PENGERTIAN GHIBAH / gosip dan menggunjing orang lain (MAKALAH LENGKAP)


Tidak dapat dipungkiri bahwa ghibah atau gosip kini telah menjadi budaya di masyarakat. Apalagi dengan adanya media elektronik seperti TV yang seolah telah menjadi  kebutuhan primer dalam setiap rumah tangga di negeri ini. 

Acara ghibah yang merupakan dosa besar tersebut dikemas oleh media elektronik dengan sangat meriah, unik, dan menarik. Tak jarang orang yang tadinya risih dan jijik lama-kelamaan menjadi asyik. Memang menarik karena penyajinya para artis yang berwajah cantik. Maka tak salah lagi kalau acara gosip tersebut menjadi ajang tontonan masyarakat awam bahkan masyarakat yang terdidik. Sungguh ini merupakan salah satu rentetan keterpurukan realita umat kita yang sebenarnya bukan fenomena klasik. Sebagai seorang Muslim yang baik, hendaknya mengetahui ghibah dan seluk-beluknya agar senantiasa terhindar dari hembusan setan yang senantiasa berbisik.

Definisi Ghibah

Untuk mengetahui definisi ghibah, maka kita simak hadits dibawah ini. Karena dalam hadits ini Rosululloh   mendefinisikan ghibah secara langsung kepada para sahabatnya  . Hal ini dikarenakan pentingnya masalah ghibah dan supaya tidak terjadi kerancuan pada para sahabat tentang batasan-batasan ghibah. Selain hal tersebut, pengetahuan seseorang tentang definisi yang jelas dan gamblang akan melahirkan kelurusan dalam sikap dan perbuatan. Banyaknya salah kaprah dalam sikap seseorang atau kelompok bermula dari kerancuan definisi yang benar.

 ))عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ؟ قَالُوْا: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ، وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ(( 

"Dari Abu Huroiroh   bahwasanya Rosululloh   bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Sahabat menjawab: “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi   berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu.” Nabi   ditanya: “Bagaimanakah pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya?” Nabi   menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya”.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Dalam hadits di atas, Rosululloh   mendefinisikan ghibah secara langsung. Dan inilah sebaik-baik definisi, karena apa yang keluar dari perkataan Nabi   adalah wahyu dan bukan dari hawa nafsunya.

Hal ini juga dijelaskan oleh Ibnu Mas’ud   dalam perkataannya,
 ))عَنْ حَمَّاد عَنْ إبْرَاهِيْمَ قَالَ: كَانَ اِبْنُ مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ: الْغِيْبَةُ أَنْ تَذْكُرَ مِنْ أَخِيْكَ مَا تَعْلَمُ فِيْهِ. وَإِذَا قُلْتَ مَا لَيْسَ فِيْهِ فَذَاكَ الْبُهْتَانُ(( 
"Dari Hammad dari Ibrohim, dia berkata : Ibnu Mas’ud   berkata: “Ghibah adalah engkau menyebutkan apa yang kau ketahui pada saudaramu, dan jika engkau mengatakan apa yang tidak ada pada dirinya berarti itu adalah kedustaan.” (Lihat Kitab As-Somt no 211, berkata Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini: “Rijal-nya [para perawinya] tsiqoh [terpercaya]”)

Ghibah dalam bahasa trend saat ini, orang menyebutnya dengan “gosip”. Gosip berasal dari bahasa inggris dari kata “gossip” artinya gunjing, kabar angin, dan buah mulut. Jadi orang yang melakukan gosip berarti menggunjing, atau menyebarkan kabar angin, yakni suatu aktivitas menyebarkan atau menceritakan sesuatu yang ada pada diri seseorang (biasanya sesuatu yang jelek/rahasia) kepada orang lain, ketika seseorang tadi itu tidak ada di dalam forum yang sama.

Semakin hari, acara gosip di TV dan di majalah-majalah kacangan semakin marak. Mulai dari acara Cek and ricek, Kiss dan acara semisalnya.  Belum lagi rubrik gosip di majalah Nyata, Bintang, X-File dan lainnya telah menjadi sajian menarik masyarakat. Sayangnya mereka tak paham hakikat gosip yang sebenarnya ghibah tersebut. Maka tak heran budaya iblis itu kini ngetrend dikalangan ibu-ibu maupun mahasiswi ketika ngerumpi di pagi, siang dan malam hari. Bahkan, mereka betah berjam-jam mengghibah orang lain tanpa menyadari bahwa mereka sebenarnya telah memakan bangkai saudaranya sendiri.

Hakikat Ghibah

Ghibah adalah membicarakan orang lain tentang hal yang tidak disenanginya bila ia mengetahuinya, baik yang disebut-sebut itu kekurangan yang ada pada nasab, tabiat, anggota badan, pakaian, rumah, anak, istri, orang tua, agama atau yang lainnya. Menyebut kekurangannya yang ada pada badan seperti mengatakan ia pendek, hitam, gendut, kurus, berpenyakitan dan lain sebagainya. Atau pada agamanya seperti mengatakan ia pembohong, fasik, munafik dan lain-lain tanpa adanya bukti yang jelas. Terkadang pula ghibah dengan cara pujian namun tujuannya menjatuhkan martabat orang lain seperti, “Betapa sholihnya orang tersebut, namun sayang istrinya buruk akhlaknya.”

Terkadang seseorang tanpa disadari telah melakukan ghibah, dan ketika diberi peringatan ia menjawab: “Yang saya katakan ini benar adanya!” Padahal Rosululloh   dengan tegas menyatakan perbuatan tersebut adalah ghibah. Ketika ditanyakan kepada beliau  , bagaimana bila yang disebut-sebut itu memang benar adanya pada orang yang sedang digunjingkan, beliau   menjawab: “Jika yang engkau gunjingkan benar adanya pada orang tersebut, maka engkau telah melakukan ghibah, dan jika yang engkau sebut tidak ada pada orang yang engkau sebut, maka engkau telah melakukan dusta atasnya.” (HR. Muslim)

Hadits di atas adalah bantahan telak terhadap mereka yang mengatakan hal tersebut. Hakikatnya ghibah tidak terbatas dengan lisan saja, namun juga bisa terjadi dengan tulisan (baik itu buletin, majalah atau buku) atau isyarat, seperti picingan mata, gerakan tangan, cibiran bibir dan sebagainya. Sebab, hakikatnya adalah memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain. Ghibah tidak harus  dengan lisan, namun apa saja yang dipahami maksudnya ghibah, seperti dengan berjalan menirukan orang lain, menirukan gaya makan dan berbicara dengan tujuan untuk ditertawakan, ejekan atau olok-olokan, maka hal ini termasuk ghibah. Bahkan lebih buruk dari ghibah karena lebih mengena didalam memberikan gambaran dan pemahaman serta akan lebih menimbulkan kebencian. 

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.