Secara bahasa (etimologi) sihir berarti sesuatu yang halus sebabnya dan tersembunyi hakekatnya. Atau lengkapnya berarti “sesuatu yang dilakukan secara tersembunyi dan khayalan atau ilusi, sehingga bukan hakekat sebenarnya yang nampak, serta sifatnya pun terselubung dan menipu”.
Pengertian Sihir
Sedangkan menurut istilah syar’i (terminologi), sihir adalah “ikatan tali-temali atau bacaan (mantra) yang diucapkan atau ditulis oleh tukang sihir, yang berpengaruh kepada kejiwaan atau badan orang yang disihir”.
Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi berkata:
“Sihir adalah ikatan tali-temali, jampi-jampi dan perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang dapat mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, di antaranya ada yang tak dapat mencampuri isterinya atau memisahkan pasangan suami isteri, atau membuat salah satu pihak membenci yang lainnya, atau membuat kedua belah pihak saling mencintai.”
Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin menyatakan:
“Sihir terbagi dalam dua macam, yaitu: (1) berupa buhul ikatan atau tali-temali dan jampi-jampi, maksudnya bacaan dan kode-kode rumus (acak) yang digunakan penyihir untuk mengabdi kepada setan, agar keinginannya untuk mencelakai sang korban (yang disihir) terealisasi; (2) obat-obatan dan ramuan-ramuan yang dapat mempengaruhi badan, akal, kehendak dan keinginan korban.”
Dari pernyataan para Ulama tersebut, dapat disimpulkan bahwa sihir biasanya berwujud kesepakatan (kontrak) antara tukang sihir dan setan, dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan berbagai keharaman atau kesyirikan sebagai imbalan untuk diberikannya pertolongan setan kepadanya dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang dimintanya.
Dalil Realita Sihir
Berdasarkan dalil al-Qur’an dan as-Sunnah, disimpulkan bahwa sihir memang benar adanya dan memiliki hakekat nyata.
Dalil dari al-Qur’an, di antaranya Alloh berfirman:
“Musa menjawab: ‘Lemparkanlah (lebih dahulu)!’ Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyihir mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).” (QS. al-A’raf [7]: 116)
“Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata: ‘Apa yang kalian lakukan itu adalah perbuatan sihir. Sesungguhnya Alloh akan menampakkan kebatilannnya’’. Sesungguhnya Alloh tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan.” (QS. Yunus [10]: 81)Sedangkan dalil dari as-Sunnah, di antaranya Rosululloh bersabda:
(( اِجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ ))
“Jauihilah tujuh perkara yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rosululloh?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Alloh, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Alloh kecuali dengan sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan perang, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa lagi tidak terbesit keinginan zina dalam hatinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
(( مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُوْمِ، اِقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَازَادَ ))
“Barangsiapa yang mempelajari sebagian ilmu nujum (astrologi), maka ia telah mempelajari sebagian ilmu sihir. Semakin bertambah mempelajari ilmu sihir tersebut, maka semakin bertambah pula dosanya.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan al-Albani)
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.