Faktor-Faktor yang mendorong seorang berdusta dan cara mengatasinya


Faktor-Faktor Pendorong Perbuatan Dusta 
Banyak sekali motif yang mendorong orang untuk melakukan kedustaan, di antaranya adalah:

1. Sedikit atau kurangnya rasa takut kepada Alloh  
2. Dalam upaya mengkaburkan fakta, baik bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau mengurangi takaran, dengan maksud menyombongkan diri atau untuk memperoleh keuntungan dunia, ataupun karena motif-motif lainnya. Misalnya menyamarkan data-data yang tidak akurat tentang wanita yang akan dipinang yang dilakukan oleh pihak keluarganya agar pinangannya diterima.
3. Mencari popularitas dan perhatian orang dengan membawakan cerita-cerita fiktif dan perkara-perkara yang dusta.
4. Karena terbiasa melakukan dusta sejak kecil disebabkan hasil pendidikan yang buruk.
5. Merasa senang  dengan berdusta. Ia beranggapan bahwa kedustaan menandakan kepiawaian, tingginya daya nalar, dan perilaku yang cerdas.

Obat Penawar Dusta

Ketika dusta telah menjadi biasa, maka yang terjadi kerusakan di mana-mana. Ketika dusta menjadi penghias bibir manusia, maka menyebar luaslah saling adu domba dan mencibir. Sungguh mulut pendusta bagaikan corong asap beracun yang membahayakan orang yang menghisapnya.

Kotoran dusta akan merusak jiwa dan menghijabi hamba dari jalan mulia. Tidaklah hati seorang hamba terkotori dusta melainkan akan merembetlah ke lisan dan perbuatannya.

Awalnya kedustaan menjalar dari jiwa menuju lisan, maka kedustaan itupun merusaknya. Kemudian merambat kesekujur anggota badan, maka iapun merusak amalan-amalan anggota badan yang ia kerjakan sebagaimana ia telah merusak lisan dan perkataannya. Akibatnya, kedustaan itupun mendominasi ucapan, perbuatan dan segala tingkah lakunya. Selanjutnya kerusakan tersebut berhasil menguasai dirinya dan menjadi tabiatnya. Jika penderitanya tidak segera diobati, maka kebinasaanlah yang akan ditemuinya.

Dusta juga merupakan tabir yang menutup cahaya kejujuran di dalam jiwa. Dialah penghalang hangatnya iman yang terpancar dari kebesaran ayat-ayat Alloh   yang Maha Mulia.

Saudaraku . . . jika engkau ingin mengetahui tercelanya sifat dusta dalam dirimu, bercerminlah dari kedustaan yang diperbuat oleh orang lain. Lihat pula bagaimana engkau menjauhi orang tersebut dan bagaimana engkau akan menganggap rendah pelakunya serta menganggap buruk kedustaan yang dilakukannya.

Oleh karena itu, setiap Muslim berkewajiban untuk memperbarui iman dan taubatnya kepada Alloh   dari segala dosa dan kesalahan. Ia juga berkewajiban untuk berupaya melakukan hal-hal yang dapat membantunya meninggalkan sifat dustanya.

Di antara obat penawar penyakit ini adalah:
  1. Meningkatkan pemahaman tentang keharaman perbuatan dusta dan dahsyatnya siksa yang akan diperoleh.
  2. Selalu membiasakan diri untuk memikul tanggung jawab dan berkata jujur.
  3. Memalingkan diri dari tempat-tempat yang dipenuhi dengan kedustaan dan ucapan-ucapan yang tiada berguna.
  4. Menyadari bahwa kedustaan adalah jalan yang dapat mengantarkan pada kejahatan dan neraka.
  5. Hendaknya menyadari bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya bisa luntur dan hilang.

Mukmin yang Bertaqwa Tidaklah Berdusta.

Tidak ada satu orangpun yang mengatakan bahwa dusta adalah mulia. Hal ini bisa diketahui dari anak kecil sampai orang dewasa. Orang yang gemar berdusta perkataannya ibarat api yang membakar sekelilingnya.
Seorang yang bertaqwa tidaklah berdusta walaupun dia bercanda. Begitu juga tidak berdusta hanya untuk membuat orang tertawa dengan perkataannya. Akan tetapi perkataan orang Muslim adalah perkataan yang jujur dan berharga. Perkataan nasihat yang menjadi hiasan taqwa yang seolah bagaikan hamburan bintang–gumintang  menghiasi indahnya cakrawala.

Ia selalu menjaga perkataannya untuk tidak berdusta karena ia tahu bahwa segala ucapan akan dipertanggung jawabkan di sisi Alloh   yang Maha Kuasa. Seorang Muslim tidak akan ridho berdusta apalagi membiasakan berkata dusta. Barangsiapa senantiasa berdusta sungguh dia akan dicatat di sisi Alloh   sebagai pendusta.

Sungguh itu sebuah malapetaka yang tak terkira. Jika Alloh   yang menciptakannya telah mencap dia sebagai pendusta, lantas adakah harapan lolos dari neraka yang adzabnya sedetikpun kita tak sanggup menahannya? Sungguh betapa dusta itu telah mengantarkan pelakunya ke neraka.
Semoga Alloh   menyelamatkan diri, keluarga dan orang tercinta kita dari dusta. Begitu juga kaum Muslimin semuanya. Hanya Kepada Alloh   kita berlindung dari segala akhlak tercela. Wallohu ‘alam bishowab.

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.