Alloh yang
terdapat di alam
semesta.
Alloh
berfirman:
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS. Ali ‘Imran [3] :
190)
Dan
dalam ayat yang lain Alloh berfirman:
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?.” (QS. al-Ghosyiyah [88] : 17-20)
Ayat-ayat
ini dan yang semisalnya mengingatkan kita agar memperhatikan tanda-tanda
kebesaran Alloh untuk
menambah keimanan kita. Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan
keberadaan makhluk-makhluk Alloh yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat
kuat untuk beriman dan mengokohkan iman.
Kedelapan: Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan sholeh dengan ikhlas, memperbanyak dan
melanggengkannya. Hal ini karena semua amalan syariat
yang dilaksanakan dengan ikhlas akan menambah iman. Karena iman
bertambah dengan bertambahnya amalan ketaatan dan banyaknya ibadah.
Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin pernah menuturkan, “Di antara sebab
pertambahan iman adalah melakukan ketaatan.
Sebab iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya amalan. Semakin baik amalan
seseorang, maka semakin bertambah
imannya. Baiknya pelaksanaan adalah dengan ikhlas dan mutaba’ah
(mencontoh Nabi ). Sedangkan jenis amalan,
maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal ketaatan lebih
ditekankan dan lebih utama dari yang lainnya. Semakin utama ketaatan tersebut
maka semakin besar juga penambahan imannya.
Adapun banyaknya amalan, maka akan
menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian dari iman. Sehingga iman
bertambah dengan bertambahnya amalan.”
Hendaknya
seorang Muslim bersungguh-sungguh untuk beramal sholeh dengan niat ikhlas kepada
Alloh dan melakukannya secara berkesinambungan.
Karena sesungguhnya setiap amal yang
disyariatkan oleh Alloh jika dikerjakan dengan niat ikhlas karena Alloh akan menambah keimanan.
Keimanan bertambah seiring dengan bertambahnya ketaatan, dan semakin banyak
ibadah akan semakin menambah keimanan seseorang.
Kesembilan:
Senantiasa bersahabat dengan orang-orang yang sholeh,
yang bisa mengingatkannya kepada akhirat, membuatnya tidak lalai dari mengingat
Alloh . Sesungguhnya sangat banyak sekali
manfaat berteman dengan ahlul
khoir atau orang-orang yang sholeh.
Ber-sahabat dengan mereka merupakan obat bagi hati dan penggugah jiwa
dari kelalaiannya. Bermajelis dengan mereka akan menambah iman dan mendorong
kepada kebaikan. Sebaliknya, teman yang fasik atau buruk sangat berbahaya bagi
keimanan, akhlak dan agama seseorang. Karena
itu Rosululloh telah memperingatkan
kita dari hal ini dalam sabda beliau:
“Seorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaknya salah seorang kalian
melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Tirmidzi dan Abu
Dawud)
Kesepuluh: Memperbanyak
dzikir dan doa kepada Alloh . Karena, dzikir adalah termasuk sebab yang paling
penting untuk menjalin hubungan (komunikasi) antara seorang hamba dengan
Robb-nya. Dzikir me-rupakan
siraman yang bermanfaat bagi pohon keimanan yang ada di dalam hati. Ia juga menjadi ransum (makanan) yang
bergizi bagi keimanan. Alloh senantiasa
mengingat hamba-hamba-Nya yang berdzikir menyebut asma-Nya. Sebagaimana
firman-Nya:
“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukur-lah kepada-Ku, dan janganlah
kalian menging-kari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqproh [2] : 152)
Rosululloh bersabda meriwayatkan dari Robb-Nya yang berfirman:
“Aku sesuai dengan persangkaan
hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat-Ku) bila ia
mengingat-Ku. Bila ia meng-ingat-Ku dalam
dirinya Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Bila ia menyebut nama-Ku dalam
suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam
perkum-pulan yang lebih baik dari mereka. Bila ia mendekat kepada-Ku
sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekat kepada-Ku sehasta,
Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan bila ia
datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhori
dan Muslim )
Dengan berdzikir, hati seorang hamba akan
menjadi tenang, tentram dalam ketaatan dan menjauhi ke-mungkaran.
Alloh berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Alloh.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tentram.” (QS. ar-Ra’d [13]: 28)
Bahkan sejatinya dzikir itulah hakikat kehidupan hati. Ia
merupakan sumber energi, gizi dan nutrisi hati. Jika seorang kehilangan
dzikir, maka ia tak ubahnya laksana seonggok raga yang tak berenergi. Hati tak punya kehidupan sama sekali, kecuali dengan
mengingat Alloh . Ibnu Taimiyyah berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi
ikan.”
Kesebelas:
Memperbanyak
ibadah nawafil (sunnah) setelah
menjaga dengan benar-benar ibadah yang fardhu. Karena, ibadah-ibadah nawafil
tersebut akan semakin menambah dekatnya seorang hamba kepada Robb-Nya. Ibadah nawafil
termasuk ketaatan yang dicintai oleh Alloh . Semakin bertambah ketaatan seseorang maka
semakin bertambah pula keimanannya. Karena
itu tidaklah heran seorang hamba yang memakmurkan waktu-waktunya dengan
beragam amal-amal nawafil seperti qiyamul lail (sholat malam),
berdoa dengan tadharru’ di waktu sepertiga malam terakhir, berpuasa
sunnah, bersedekah semampunya dan amal-amal lain niscaya ia akan merasakan
nikmatnya iman dan kedekatan dengan Alloh .
Kedua
belas: Memperhatikan
ibadah-ibadah yang termasuk dalam a’malul qulub (pekerjaan hati) seperti
khouf (rasa takut kepada Alloh), mahabbah (mencintai-Nya), roja’
(berharap), tawakkal (menyandarkan hati kepada Alloh), dan sebagainya.
Ketiga
belas:
Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya. Jika ia memiliki kekuasaan atau wilayah maka
hendaknya melakukan amar ma’ruf nahi munkar
tersebut dengan tangannya. Jika tidak memiliki kekuasaan untuk itu, maka
hendaknya melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan lisannya. Sedangkan tingkatan yang terendah adalah membenci
kemungkaran dengan hatinya.
Keempat belas: Berpaling dari
majelis-majelis hiburan
dan lahwu (yang tidak bermanfaat) seperti acara-acara televisi yang
mungkar, lagu-lagu, bacaan-bacaan yang yang tidak Islami, dan tempat-tempat
umum yang penuh ikhtilath (campur baur
antara laki-laki dan perempuan). Termasuk majelis kemungkaran yang perlu
diwaspadai adalah internet. Seorang hamba yang ternoda dengan situs-situs keji
niscaya imannya akan menyusut drastis. Sebaliknya, dengan berhati-hati dan
menghindari itu semua, maka imannya akan tetap terjaga. Kita memohon kepada Alloh
keselamatan dan perlindungan dari semua
fitnah, baik yang nampak maupun yang tersembunyi.
Kelima
belas: Ghodhdhul
Bashor (menundukkan pandangan). Yang dimaksud dengan menundukkan pandangan
di sini ialah menundukkan pandangan dari setiap yang haram. Barangsiapa yang
menundukkan pandangannya dari yang haram karena
takut kepada Alloh niscaya Alloh akan menggantikannya dengan kemanisan
iman yang dapat ia rasakan dalam hatinya. Alloh
telah memerintahkan kepada segenap hamba-hamba-Nya yang beriman agar menundukkan pandangan mereka dari
yang haram.
Alloh
berfirman:
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
‘Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang mereka perbuat’.” (QS. an-Nur
[24]:
30)
Keenam
belas:
Menahan diri dari banyak bicara, makan, tidur dan bergaul dengan manusia.
Berlebihan dalam hal-hal di atas akan
membuat hati seorang hamba menjadi keras dan luput dari berbagai
keutamaan.
Di
antara nasihat Atho’ bin Abi Robah adalah,
"Sesungguhnya orang-orang sebelum kita (yakni para sahabat Nabi ) tidak menyukai banyak bicara.’ Lalu sebagian
orang bertanya, ‘Apa yang dianggap banyak bicara menurut mereka?’ Beliau
menjawab, ‘Mereka menganggap bahwa setiap ucapan termasuk berlebih-lebihan
melainkan dalam rangka membaca al-Kitab dan
memahaminya, atau membaca hadits Rosululloh yang diriwayatkan dan harus diketahui, atau
meme-rintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau berbicara
tentang ilmu yang dengannya menjadi sarana taqarrub kepada Alloh , atau engkau berbicara
tentang kebutuhan ma’isyah (mata pencaharian) dan pekerjaan yang
harus dibicarakan.’
Ketujuh
belas:
Melihat kepada orang yang lebih rendah dari kita dalam urusan dunia dan kepada
yang lebih tinggi dari kita dalam urusan agama.
Rosululloh
bersabda:
"Lihatlah
kepada orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada
di atas kalian, karena yang demikian itu
lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Alloh kepada kalian." (HR. Bukhori dan Muslim )
Demikianlah perkara-perkara
yang dapat menambah iman. Mudah-mudahan dengan mengetahui
perkara-perkara ini Alloh berkenan memberi taufiq kepada kita untuk lebih mengokohkan iman dan menyem-purnakannya.
[1] Yang dimaksud dengan fitnah
oleh beliau adalah semua perkara yang bisa mengancam keselamatan iman.
Fitnah-fitnah tersebut banyak sekali macamnya, akan tetapi secara umum bisa
dibagi ke dalam dua golongan besar yaitu fitnah syubhat dan fitnah syahwat.
Syubhat artinya tersamarnya kebenaran. Sedangkan syahwat artinya hawa nafsu
yang menyelisihi syari'at.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.