Sabar Terhadap Ketaatan Kepada Alloh


Jalan menuju ridha Alloh   selalu dipenuhi dengan rintangan, sedangkan tabiat jiwa itu selalu lari dari ikatan ketaatan, sedangkan ‘ubūdiyyah (peribadatan) kepada Alloh   adalah pengikat bagi pengendali nafsu syahwatnya. Oleh sebab itu, jiwa manusia tidak akan bisa lurus di atas perintah Alloh   dengan mudah dan gampang, karena itu ia butuh latihan dan pengekangan kendali, dan hal ini sangat membutuhkan kesabaran. 

Alloh   berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153)

“Robb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam [19]: 65)

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha [20]: 132)

Sabar terhadap ketaatan kepada Alloh   terdiri dari tiga cabang, yaitu:
Pertama: Sabar sebelum melakukan ketaatan, yaitu dengan membenarkan niat dan ikhlash serta menjauhkan diri dari noda-noda riyā’ (ingin dilihat oleh orang lain) dan sum’ah (ingin dibicarakan orang).

Alloh   berfirman:
“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal shaleh; mereka itu memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Hud [11]: 11)

Dalam ayat ini Alloh   mendahulukan sabar dari amal shaleh, berarti harus ada kesabaran sebelum melakukan ketaatan.

Kedua: Sabar ketika menjalankan ketaatan, yaitu dengan tidak lalai darinya di tengah-tengah menjalankannya dan tidak malas. Sehingga ia menjalankan ketaatan itu dengan cara yang sesempurna mungkin dan tetap sesuai dengan apa yang disyariatkan, tentunya dengan tetap mengikuti apa yang telah dijelaskan oleh Rosululloh   (sesuai Sunnah).

Alloh   berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal. Yaitu yang bersabar dan bertawakkal kepada Robb mereka.” (QS. al-‘Ankabut [29]: 58-59)

Ketiga: Sabar setelah beramal, yaitu tidak melihat jiwanya dengan pandangan ‘ujub (bangga diri) yang menjadikannya bangga dengan apa yang telah diperbuatnya karena riyā’ dan sum’ah, yang demikian itu tidak dilakukannya agar amalnya tidak sia-sia dan pahalanya tak terhapus begitu saja.

BACA JUGA : PENGERTIAN SABAR DAN KEUTAMAANYA

Di samping itu, sabar terhadap dakwah adalah bentuk ketaatan yang paling agung, karena dakwah merupakan jalan panjang yang terjal dan diliputi oleh kesusahan dan penderitaan. Yang demikian itu dikarenakan para da’i meminta orang lain agar melepaskan hawa nafsu mereka, memutus angan-angan buruk mereka, memerangi syahwat mereka, dan berdiri tegak di depan hudūd (hukum-hukum) Alloh  , baik yang berupa perintah ataupun larangan.

Namun kebanyakan orang tidak mau mengikuti seruan para da’i, mereka bahkan memusuhinya dan memerangi dakwahnya dengan senjata apa saja yang mereka miliki.

Di depan kekuatan yang sombong dan kekuasaan yang sewenang-wenang ini, seorang da’i tidak akan mendapatkan tempat pelarian selain berpegang teguh kepada keyakinan dan kesabaran. Karena sabar adalah pedang yang tak pernah tumpul, kuda tunggangan yang tak pernah terperosok, dan cahaya yang tak pernah redup.

Dan ketika itu hendaklah ahlul iman saling menyeru untuk nasehat-menasehati dengan kebenaran, dan nasehat-menasehati dengan kesabaran agar selamat dari kerugian yang jelas akan menimpa orang-orang yang lari dari petunjuk.
Oleh karena itu, Alloh   Yang Maha Benar menurunkan surat al-‘Ashr sebagai hujjah agar umat manusia tidak merugi dalam hidupnya. 

Alloh   berfirman:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran serta nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr [103]: 1-3)

Dan di antara hamba yang mampu mengejawantahkan kebaikan surat ini adalah Lukman al-Hakim   seorang hamba yang shaleh, perhatikanlah ketika ia menasehati anaknya:

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Alloh.” (QS. Luqman [31]: 17)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.