Kewajiban Mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah - Artikel


Mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah merupakan sumber hidayah, kunci keselamatan, dan penjaga dari kesesatan. Hampir tidak terhitung banyaknya dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang mewajibkan para mukallaf  (setiap orang yang berakal sehat dan dewasa) untuk mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah.

Alloh   berfirman:

“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. al-A’raf [7]: 3)
Yang dimaksud dalam ayat tersebut dengan :

“Apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian” adalah al-Qur’an dan juga as-Sunnah yang menjelaskan isi kandungan al-Qur’an.Alloh   berfirman:

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kalian (tunduk) kepada hukum yang Alloh telah turunkan dan kepada hukum Rosul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.”  (QS. an-Nisa’ [4]: 61)

Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang ketika diseru untuk mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah ia merasa enggan dan menghalang-halangi manusia dari mengikuti keduanya, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang munafik. Karena, yang menjadi ‘ibroh (pelajaran) dalam ayat tersebut adalah keumuman lafazhnya, bukan sebab turunnya yang khusus.
Alloh   juga berfirman:

“Maka jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari akhir.” (QS. an-Nisa’ [4]: 59)

Mengembalikan kepada Alloh   dan Rosul-Nya   adalah mengembalikannya kepada al-Qur’an dan as-Sunnah setelah beliau wafat.

Alloh   juga mengaitkan sikap mengembalikan permasalahan kepada Alloh   dan Rosul-Nya   ketika terjadi perselisihan, dengan keimanan, sebagaimana firman-Nya, “Jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari akhir.”. Dengan demikian dapat dipahami, apabila seseorang mengembalikan perselisihan kepada selain Alloh   dan Rosul-Nya  , berarti orang tersebut belum beriman kepada Alloh   dan hari akhir.
Alloh   juga berfirman:

“Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah ditu-runkan kepada kalian dari Robb kalian sebelum datang kepada kalian adzab dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyadarinya.” (QS. az-Zumar [39]: 55)

Tidak diragukan lagi bahwa al-Qur’an adalah sebaik-baik apa yang telah diturunkan Alloh   kepada kita, sedangkan as-Sunnah menjelaskan isi kandungan al-Qur’an tersebut. Alloh   mengancam siapa saja yang enggan mengikuti sebaik-baik apa yang telah diturunkan Alloh   kepada kita dengan firman-Nya, “...sebelum datang kepada kalian adzab dengan tiba-tiba, sedang kalian tidak menyadarinya.” (QS. az-Zumar [39]: 18)
Alloh   juga berfirman:

“Apa saja yang diberikan Rosul kepada kalian, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya dari kalian maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh amat keras hukuman-nya.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)Firman Alloh  , “Sesungguhnya Alloh amat keras hukumannya,” mengandung ancaman keras terhadap orang-orang yang tidak mengamalkan Sunnah Rosu-lulloh  . Apalagi jika ia menganggap bahwa pendapat seseorang lebih baik daripada Sunnah beliau.
Alloh   juga berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (keda-tangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Alloh.” (QS. al-Ahzab [33]: 21)Uswah artinya teladan yang diikuti. Oleh karena itu, seorang Muslim wajib menjadikan Rosululloh   sebagai teladannya, yaitu dengan mengikuti Sunnah beliau.
Alloh   berfirman:

“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisih-kan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 65)

Dalam ayat ini, Alloh   bersumpah bahwa mereka tidak beriman sehingga mereka menjadikan Nabi    sebagai hakim dalam segala urusan yang mereka perse-lisihkan. 

Siapa saja yang tidak mau tunduk kepada hukum Rosululloh   berarti ia telah mengikuti hawa nafsunya dan ia pasti tersesat. 
Alloh   berfirman:

“Jika mereka tidak memenuhi seruanmu (wahai Muhammad), maka ketahuilah bahwa sesungguh-nya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh se-dikitpun? Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzolim.” (QS. al-Qoshosh [28]: 50)
Memenuhi seruan Rosululloh  , setelah wafatnya, adalah dengan kembali kepada Sunnahnya, yang merupakan penjelasan terhadap isi kandungan al-Qur’an.

Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Nabi   tidak mengikuti sesuatupun kecuali wahyu yang diturunkan kepadanya. 
Alloh   berfirman:

“Katakanlah: ‘Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesung-guhnya aku takut jika mendurhakai Robbku kepada siksa hari yang besar (kiamat).”“ (QS. Yunus [10]: 15)

“Katakanlah: aku tidak mengatakan kepada kalian, bahwa perbendaharaan Alloh ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghoib dan tidak (pula) aku mengatakan kepada kalian bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.”  (QS. al-An’am [6]: 50)Alloh   berfirman tentang Nabi-Nya  :

“Katakanlah (hai Muhammad): “Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kalian dengan wahyu.”  (QS. al-Anbiya’ [21]: 45)

Pada ayat tersebut, Alloh   memberi batasan dalam memberi peringatan hanya sebatas wahyu yang diturun-kan, tidak boleh lebih dari itu.
Alloh   berfirman:

“Katakanlah: “Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudhorotan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Robbku kepa-daku. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (QS. Saba’ [34]: 50)

Ayat ini menjelaskan bahwa mencari petunjuk itu hanyalah dengan mengikuti wahyu. Ayat-ayat yang semakna dengan ini cukup banyak sekali dalam al-Qur’an al-Karim.

Apabila kita telah mengetahui bahwa jalan yang ditempuh Rosululloh   adalah mengikuti wahyu, maka ketahuilah bahwa al-Qur’an menegaskan, barangsiapa menaati beliau, maka berarti ia telah menaati Alloh  . Sebagaimana firman-Nya:

“Barangsiapa yang menaati Rosul sesungguhnya ia telah menaati Alloh.” (QS. an-Nisa’ [4]: 80)
“Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh, maka ikutilah aku (Rosul), niscaya Alloh akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali-Imron [3]: 31)
Alloh   tidak memberi jaminan kepada seorang pun supaya tidak tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, kecuali bagi orang yang mengikuti wahyu semata.
Alloh   berfirman:

“Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thoha [20]: 123)

Ayat dalam surat Thoha ini menunjukkan bahwa seseorang tidak akan tersesat dan celaka apabila meng-ikuti wahyu. Sementara ayat dalam surat al-Baqoroh menyebutkan bahwa seorang yang mengikuti wahyu tidak akan pernah takut dan sedih, yaitu dalam firman-Nya:


“Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. al-Baqoroh [2]: 38)
Tidak diragukan lagi bahwa peniadaan kesesatan, kesengsaraan, ketakutan, dan kesedihan dari orang yang mengikuti wahyu, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an, tidak berlaku bagi orang yang bertaklid kepada seorang ulama yang tidak ma’shum (terjaga dari kesa-lahan), yang tidak ia ketahui apakah orang yang diikuti-nya tersebut benar atau salah. Sementara, dalam waktu yang sama, ia berpaling dari Kitabulloh dan Sunnah Rosul-Nya  .

Apalagi jika ia menganggap bahwa pendapat-pendapat seorang ulama yang diikutinya itu sudah memadai se-hingga tidak butuh lagi keterangan dari al-Qur’an dan Sunnah Rosul-Nya.

Ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan kewajiban mengikuti wahyu dan mengamalkannya, hampir tak terhitung jumlahnya. Demikian juga hadits-hadits Nabi   yang menunjukkan kewajiban mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh  , hampir tak ter-hitung jumlahnya. Sebab, menaati Rosul   berarti menaati Alloh  .

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.