Di era modern ini ternyata masih terlalu minim pengetahuan orang tua akan pendidikan anak yang benar. Terlepas dari orang tua tersebut adalah seorang guru, dosen, pakar politik atau ekonom. Yang jelas fakta tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas anak kaum Muslimin pada umumnya, khususnya di Indonesia masih banyak yang belum terdidik dalam nuansa Islam. Kebanyakan mereka terdidik oleh adat istiadat, budaya-budaya barat, dan norma-norma nenek moyang yang telah mengakar secara kuat.
Semakin hari banyak orang tua yang semakin bingung akan tingkah laku para anaknya. Mulai dari model baju dan rok di atas lutut hingga berbagai macam gaya rambut. Begitu juga dengan kebiasaan sehari-hari yang sangat menyimpang dari Islam dan tampak semrawut. Hal–hal tersebut membuat hati orang tua resah dan kening kepala menjadi berkerut. Tak bisa dipungkiri kalau terlalu panjang jika penyebabnya kita usut. Karena permasalahannya memang bagaikan benang yang telah lama kusut. Namun segala sesuatu pasti ada pokok pangkalnya. Dari situlah sebenarnya kita ketahui duduk masalahnya.
Pemicu Kesalahan dalam Pendidikan Anak
Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya kesalahan-kesalahan dalam mendidik anak. Diantara faktor dominan penyebab kesalahan dalam mendidik anak tersebut ada tiga: keluarga, lingkungan dan budaya. Dari ketiga faktor tersebut, bisa ketiganya menjadi faktor penyebab atau hanya salah satunya saja.
Pertama, faktor keluarga. Keluarga adalah madrosah (sekolah) pertama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Jika keluarga rusak, maka anakpun sebagai murid dari madrosah tersebut juga akan rusak. Kerusakan tersebut biasanya berasal dari orang tua yang tidak paham akan pendidikan yang benar menurut al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika sang guru (orang tua) tidak paham kurikulum yang benar, maka tidak salah lagi pasti mengajarkan materi-materi jahiliyyah yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Pemicu lain dalam keluarga adalah adanya ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Bisa berupa sikap orang tua yang super sibuk, perceraian yang tidak syar’i, dan pertengkaran antara suami istri setiap hari serta hal-hal lainnya. Semua itu secara tidak langsung akan memicu terjadinya kesalahan dalam pendidikan anak. Meski tidak semua anak berlatar belakang keluarga tidak harmonis akan mengalami pendidikan kurang baik, namun pada umumnya faktor tersebut menjadi pemicu utamanya.
Kedua, faktor lingkungan. Tempat berinteraksi anak setelah keluarga adalah lingkungan. Lingkungan ini mencakup lingkungan sekolah, masyarakat maupun keluarga. Di sinilah anak mengenyam pendidikan secara tidak langsung. Mau tidak mau lingkungan merupakan institusi pendidikan anak setelah keluarga. Terkadang anak terdidik dalam keluarga yang islami. Namun, seringkali didapati kesalahan-kesalahan pada anak yang diadopsi dari sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kontrol teman bermain anak di sekolah dan masyarakat sebab teman bermain seringkali mempengaruhi seseorang sebagaimana hadits Nabi :
))الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ((
“Seseorang berada diatas agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Dalam hadits yang lain rosululloh bersabda:
() مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَناَفِخِ الْكِيْرِ، فَحَامِلُ اْلِمسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تُبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً )(
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat laksana penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, boleh jadi dia memberimu atau engkau akan membelinya atau engkau pasti akan mendapatkan aroma wangi darinya, sementara pandai besi ia akan membakar bajumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)
Hendaknya setiap orang tua senantiasa memperhatikan pergaulan anaknya. Cukuplah satu teman buruk bagi seorang anak akan meracuni pendidikan anak-anak kita.
Jika anak bergaul dengan teman yang buruk, kalau tidak tertular minimal akan menjadi terbiasa dengan perbuatan buruk. Maka salah satu solusinya adalah menyekolahkan anak disekolah berbasis Islami agar anak senantiasa berada dalam lingkungan dan teman yang baik.
Ketiga, faktor budaya. Sebenarnya, hari ini umat Islam sedang berperang melawan budaya barat yang seolah menjadi standar kemodernan masyarakat. Hembusan pengaruh budaya barat telah dianggap sebagai ciri khas kemajuan dan ekspresi kekinian.
Dampak terparah dari pengaruh budaya barat ini adalah rusaknya pendidikan anak dari tingkat kecil sampai dewasa. Karena model pendidikan mereka adalah memisahkan agama dari kehidupan seseorang. Virus inilah sekarang yang ditebar kepada seluruh dunia terutama dunia Islam.
Di samping budaya Barat, masih ada juga budaya-budaya lokal bangsa ini yang menjadi momok bagi rusaknya pendidikan anak. Contohnya kepercayaan klenik dan mistik yang telah membahana di seluruh wilayah nusantara. Hal-hal inilah yang menjadi pemicu kesalahan dalam pendidikan anak, terutama berkaitan dengan tauhid dan ittiba’. HALAMAN SELANJUTNYA : BEBERAPA KESALAHAN FATAL DALAM MENDIDIK ANAK
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.