#ISLAM
ABU
ABU BAKAR ASH SHIDDIQ
SAHABAT NABI
SEJARAH
SEJARAH ABU BAKAR ASH SHIDDIQ SEBAGAI KHALIFAH DI MUKA BUMI
Tentang kekhalifahan Abu Bakar sendiri, sebenar-nya telah diisyaratkan oleh Rosululloh . Terdapat isyarat bahwa beliaulah yang layak menjadi khalifah bagi kaum Muslimin sepeninggal Rosululloh . Isyarat tersebut bisa terlihat dari dua sisi.
Pertama, Rosululloh pernah berniat untuk menulis-kan pesan untuk Abu Bakar saat beliau sakit. Dari ‘Aisyah ia berkata bahwa: Rosululloh mengatakan kepada saya saat beliau sakit:
(( ادْعِى لِى أَبَا بَكْرٍ وَأَخَاكِ حَتَّى أَكْتُبَ كِتَابًا، فَإِنِّى أَخَافُ أَنْ يَتَمَنَّى مُتَمَنٍّ وَيَقُولَ قَائِلٌ أَنَا أَوْلَى. وَيَأْبَى اللَّهُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ ))
“Panggillah Abu Bakar dan saudara laki-lakimu agar aku menulis sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang-orang yang menaruh harapan (men-jadi pemimpin bagi kaum Mukminin) dan menga-takan, ‘Aku lebih berhak.’. Sesungguhnya Alloh dan kaum mukminin enggan menerima kecuali Abu Bakar.” (HR. Muslim)
Kedua, diperintahkannya Abu Bakar untuk menjadi imam dalam shalat saat Rosululloh sakit, mengindikasikan isyarat kepemimpinannya.
Dari Abu Musa ia berkata:
مَرِضَ النَّبِيُّ فَاشْتَدَّ مَرَضُهُ فَقَالَ: ((مُرُوْا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ)). قَالَتْ عَائِشَةُ: إِنَّهُ رَجُلٌ رَقِيْقٌ إِذَا قَامَ مَقَامَكَ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ. قَالَ: ((مُرُوْا أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ)). فَعَادَتْ. فَقَالَ: ((مُرِيْ أَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلِّ بِالنَّاسِ فَإِنَّكُنَّ صَوَاحِبَ يُوْسُفَ)). فَأَتَاهُ الرَّسُوْلُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فِيْ حَيَاةِ النَِّبيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ))
“Ketika Nabi sakit dan kondisi beliau semakin parah, beliau berkata: “Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.”. ‘Aisyah berkata, ‘Sesungguhnya ia adalah se-orang laki-laki yang berhati lembut; jika ia berdiri meng-gantikan posisimu, ia tidak akan mampu menjadi imam shalat.’. Beliau mengulangi perkataannya: “Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.”. ‘Aisyah pun meng-ulangi ucapannya yang pertama. Lalu Rosululloh berkata: “Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat, sesung-guhnya kalian seperti saudari-saudari Yusuf.”. Rosululloh akhirnya mendatangi Abu Bakar dan ia menjadi imam dalam shalat di saat Nabi masih hidup. (HR. al-Bukhari)
Imam al-Khaththabi mengomentari hadits riwayat Abu Dawud yang senada dengan riwayat di atas, ‘Dalam riwayat-riwayat ini, ada isyarat akan kekhalifahan Abu Bakar . Hal itu ditunjukkan dengan pernyataan Rosu-lulloh ,, “Alloh dan kaum mukminin menolak itu.”. Yang dapat dipahami bahwa Rosululloh tidak bermaksud untuk menolak bolehnya kaum muslimin untuk shalat di belakang ‘Umar , karena shalat di belakang ‘Umar dan selainnya dari kaum Muslimin hukumnya boleh. Akan tetapi yang beliau maksudkan adalah kepemimpinan yang merupakan kekhilafahan dan pengganti Rosululloh dalam memimpin urusan umat setelah beliau.”. Dan ini merupa-kan bukti tentang keabsahan kekhalifahan Abu Bakar .
Sepeninggal Rosullulloh kaum Anshar merasa sangat membutuhkan seorang khalifah yang akan mengatur ber-bagai urusan mereka di Madinah. Sebab jika tidak, maka Madinah akan berada dalam ancaman orang-orang ka-fir yang mengintai setiap saat dan siap untuk menyerang mereka.
Kaum Anshar mengira bahwa setelah meninggalnya Rosullulloh , kaum Muhajirin akan kembali ke Makkah. Maka, mereka segera berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk melakukan musyawarah di antara mereka guna mem-bicarakan siapa yang akan menjadi pemimpin. Dalam mu-syawarah tersebut, mereka sepakat untuk memilih Sa’ad bin ‘Ubadah sebagai khalifah sekaligus berniat untuk membai’atnya.
Hal tersebut diketahui oleh kaum Muhajirin; maka Abu Bakar, ‘Umar dan Abu ‘Ubaidah datang menemui mere-ka guna mengklarifikasi masalah tersebut. Setibanya di tem-pat itu, Abu Bakar berpidato untuk menyampaikan pendirian kaum Muhajirin dengan lemah lembut dan ar-gumen kuat yang bijak. Inti pidatonya adalah menyampai-kan keutamaan kaum Muhajirin, sebagai orang-orang yang mula-mula beriman kepada Alloh dan membenarkan Rosul-Nya , membela beliau dan mengalami penderita-an dalam memperjuangkan Islam bersamanya. Karena itu mereka lebih berhak memimpin umat ini sesudah beliau wafat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kaum Anshar juga memiliki kemuliaan dalam Islam, karena tidak ada yang dapat menandingi keutamaan mereka dalam membantu dan menolong kaum Muhajirin yang berhijrah untuk mem-pertahankan Islam. Semoga Alloh meridhai kaum Anshar karena mereka telah membela agama dan Rosul-Nya serta sahabat-sahabatnya. Demikian inti khutbah Abu Bakar.
Akan tetapi kaum Anshar kemudian mengusulkan pen-dapat untuk mengangkat dua pemimpin. Bagi Anshar ada seorang pemimpin dan bagi Muhajirin ada pula seorang pemimpin. Namun dengan tegas Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya orang-orang Arab tidak mengakui kekuasaan ini kecuali untuk orang-orang Quraisy.”.
BACA JUGA : KEUTAMAAN ABU BAKAR ASH SHIDDIQ
Setelah kaum Anshar mengetahui bahwa kaum Muha-jirin akan tetap tinggal di Madinah dan tidak akan mening-galkannya, maka akhirnya mereka menerima dengan la-pang dada bahwa kaum Muhajirin lebih berhak untuk me-megang kepemimpinan, dan akhirnya mereka semua se-pakat.
Melihat seluruh yang hadir di sana telah sepakat akan kepemimpinan kaum Muhajirin, Abu Bakar dengan sigap berdiri dan mencalonkan dua sahabatnya yaitu ‘Umar bin al-Khathab dan Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah .
Melihat sikap Abu Bakar yang mengajukan dirinya, ‘Umar pun berkata: “Tidak, akan tetapi kamilah yang akan membai’atmu, engkau adalah sayyid (pemimpin) kami, sebaik-baik orang di antara kami, dan engkau lebih dicintai oleh Rosululloh . Lalu ‘Umar menyebutkan keutama-an-keutamaan Abu Bakar yang lainnya.
Dari ‘Abdulloh bin Mas’ud berkata:
( لَمَّا قُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَتْ اْلأَنْصَارُ مِنَّا أَمِيرٌ وَمِنْكُمْ أَمِيرٌ، فَأَتَاهُمْ عُمَرُ فَقَالَ أَلَسْتُمْ تَعْلَمُونَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَمَرَ أَبَا بَكْرٍ أَنْ يُصَلِّيَ بِالنَّاسِ فَأَيُّكُمْ تَطِيبُ نَفْسُهُ أَنْ يَتَقَدَّمَ أَبَا بَكْرٍ؟ قَالُوا نَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ نَتَقَدَّمَ أَبَا بَكْرٍ )
‘Ketika Rosululloh wafat, orang-orang Anshar ber-kata, “Kami akan menjadikan seorang pemimpin buat kami dan kalian menjadikan seorang pemimpin buat kalian.” Lalu ‘Umar mendatangi mereka seraya berkata: “Bukankah kalian mengetahui bahwa Rosululloh telah menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat ketika beliau sakit? Maka siapakah di antara kalian yang berani men-dahului Abu Bakar?” Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Alloh dari mendahului Abu Bakar.” (HR. an-Nasa’i, dengan sanad hasan)
Akhirnya Abu Bakar dibai’at secara khusus dan resmi di Saqifah pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah.
Pada hari berikutnya, Abu Bakar keluar menuju masjid dan orang-orang yang ada di masjid waktu itu lang-sung membai’atnya. Dan setelah bai’at umum ini, Abu Bakar memberikan khutbahnya yang terkenal dan ter-catat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah:
“Segala puji hanyalah milik Alloh . Wahai kaum Mus-limin semuanya, kalian telah memilihku sebagai khalifah padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, jika aku berlaku adil, maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat aniaya, maka nasehati dan luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan dusta merupakan penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat menurut pandanganku hingga aku berikan hak-haknya. Dan orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang lemah dalam pandanganku hingga ia tunaikan kewajibannya. Janganlah kalian berhenti berjihad, tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad kecuali mereka akan menerima kehinaan dari Alloh . Taatilah aku selama aku berada dalam ketaatan terhadap (perintah) Alloh dan Rosul-Nya . Sebaliknya, jika aku bermaksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya , maka tidak ada ketaatan atas kalian kepadaku.”
Sosok Pribadi Yang Sangat Istimewa
Abu Bakar adalah sosok pribadi yang sangat istimewa yang ditarbiyah oleh madrasah kenabian. Dalam dirinya terhimpun keimanan yang kokoh, keteguhan hati bagaikan karang di tengah lautan, kedalaman ilmu, kelembutan hati, tawadhu’ (kerendahan hati) yang luar biasa, pembelaan ter-hadap Rosululloh dengan segenap jiwa dan hartanya, kepedulian terhadap nasib orang-orang yang lemah dan budak belian, kedermawanan yang tinggi, kebijaksanaan, keberanian dan sekian banyak lagi akhlak-akhlak terpuji yang tak mungkin dapat diungkapkan dengan kata-kata. Karena kepribadiannya yang istimewa itulah maka kaum Muslimin tidak berselisih pendapat untuk mengangkatnya sebagai khalifah sepeninggal Rosululloh .
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.