PENGERTIAN ASHIDQU (JUJUR)


Sifat jujur memiliki makna terjalinnya kesesuaian dan keselarasan antara ucapan (pembicaraan) seseorang dengan realita amal perbuatan yang ia lakukan (muthābqah al-qaul bi adh-dhamīr wa al-mukhbar ‘anhu). Dengan demikian ash-shidq (kejujuran) merupakan kebalikan dari kata al-kadzib yang berarti bohong atau dusta.

Definisi Kejujuran

Di samping makna kejujuran sebagaimana tersebut di atas, ada pula ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kejujuran adalah kesesuaian ucapan hati dengan hal yang dikabarkan dan ditampakkannya secara bersamaan. 
Bila salah satu unsur dari dua komponen penyusun kejujuran tersebut hilang, maka kejujurannya menjadi tidak sempurna, atau “diragukan”.

Urgensi dan Keutamaan Kejujuran

Sifat jujur memiliki keutamaan yang agung, pahala yang besar, dan kedudukan yang mulia dalam Islam. Hal itu bisa dilihat dari beberapa hal berikut:

• Kejujuran merupakan ciri khas dan karakteristik orang-orang yang beriman kepada Alloh   dan Rosululloh  .
Alloh   berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang jujur.” (QS. al-Hujurat [49]: 15)

Oleh karena itu, siapa saja yang  telah menyatakan beriman kepada Alloh   dan meyakini kebenaran risalah yang dibawa oleh Rosululloh  , hendaknya ia selalu siap untuk berjuang dengan harta dan jiwanya serta menjadikan kejujuran sebagai perangai akhlaknya yang ia munculkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud implementasi keimanan yang ada dalam jiwanya. Karena keimanan tanpa bukti amal perbuatan merupakan keyakinan palsu yang sangat bertentangan dengan nash-nash atau dalil-dalil yang ada, baik dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah. 

• Alloh   memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar senantiasa bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang jujur (shiddiqīn) dan untuk selalu berada di atas kejujuran dalam setiap perilaku dan keadaannya. 
Alloh   berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang jujur.”  (QS. at-Taubah [9]: 119)
Karena hidup bersama orang-orang yang jujur di lingkungan mereka, tentunya sedikit banyak akan memberikan kontribusi positif dalam pembinaan karakter seseorang yang memang membutuhkan waktu yang lama untuk ditempa. Sehingga seseorang yang sudah meyakini kebenaran Islam akan memiliki karakter akhlak yang mulia dengan mencontoh Rosululloh   yang telah Alloh   jadikan sebagai figur yang harus dijadikan suri teladan bagi mereka. 
Alloh   berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Alloh.” (QS. al-Ahzab [33]: 21)

• Termasuk bukti keutamaan kejujuran dan orang-orang yang jujur adalah dahsyatnya bencana dan adzab yang harus diterima oleh para pendusta, yaitu orang-orang yang tidak jujur. 
Alloh   berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Alloh (al-Qur’an), Alloh tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka adzab yang pedih. Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Alloh, dan mereka itulah para pendusta.” (QS. an-Nahl [16]: 104-105)

Di samping ancaman yang begitu besar, dusta juga merupakan ciri kemunafikan seseorang; hal ini sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hadits Rosululloh   berikut:

(( آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ ))
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu:            (1) bohong bila berbicara; (2) ingkar bila berjanji; dan (3) khianat jika dipercaya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

(( أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ... ))

“Ada empat sifat, barangsiapa dalam dirinya terdapat sifat tersebut, maka ia adalah seorang munafik tulen. Dan barangsiapa yang memiliki salah satu darinya, berarti dalam dirinya terdapat sifat orang munafik hingga ia meninggalkannya, di antaranya jika dipercaya ia berkhianat....” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

• Jujur adalah media kebaikan (birr) dan jalan menuju surga. Sedangkan bohong (fujūr) adalah sarana kezhaliman dan jalan menuju neraka. 
Sehingga orang yang mengidam-idamkan masuk surga dan untuk bisa lebih memperbanyak amal kebaikan, tentu ia akan terus berusaha agar bisa bersikap jujur dalam setiap amal perbuatan dan juga perkataannya.

Rosululloh   bersabda:
(( إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ، حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا ))
“Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan seseorang kepada kebaikan, dan kebaikan itu sendiri akan mengantarkan pelakunya menuju surga. Oleh karena itu, bila seseorang benar-benar telah berlaku jujur, maka ia dicatat di sisi Alloh sebagai orang yang jujur. Sebaliknya, kebohongan akan mengantarkan seseorang kepada kezhaliman, dan kezhaliman itu sendiri akan mengantarkan pelakunya menuju neraka. Maka, bila seseorang telah benar-benar berbuat dusta, maka iapun akan dicatat di sisi Alloh sebagai pendusta.”  (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.