ARTIKEL ISLAM
NABI
SAHABAT NABI
Merebaknya Kelancangcangan kepada Nabi Muhammad di era Globalisasi
Di era globalisasi ini, fenomena ketidakramahan (kelancangan) kepada sosok Nabi Muhammad dan risalah agama yang dibawa beliau sangat merebak di komunitas masyarakat Muslim. Hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap agama Islam, meskipun identitas diri adalah Muslim.
Di antara fenomena ketidakramahan kepada Nabi Muhammad adalah sebagai berikut:
1. Menolak Hadits Nabi Sebagai Sumber Hukum Islam.
Al-Qur’anul Karim adalah sumber hukum dalam syariat Islam yang harus kita rujuk. Sedangkan hadits adalah penjelas dan perinci hukum-hukum dalam Al-Qur’an yang masih bersifat global. Namun ternyata ada di kalangan umat sekarang ini yang mengingkari hadits sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an. Mereka hanya mencukupkan diri dengan petunjuk al Qur’an dan melempar jauh-jauh hadits Nabi ke belakang punggung, mereka memahami Al-Qur’an dengan pendapatnya sendiri. Fenomena ini sudah diingkari oleh para Shohabat. Contohnya adalah sebuah riwayat dari ‘Abdulloh bin Mas’ud , bahwa ia berkata:
“Alloh melaknat wanita yang ditato dan meminta ditato, mencukur bulu alisnya dan wanita yang minta dicukurkan alisnya, wanita yang minta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua merubah ciptaan Alloh”. ‘Abdulloh bin Mas’ud melan-jutkan, maka hal itu terdengar oleh wanita dari Bani Asad bernama Ummu Ya’qub. Setelah membaca al-Qur’an, ia mendatangi ‘Abdulloh bin Mas’ud dan berkata: “Aku mendengar engkau melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang meminta disambungkan rambutnya, wanita yang mencukur alisnya dan wanita yang meminta direnggangkan giginya yang semuanya itu merubah ciptaan Alloh ?” ‘Abdulloh bin Mas’ud menjawab, “Bagaimana aku tidak melaknat orang-orang yang dilaknat oleh Rosulullah dan semuanya itu telah diterangkan di dalam al-Qur’an”. Wanita itu berkata: “Aku telah membaca semua isi al-Qur’an tetapi tidak mendapatkannya”. Lalu ‘Abdulloh bin Mas’ud berkata. “Kalau engkau membacanya, pasti engkau akan mendapatkannya. Bukankah Alloh berfirman :
“Apa yang diperintahkan Rosul kepada kalian maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Wanita itupun berkata: “Sesungguhnya aku melihat hal itu pada istrimu”. ‘Abdulloh bin Mas’ud pun bertutur : “Temui dan lihatlah dia”. Selanjutnya ‘Abdulloh bin Mas’ud menceritakannya. “Maka wanita itu pun menemui istri ‘Abdullah bin Mas’ud tetapi ia tidak mendapatkan sesuatu apapun. Kemudian ia pergi menemui ‘Abdulloh dan berkata: “Aku tidak melihat sesuatu”. Maka ‘Abdulloh pun berkata: “Seandainya ada sesuatu padanya niscaya kami tidak akan menggaulinya”. (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Pada zaman sekarang ini, banyak kita jumpai orang-orang yang menghalalkan daging binatang buas dan mengenakan perhiasan emas serta memakai pakaian terbuat dari sutra bagi laki-laki tanpa alasan tertentu. Kelompok seperti ini menamakan diri mereka dengan “Qur’aniyyun” . mereka memahami al-Qur’an bukan dengan petunjuk Nabi , mereka hanya memahami al-Qur’an dengan hawa nafsu dan akal yang terbatas. Cara yang demikian akan menyimpangkan mereka dalam memahami al-Qur’an.
Permasalahan ini sudah diperingatkan oleh Rosu-lulloh sebelum wafatnya, yaitu dalam sebuah hadits;
(( لاَ أُلْفِيَنَّ أَحَدَكُمْ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِه،ِ يَأْتِيهِ اْلأَمْرُ مِنْ أَمْرِي مِمَّا أَمَرْتُ بِهِ أَوْ نَهَيْتُ عَنْه،ُ فَيَقُولُ لاَ نَدْرِي مَا وَجَدْنَا فِي كِتَابِ اللَّهِ اتَّبَعْنَاهُ ))
“Sekali-kali aku tidak ingin mendapatkan salah seorang dari kalian bertelekan di atas sofanya, lalu datang kepadanya sebuah perintah dari perintahku berupa perkara yang aku perintahkan atau aku larang, lalu dia mengatakan, ‘Kami tidak tahu; apa yang kami dapatkan dalam kitabulloh maka kami mengikutinya’.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
(( أَلاَ إِنِّي أُوتِيتُ الْكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ، أَلاَ يُوشِكُ رَجُلٌ شَبْعَانُ عَلَى أَرِيكَتِه،ِ يَقُولُ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْقُرْآنِ، فَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَلاَلٍ فَأَحِلُّوهُ وَمَا وَجَدْتُمْ فِيهِ مِنْ حَرَامٍ فَحَرِّمُوهُ ))
“Ketahuilah sesungguhnya telah diberikan kepadaku al-Kitab dan semisalnya bersamanya. Ketahuilah akan datang nanti seorang lelaki yang kekenyangan di atas tempat tidurnya berkata: diwajibkan atas kalian untuk berpegang dengan al-Qur’an ini, maka apapun yang kalian dapatkan tentang yang halal padanya maka halalkanlah, dan apa-apa yang kalian dapat tentang yang haram padanya, maka haram-kanlah.” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Perhatikan! Rosululloh memberikan perumpamaan kepada para pengingkar hadits dengan orang yang kekenyangan yang duduk di atas dipan, itu merupakan ciri-ciri orang yang hidup bermewah-mewahan, yang tidak mau menunutut ilmu dan bersungguh-sungguh. Oleh karena itu, tidak heran kalau mereka mengatakan kata-kata seperti itu. Mereka menyombongkan diri dan tidak mau menerima Sunnah sebagai dalil. Kalau saja mereka mau mencurahkan sedikit kemampuannya, mau menuntut ilmu dan memahami kitabulloh, maka pastinya mereka tidak mengatakan kata-kata bodoh seperti itu.
Kewajiban setiap orang Muslim adalah membenarkan dan menaati apa saja yang datang dari Rosululloh . Sebab, apa saja yang disabdakan oleh beliau merupakan wahyu, bukan dari hawa nafsunya. Alloh berfirman:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepa-danya).” (QS. An-Najm [53]: 3-4)
Siapa saja yang mengabaikan hadits Rosulullah maka ia akan tersesat dari jalan yang lurus.
2. Menolak hadits-hadits shohih.
Di antara bentuk ketidakramahan ialah menolak sebagian hadits-hadits shohih dengan alasan yang lemah, seperti menyelisihi akal, tidak sejalan dengan realitas, dan tidak mungkin bisa diamalkan, menolak hadits-hadits shohih karena dianggap sebagai hadits ahad.
Fenomena yang mencuat ke permukaan komunitas kaum Muslimin dewasa ini adalah penolakan hadits ahad dalam masalah aqidah, meskipun derajat hadits ahad tersebut shohih. Mereka berani mengingkari adzab kubur kubur dan berbagai permasalahan aqidah yang lain disebabkan sandarannya adalah hadits ahad. Mengingat pentingnya hal ini, maka alangkah baiknya kita ulas tentang hal ini.
Hadits-hadits nabawi dalam periwayatannya ber-macam-macam, ada hadits yang diriwayatkan oleh sepuluh atau seratus perawi atau lebih, dari para shohabat sampai perawi hadits yang terakhir. Hadits ini dinamakan hadits mutawattir.
Dan ada hadits yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang Shohabat, atau lebih akan tetapi tidak sampai ke derajat hadits mutawattir, inilah yang dina-makan hadits ahad.
Jumhur para ulama’ dan salafush sholih berpendapat bahwa hadits ahad merupakan hujjah (dalil) dalam penetapan hukum dan aqidah. Orang yang mendengar hadits tersebut wajib mengamalkan hukumnya atau meyakini khabarnya jika telah terpenuhi syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang telah disepakati oleh para ulama’ hadits yaitu; bersambungnya sanad, keadilan para perawi, keteguhan hapalan perawi, tidak ada perselisihan dari hadits lainnya yang lebih kuat, tidak adanya ‘Illah (penyakit), dan hadits tersebut tidak dimansukh hukumnya.
Mereka berdalil dengan al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’;
Dalil dari al-Qur’an
Ayat-ayat al-Qur’an menjelaskan baik secara langsung atau tidak langsung agar kita mengambil apa yang disampaikan oleh Rosululloh baik periwa-yatannya mutawattir atau ahad. Dahulu, para Shohabat tidak membeda-bedakan antara hadits ahad atau mutawattir, bahkan mereka menerima semua yang disampaikan salah satu Shohabat dari Rosululloh . Adapun para tabi’in , mereka hanya meneliti perawi, mereka tidak menerima kecuali perawi adil, dhobith (kuat hapalan). Perkataan mereka:
(( إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ ))
“Sesungguhnya ilmu ini termasuk agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian!” (HR. Muslim)
Salafush sholih dan para pengikut mereka selalu mengambil hadits yang shohih dari Rosululloh tanpa membedakan ahad atau mutawattir, mereka mengamalkan firman Alloh :
“Apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh amat keras hukuman-nya.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Ayat di atas tidak mengkhususkan bahwa hanya hadits-hadits mutawattir saja yang harus diambil dan diamalkan saja.
Ini menunjukkan bahwa semua hadits dari Rosululloh harus diterima dan ditaati.
Dalil dari Sunnah
Rosululloh mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman dan bersabda:
(( إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ ))
“Sesungguhnya engkau akan menemui kaum ahli kitab (Yahudi dan Nashroni), maka jadikanlah pertama yang engkau seru kepada mereka adalah beribadah kepada Alloh.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Sisi dalilnya adalah Nabi memerintahkan Muadz seorang diri untuk mengajarkan penduduk Yaman tentang syari’at Islam, baik yang bersifat aqidah seperti syahadatain dan ibadah seperti sholat dan zakat. Ini menunjukkan bahwa hadits ahad harus diterima dan diamalkan selama perawinya terpenuhi syaratnya.
Dalil dari Ijma’
Kaum Muslimin dari para Shohabat, tabi’in, dan tabiut tabi’in bersepakat atas kebenaran dalil yang berlandaskan hadits Ahad yang shohih.
3. Berlebih-lebihan kepada Nabi .
Di antara ketidakramahan –yang menyakiti Nabi dan menyelisihi petunjuk serta dakwahnya, bahkan menyelisihi prinsip tauhid– adalah berlebih-lebihan kepada Nabi dan mengangkatnya melebihi kedudukan Nabi serta meyakini bahwa beliau mengetahui ilmu ghoib, atau memohon kepada beliau atau bersumpah kepada nama beliau . Nabi pernah mengkhawatirkan terjadinya hal ini. Beliau bersabda, saat sakit menjelang kematiannya:
(( لاَ تُطْرُونِى كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ))
“Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana kaum Nashroni memuji secara berlebihan terhadap putra Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah oleh kalian, ‘engkau hamba Alloh dan utusan-Nya’.” (HR. al-Bukhori)
4. Tidak bersholawat kepada beliau
Termasuk ketidakramahan juga ialah tidak bersholawat kepada beliau , baik ucapan maupun tulisan, ketika nama beliau disebut. Ini kadangkala terjadi disebagian forum kita. Anda tidak mendengar orang yang bersholawat kepada beliau, apalagi mendengarkan orang yang mengingatkan supaya bersholawat kepada beliau. Ini hampir sama, baik dalam komunitas maupun individu.
Dengan ketidakpedulian inilah manusia terjerumus dalam berbagai perkara yang berbahaya baginya, baik di dunia maupun di akhiratnya, antara lain:
a. Do’a Nabi .
))رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ ((
“Sungguh hina (merugi) seseorang yang namaku disebut disisinya tetapi ia tidak bersholawat kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)
b. Menyandang sifat bakhil.
Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Nabi ketika beliau bersabda,
))الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ثُمَّ لَمْ يُصِلِّ عَلَىَّ ((
“Orang yang bakhil adalah orang yang namaku disebut di sisinya, tidak bersholawat kepadaku.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad)
c. Kehilangan rahmat yang berlipat ganda dari Alloh untuknya, ketika ia tidak bersholawat kepada Nabi dan keluarganya; sebab beliau bersabda:
))مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ((
“Barangsiapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Alloh memberi rahmat kepadanya sepuluh kali dengannya.” (HR. Muslim)
d. Menjauhi Ahlus Sunnah atau menggunjing dan menertawakan mereka.
Termasuk ketidakpedulian ialah ketidakramahan hati dan perbuatan terhadap orang-orang yang ber-khidmat kepada Sunnah. Hal ini tergambar pada sikap menjauhi Ahlus Sunnah, menggunjingkan, mencela, menertawakan, dan tidak menghargai kedudukan mereka, serta mengkritik dan mencela mereka karena berkomitmen dengan sunnah baik lahir maupun batin.
Musuh-musuh Islam menaburkan berbagai virus kebencian kepada orang yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi di berbagai media. Hingga mereka menuduh teroris kepada orang yang memakai hijab syar’i bagi Muslimah atau orang yang memelihara jenggot bagi kaum Muslimin. Anehnya sebagian kaum Muslimin terpengaruh dengan tipu daya dan makar mereka.
Demikianlah sekelumit uraian tentang mengagung-kan Nabi Muhammad . Semoga dengan memahani dan merenungi tulisan di atas kita dapat mengoreksi diri, sejauh manakah tingkat pengagungan kita kepada Nabi Muhammad .
BACA JUGA : CINTA DAN PENGAGUNGAN PARA SAHABAT KEPADA NABI MUHAMMAD
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.