Tak seorang pun yang selamat dari penderitaan jiwa dan rasa sakit, kehilangan orang-orang yang dicintai dan kerugian harta duniawi. Yang demikian ini tidak akan lepas dari orang-orang yang baik maupun yang buruk, orang Mukmin maupun orang kafir. Tetapi orang-orang Mukmin menerima musibah ini dengan ridha dan ketenangan yang memenuhi relung hatinya. Mereka telah menyerahkan kendali hatinya kepada Dzat yang membolak-balikkan hati dan pandangan mata; karena ia mengetahui dengan keyakinan yang penuh bahwa semua yang terjadi adalah takdir Ilahi yang berjalan sesuai dengan qudrah dan irodahnya yang Maha Sempurna. Dan ia pun yakin bahwa ujian yang datang dari Alloh tidak bersumber dari kezhaliman-Nya, akan tetapi bersumber dari hikmah dan kasih sayang-Nya.
Alloh berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 155)
Cobaan yang dimaksud dalam ayat ini adalah cobaan umum, bisa menimpa hati berupa ketakutan, menimpa badan berupa kelaparan, menimpa harta berupa kekurangan, menimpa jiwa berupa kematian, dan menimpa buah-buahan berupa kerusakan atau buruknya hasil panen.
Ayat ini menunjukkan kelembutan dan kasih sayang Alloh kepada hamba-hamba-Nya karena Dia berfirman: “Dengan sedikit ketakutan...”, yang demikian ini karena Dia tetap memperhatikan manusia yang sangat lemah, yang tentunya hanya mampu memikul cobaan yang sedikit pula. Yang demikian itu untuk meringankan mereka.
Sebagai contoh teladan dalam hal ini adalah kesabaran para Nabi Alloh berikut ini. Nabiyulloh Ayyub yang telah bersabar terhadap penyakit yang menimpanya, dan terhadap kematian keluarganya.
Nabi Ya’qub telah bersabar ketika harus berpisah dengan anaknya (Yusuf ), dan terhadap tipu daya anak-anaknya sendiri yang iri terhadap Yusuf ; Sedangkan Yusuf sendiri telah bersabar terhadap penjara yang telah mengurungnya, sabar terhadap kebohongan yang dituduhkan kepadanya, terhadap tipu daya dan fitnah yang dilakukan oleh istri al-‘Aziz sebelum terang baginya al-haqq (kebenaran).
Nabi Ibrohim yang telah bersabar melaksanakan perintah Alloh untuk menyembelih putra tercintanya Ismail , yang juga disambut dengan kesabaran besar dari sang putra untuk siap menerima perintah Alloh walaupun dirinya menjadi korban sembelihan.
Dan Nabi Muhammad bersabar atas pecahnya gigi tengahnya, dan atas terbelahnya tulang pipinya (tulang pipi bagian atas yang kelihatan menonjol), dan bersabar atas kotoran yang diletakkan di atas punggungnya (oleh orang-orang yang memusuhi dakwahnya). Demikianlah contoh suri teladan dalam kesabaran.
BACA JUGA : Sabar dari Maksiat dan Hal-Hal yang Diharamkan
Dan seluruh Nabi Alloh pada hakekatnya mereka semua telah bersabar dalam mengemban misi penyebaran tauhid di tengah-tengah masyarakat yang musyrik. Tanpa kesabaran tidak mungkin misi besar ini terlaksana, sebab banyak sekali tantangan yang akan dihadapi oleh mereka di tengah-tengah kaumnya yang notabene memusuhi mereka. Bahkan tidak jarang rencana pembunuhan para Nabi dirancang oleh kaum musyrikin dengan sangat keji dan sistematis.
Inilah kesabaran para Nabi yang sangat kokoh, yang kekokohannya melebihi kekuatan batu karang yang dihempas ombak lautan. Bahkan kesabaran mereka bukanlah kesabaran biasa, akan tetapi kesabaran mereka adalah kesabaran luar biasa, kesabaran besar yang sesuai dengan ujian besar yang menimpa mereka. Karena ujian mereka adalah ujian yang besar sesuai dengan keimanan mereka yang besar pula. Dari Sa’d bin Abi Waqqash , ia berkata: “Aku bertanya kepada Rosululloh siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Nabi menjawab:
(( الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ ))
“(Yang paling berat ujiannya adalah) para Nabi, kemudian orang-orang yang menyerupainya, maka seseorang diuji sesuai dengan kadar keagamaannya, jika keberagamaannya kokoh, ujiannya pun semakin besar, dan jika keberagamaannya lemah maka ujiannya pun akan sesuai dengannya. Seseorang akan senantiasa ditimpa ujian sehingga ia berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki kesalahan. (HR. at-Tirmidzi, Hasan Shahih)
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.