Tips Menggapai Ikhlas
Tidak diragukan lagi bahwa untuk mewujudkan keikhlashan membutuhkan usaha keras sehingga seseorang dapat memperolehnya dengan sempurna.
Sahl bin ‘Abdullah at-Tusturi ditanya, “Hal apa yang paling berat bagi jiwa?” Ia menjawab, “Keikhlashan.”
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Tidak ada sesuatu yang paling berat bagiku selain memperbaiki niatku, sesungguhnya niat tersebut selalu berbolak-balik di dalam hatiku.”
Di samping itu, para ulama telah menyebutkan berbagai tips guna meraih ikhlash dan menghilangkan noda-noda syirik dalam peribadatan, di antaranya sebagai berikut:
1. Mengetahui macam-macam riyā’, faktor-faktor pendorong dan penyebabnya, kemudian berusaha memutus dan mencabut akar-akarnya.
Tips terbaik memperoleh kesempurnaan dan kemurnian ikhlash dalam peribadatan adalah mendeteksi virus dan noda penghancur peribadatan. Juga dengan menelurusi sebab utama rusaknya peribadatan tersebut, lalu mencari solusi terbaik guna meraih keikhlashan.
2. Mengetahui keagungan Alloh , yaitu dengan cara mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta perbuatan-Nya dengan pengenalan yang benar.
Ketahuilah! Sesungguhnya faktor terbesar yang mendorong manusia tak mampu mewujudkan keikhlashan dalam hati mereka adalah karena mengagungkan manusia dan kurangnya pengagungan jiwa terhadap Alloh . Terapi paling mujarab mengobati penyakit kronis ini adalah mengetahui secara sempurna hakikat tauhid.
BACA JUGA : Pengaruh Ikhlash Terhadap Pahala Amal
Tanamkanlah pada jiwa, bahwa Alloh-lah satu-satunya yang mampu memberikan manfaat dan kemudharatan. Alloh-lah yang mampu memberikan balasan pahala atau adzab di akhirat, yang manusia tak kuasa mencegahnya.
Tanamkanlah pada jiwa, bahwa Alloh-lah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Melihat. Alloh melihat, mendengar, dan mengetahui apa yang kita perbuat. Bahkan, Alloh mengetahui niat yang terbersit di dalam hati kita.
3. Mengetahui sesuatu yang telah disiapkan Alloh di akhirat bagi hamba-hamba-Nya yang ikhlash yaitu kenikmatan surga.
Jangan berharap untuk merasakan kelezatan dan kenikmatan memperoleh kekaguman, pujian, dan sanjungan manusia daripada kenikmatan surga dan apa yang ada di dalamnya.
Orang yang seperti itu tak tahu bahwa di surga terdapat sungai madu, susu, khamar, bidadari yang cantik jelita, berbagai macam buah-buahan, penghuninya berbaju sutra, aroma penduduknya minyak kesturi, dan berbagai kenikmatan lain yang tak bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terbetik dalam lubuk jiwa manusia.
Jika seseorang telah mengetahui hal ini, niscaya ia akan lari dan menghindarkan diri dari riyā’ menuju ikhlash.
4. Takut kepada riyā’, sebab ia merusak dan menghapus amal, karena orang yang takut kepada suatu perkara, ia akan selalu waspada terhadapnya, hingga selamat darinya.
Di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 266 Alloh memberikan perumpamaan bagi pemilik amal shalih yang riyā’ dengan pemilik kebun yang ia tanam semenjak usia muda dengan berbagai macam pohon. Lalu saat tiba waktu panen ia ingin sekali memanen dan memetik buah-buahannya. Namun, tiba-tiba kebun miliknya terbakar oleh api. Sehingga ia tak dapat memperoleh apa-apa sebagaimana orang yang riyā’ di akhirat tak memperoleh pahala sedikitpun dari Alloh .
5. Mengetahui adzab Alloh bagi mereka yang tidak ikhlash (riyā’) dalam menunaikan peribadatan.
Dalam hadits riwayat Muslim, disebutkan bahwa orang yang pertama kali merasakan jilatan api neraka adalah orang yang berperang, pembaca al-Qur’an, orang yang bersedekah dengan hartanya. Mereka melakukan amal tersebut karena ingin dikatakan sebagai pemberani, pembaca al-Qur’an dan orang yang dermawan. Amal mereka tidak ikhlash karena Alloh .
6. Selalu mengingat kematian.
Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Tak ada seorang pun mengetahui kapan dan dimana ajal akan menjemputnya. Kematian tak dapat diajukan dan diundur barang sesaat. Bila seorang memahami dan merenungkan hal ini, pasti ia mampu memutus sarana yang menodai keikhlashan dalam menunaikan berbagai aktifitas peribadatan. Renungkanlah al-Qur’an Surat Ali ‘Imran: 185, Luqman: 34, dan al-Mu’minun: 99-100.
7. Takut akan sū’ul khātimah (akhir hayat yang buruk).
Dengan rasa takut ini seorang hamba akan berusaha mengikhlashkan semua amal dan perkataannya. Ia senantiasa mengintrospeksi sebelum, ketika dan seusai beramal. Sebab ia sangat khawatir bila akhir hayatnya ditutup dengan amal keburukan.
8. Berdoa dan mohon kepada Alloh agar menganugerahi keikhlashan kepadanya.
Berdoa adalah media paling efektif meraih ikhlash dan menghancurkan noda-noda ikhlash. Janganlah kita bosan memohan dan meminta keikhlashan kepada Dzat yang mendengar dan mengabulkan doa, terutama pada saat-saat terkabulnya doa.
Sungguh Rosululloh telah mengajarkan kepada umatnya sebuah doa untuk menggapai keikhlashan dan melenyapkan kesyirikan. Doa itu adalah sebagai berikut:
(( اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ ))
“Ya Alloh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik kepada-Mu sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang aku tidak mengetahuinya.” (HR. Abu Ya’la)
9. Mengetahui manfaat ikhlash, faidah-faidahnya dan kebaikan yang ditimbulkannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.