10 AKHLAK BURUK YANG SERING TERJADI DI KEHIDUPAN KITA, ANDA TERMASUK YANG MANA ?


Berakhlak mulia merupakan ciri khas kepribadian Rosululloh   yang Alloh   gambarkan dalam al-Qur’an.
Alloh   berfirman:

“Sesungguhnya engkau benar-benar berada di atas akhlak yang agung.” (QS. al-Qolam [68]: 4)

Menyempurnakan akhlak merupakan salah satu misi diutusnya beliau   kepada umat manusia, sebagaimana yang disinyalir dalam hadits shohih:
 ))إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ (( 
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad, al-Baihaqi dan lain-lain serta dishohihkan oleh Syekh al-Albani)
Hal ini berarti, Alloh   dan Rosululloh   sangat membenci akhlak yang buruk lagi tercela. Dan hal ini terlihat begitu jelas dan gamblang dalam banyak ayat dan hadits-hadits Nabi  . Oleh sebab itu, agar kita bisa terhindar dari akhlak buruk tersebut, tentunya kita harus mengetahui dan menyelami hakikatnya, fenomenanya dan penyebab terjadinya serta bagaimana cara menerapinya, jika hal ini terjadi pada diri-diri kita. Maka di bawah ini -Insya Alloh- akan dipaparkan secara rinci tentang poin-poin tersebut.

Definisi Akhlak Buruk

Kata al-akhlaq berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk plural dari kata al-Khuluq yang berarti tabiat dan karakter. Jadi, akhlak buruk adalah tabiat dan karakter yang buruk lagi tercela.

Pada sebagian orang, akhlak sudah menjadi suatu tabiat dan kebiasaan yang tidak perlu diusahakan lagi. Namun pada sebagian yang lain adalah sebaliknya, yaitu tidak menjadi suatu tabiat dan karakter kecuali dengan usaha dan latihan.
Jadi, akhlak ada yang sifatnya jibilli (bawaan) dan ada pula yang sifatnya kasb (usaha), sebagaimana tersurat dalam sabda Nabi   kepada Asaj Abdul Qais  , “Sesungguhnya pada dirimu ada dua sifat yang dicintai Alloh dan Rosululloh, yaitu al-Hilm (santun) dan al-Anah (tidak terburu-buru).” ia berkata, “Apakah dua sifat ini (aku peroleh) dengan usahaku atau sesuatu yang Alloh jadikan padaku?” Beliau   bersabda, “Bahkan sesuatu yang Alloh jadikan pada dirimu.” Lalu ia berkata, “Segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan pada diriku apa yang aku sukai.” (HR. Abu Dawud dan dishohihkan oleh Syekh al-Albani)

Fenomena Akhlak Yang Buruk 

Fenomena akhlak buruk yang beragam bentuk dan motifnya begitu banyak muncul dan terlihat jelas di tengah-tengah kaum Muslimin saat ini, antara lain:

1.Kasar dalam bertutur kata
Kasar dalam tutur kata merupakan salah satu karakter yang buruk yang akan membuat seseorang dibenci dan tidak dihargai oleh masyarakatnya, dan bahkan akan menimbulkan perpecahan dan permusuhan.

Fenomena ini sungguh begitu banyak kita jumpai di kalangan manusia. Di antara mereka ada yang keras perangainya dan kasar tutur katanya. Ia sama sekali tidak bisa bersikap lemah lembut dalam berkata. Ketika ia bertutur, kata-katanya cenderung menyakiti orang lain, bahkan merasa kurang nyaman jika tidak berkata dengan ungkapan-ungkapan yang kasar lagi meracuni perasaan saudaranya.  

Padahal Rosululloh   yang merupakan utusan Alloh   dan pembawa risalah yang sempurna saja diperingatkan oleh Alloh   dari sikap kasar terhadap umatnya. Alloh   berfirman:

“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali-Imron [3]: 159)
Lantas bagaimana halnya dengan diri kita sebagai umatnya yang banyak berbuat salah, bukankah lebih utama untuk bersikap lemah lembut, baik dalam tutur kata maupun tingkah laku?

2.Bermuka masam
Islam sangat tidak suka dan bahkan membenci sifat bermuka masam ini, dimana Alloh   menegur Rosululloh   ketika bermuka masam dan tidak merespon saat seorang sahabatnya ingin belajar kepadanya ketika beliau   sedang menghadapi para pemuka Quraisy. Alloh   berfirman menegur sikap beliau  :

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Karena telah datang seorang buta kepadanya.” (QS. 'Abasa [80]: 1-2)

Kalau kita saksikan realita di masyarakat, sungguh kita akan melihat betapa banyak fenomena sikap berwajah masam, kening yang berkerut, tidak mengenal senyum dan kehalusan perangai, tidak mendapat taufik berupa kegembiraan dan keceriaan.

Seorang yang berwajah masam yang beriringan dengan wajah yang murung serta jiwa yang labil adalah bukti akan jiwa yang kerdil. Adapun jiwa yang besar, akan diliputi dengan hawa kedamaian dan ketentraman.
Seorang bijak ditanya, “Siapakah mereka yang paling sempit jalannya dan paling sedikit temannya?” Orang bijak itu menjawab, “Barangsiapa yang berinteraksi dengan manusia dengan wajah yang masam, maka dirinya akan terjatuhkan dari pandangan mereka.”

3.Mudah marah
Marah merupakan salah satu karakter yang buruk dan tercela baik dalam tinjauan syar'i maupun dari sisi akal sehat. Dan sifat ini akan menjadi penyebab timbulnya beragam permasalahan yang membuahkan hasil yang tidak menyenangkan. Betapa banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh sifat ini. Mulai dari  pembunuhan, perceraian, pertikaian dan bentuk keburukan lainya yang merupakan buah dari sifat tercela ini.

Alloh   memuji sifat sebaliknya dalam al-Qur’an, yaitu sifat menahan amarah yang merupakan salah satu sifat orang bertakwa. Alloh   berfirman:
“ … Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali-Imron [3]: 134)

Rosululloh   bersabda:
(( لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ))
“Bukanlah seseorang dikatakan kuat karena pandai bergulat, akan tetapi seorang (dikatakan) kuat apabila ia mampu menguasai dirinya di saat marah.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Kesempurnaan kekuatan seorang hamba tercermin pada kemampuannya dalam mengendalikan pengaruh dari amarahnya yang bergejolak. Bukan berarti kita tidak boleh marah sama sekali, karena orang yang tidak punya rasa marah bisa diragukan kenormalannya. Akan tetapi potensi marah yang dimiliki harus bisa diarahkan dan dimanage secara optimal agar sesuai dengan tuntunan Islam. Rosululloh   adalah orang yang paling pertama marah jika syariat Alloh   dilecehkan atau dicampakkan.

4.Berdusta
Dusta merupakan salah satu sifat yang rercela dan  bahkan ia salah satu ciri dari kemunafikan yang juga merupakan salah satu cabang dari kekufuran.

Rosululloh   bersabda:
“Tanda orang munafik ada tiga, apabila berkata berdusta, apabila dipercaya ia khianati dan apabila berjanji ia ingkari.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Al-Mawardi   mengatakan: “Kedustaan adalah kumpulan (gabungan) segala keburukan dan asal dari segala celaan, karena akibatnya yang buruk, dan hasil akhirnya yang keji. Karena  akan menghasilkan sifat adu domba, dan sifat adu domba akan menyebabkan kebencian dan kebencian akan melahirkan permusuhan, dan permusuhan tidak akan mendatangkan keamanan dan ketenangan.” Dan beliau   menambahkan, “Barangsiapa yang sedikit kejujurannya maka akan sedikit temannya.”

Akan tetapi ironisnya, betapa banyak dari kaum Muslimin -kecuali yang dirahmati Alloh  - yang menghiasi pribadinya dengan prilaku tercela ini seperti berdusta dalam berinteraksi, bergaul, berbicara dan dalam aspek-aspek lainnya. Padahal Alloh   dan Rosul-Nya sangat menganjurkan agar berlaku jujur serta  melarang berdusta.

Alloh   berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar.” (QS. at-Taubah [9]: 119)
Rosululloh   bersabda: 

“Wajib bagi kalian berlaku jujur, karena kejujuran akan menuntun kepada kebaikan dan kebaikan akan menuntun kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang akan berlaku jujur hingga ia akan tercatat di sisi Alloh sebagai seorang yang jujur. Dan diharamkan bagi kalian dusta, karena sesungguhnya kedustaan akan menuntun seseorang kepada kekejian dan kekejian akan menuntun kepada neraka. Dan sesungguhnya seseorang akan berlaku dusta hingga ia dicatat di sisi Alloh sebagai seorang pendusta.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Sedangkan berdusta atas nama Alloh   dan Rosul-Nya   merupakan kedustaan terbesar, sebagaimana sabda Rosulullah  :
“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka hendaklah dia mengambil posisi duduknya di dalam neraka.” (HR. al-Bukhori)
5.Ghibah (Menggosip)
Sifat ghibah adalah salah satu perilaku jelek yang lahir dan tumbuh dari jiwa yang kerdil, rendah lagi hina.
Ghibah adalah membicarakan tentang saudaranya dengan apa-apa yang ia benci, sebagaimana disinyalir dalam hadits shohih ketika Nabi   bertanya kepada para sahabatnya.

“Tahukah kalian apa ghibah itu?” Mereka menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Pembicaraan kamu tentang saudaramu terhadap apa-apa yang ia benci” Dikatakan kepadanya: “Apa pendapatmu jika yang aku bicarakan ada pada saudaraku?” Beliau bersabda, “Jika apa yang kamu bicarakan ada pada saudaramu maka sungguh anda telah menggibahnya, jika tidak ada berarti anda telah menuduhnya.” (HR. Muslim dan lain-lain)

Dan ghibah tidak terbatas hanya pada lisan saja, akan tetapi bisa dengan isyarat mata, tangan atau sejenisnya.

Adapun sebab terjadi ghibah diantaranya adalah untuk membalas dendam kepada orang lain, berbasa-basi dengan teman, dengki dan juga ujub dengan diri sendiri serta lalai dalam merenungi aib sendiri. Hal ini semua timbul dari tidak adanya rasa takut kepada Alloh  . 
6.Kurangnya rasa malu
Rasa malu adalah sebuah akhlak yang akan mendorong seseorang untuk melakukan hal yang terpuji dan meninggalkan perbuatan yang tercela. Apabila seorang manusia tidak mempunyai rasa malu dan enggan untuk menghiasi dirinya dengan sifat malu, maka janganlah anda menyangkal dari akhlak-akhlak rendahan yang akan menyertainya serta perilaku bodoh akan terlahir darinya. Rasa malu yang dimaksud adalah rasa malu yang akan menghalanginya dari berbuat jelek dan melakukan tindakan diluar koridor syariat.
Rosululloh   bersabda:

“Apabila kamu tidak (punya) rasa malu, maka lakukanlah apa yang kamu kehendaki.” (HR. al-Bukhori) 

Dan kurangnya sifat malu, tergambarkan pada be berapa sikap berikut: 

a.Terang-terangan dalam bermaksiat.
Padahal Rosululloh   telah memperingatkan dari sikap mujaharoh (terang-terangan) dalam bermaksiat sebagaimana sabda beliau  :
“Setiap umatku mu’afa (selamat) kecuali orang-orang yang mujaharoh dalam bermaksiat.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)   

b.Merokok di tempat-tempat umum.
Merokok adalah perbuatan yang buruk dan malapetaka menurut konsensus (kesepakatan) orang-orang yang berakal sehat, dan termasuk dalam perbuatan yang haram sebagaimana diterangkan oleh para ulama. Akan tetapi, musibah ini akan semakin besar lagi dampak negatifnya jika hal ini dilakukan dihadapan khalayak ramai atau di tempat umum, baik itu di rumah sakit, kereta api, angkutan umum atau di ruang-ruang tunggu dan lain sebagianya, karena bahaya yang ditimbulkan tidak hanya terbatas pada diri penghisap saja, tetapi juga dirasakan oleh khalayak umum.

Betapa banyak perbuatan semacam ini kita saksikan di tengah-tengah masyarakat kita. Dan betapa banyak dari mereka yang tak memperdulikan orang lain. Kemudian bagaimana mungkin hati si perokok ini menjadi baik dan suci, sementara dia menyakiti orang sekitarnya dengan asap rokok yang menyengat dan berbau busuk itu?!

c.Mengulur-ulur pembayaran hutang 
Islam yang merupakan agama rohmatan lil’alamin tidak melarang bagi orang yang membutuhkan uluran tangan saudaranya baik dengan memberikan santunan yang sifatnya shodaqoh atau hutang sedangkan melunasi hutang merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Mengulur-ulur dalam pembayaran hutang, sedang dia mampu membayarnya adalah bukti kurangnya rasa malu pada dirinya serta indikasi lemahnya iman dan rasa tanggung jawab. Padahal Nabi   telah menegaskan bahwa orang yang mengulur-ulur pembayaran hutang sedang dia mampu adalah dzolim.

7. Hasad
Hasad adalah mengharap hilangnya nikmat dari orang yang dihasadi, atau benci dan tidak senang ketika dia melihat kebaikan  yang  ada pada diri yang dia hasadi. Rosulullah   bersabda telah melarang umatnya berlaku hasad:
“Janganlah kalian saling berlaku hasad, saling membenci serta saling memutuskan hubungan, jadilah kalian hamba Alloh yang bersaudara.” (HR. Muslim)

Hasad merupakan penyakit kronis dan racun yang mematikan. Pada dasarnya tidak seorang pun selamat dari penyakit hasad ini kecuali yang diselamatkan oleh Alloh  .

Ibnul Taimiyah   mengatakan bahwa: “Tidak ada tubuh yang selamat dari penyakit hasad, hanya saja seorang yang tercela menampakanya dan seorang yang mulia menyembunyikanya.”    
Dan sangat disayangkan, penyakit hasad ini merebak di tengah-tengah manusia. Diantara mereka ada yang hasad karena ilmunya, ada yang karena hartanya, kedudukannya dan ada juga karena posisinya di tengah-tengah manusia. Dan sebagian besar hasad itu terjadi antara orang-orang  yang sederajat dan setingkat, juga banyak terjadi dikalangan kaum hawa. 

Sebagian ulama salaf megatakan: “Hasad adalah dosa pertama yang terjadi di langit.” Yaitu ketika iblis diperintah untuk sujud kepada Adam  . Sejatinya, hasad adalah bentuk protes terhadap ketentuan Alloh   dan hikmah-Nya. Al-Mawardi   mengatakan: “Barangsiapa yang ridho dengan keputusan Alloh, tidak ada seorang pun yang marah kepadanya, dan barangsiapa yang merasa cukup dengan pemberian-Nya, maka tidak akan dirasuki penyakit hasad.”

Sesungguhnya seorang yang hasad adalah orang yang pertama kali merasakan mudhorot dari hasadnya itu, di mana mudhorot ini pasti akan menerjangnya dan ini adalah konsekuensinya.

8.Berprasangka buruk
Berprasangka buruk termasuk akhlak yang tercela. Ia akan menimbulkan kedengkian, merusak kecintaan serta mendatangkan kesusahan dan kesedihan.
Oleh karena itu, Alloh   memperingatkan kita semua dari sikap berburuk sangka sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya: 
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa.” (QS. al-Hujurot [49]: 12)

Dan Rosululloh   juga telah memberi warning kepada umatnya tentang buruknya sifat ini dengan bersabda:

(( إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ ))
“Hati-hatilah kalian dari berprasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Tidak jarang kita dapati sebagian dari manusia dirinya selalu diliputi buruk sangka. Dia mengira bahwa setiap hardikan untuknya, setiap yang dibenci ditujukan kepadanya dan sebagainya. Di antara fenomena buruk sangka yang sering terjadi di tengah masyarakat adalah apabila di antara kerabat atau temannya ada yang mengadakan walimah atau jamuan lainnya sedangkan si pelaksana hajatan lupa mengundangnya, maka diapun berburuk sangka dengan kerabatnya. Jika ada yang menasehatinya, dia mengira bahwa si pemberi nasihat ada maksud tertentu darinya dan mencari-cari kesalahannya. Akhirnya diapun menolak nasihat itu, dan masih banyak lagi contoh-contohnya.

9.Adab buruk terhadap tetangga 
Seorang tetangga, baik dia seorang Muslim ataupun kafir mempunyai hak yang demikian besar terhadap tetangganya. Alloh   telah menerangkan dalam al-Qur'an al-Karim akan hak tetangga tersebut dan begitu pula Nabi  . 
Alloh   berfirman: 

“Sembahlah Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. an-Nisaa’ [4]: 36)
Beliau   bersabda: 

“Jibril selalu mewasiatkan kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga hingga aku menyangka bahwa tetangga akan menjadi salah satu ahli waris.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Hak yang demikian besar yang Islam berikan kepada tetangga, hanya saja dalam penerapanya telah terjadi kelalaian yang demikian besarnya pada sisi ini, dimana sebagian besar manusia sama sekali tidak memperhatikan hak tetangga, tidak memberikan kadar kedudukanya yang sebenarnya, bahkan melakukan keburukan kepadanya, dan menyakitinya dengan ragam perbuatan jelek. 

Di antara manusia ada yang sama sekali tidak mengetahui siapa tetangganya yang berdampingan pintu denganya, bahkan terkadang mereka telah bertetangga sekian lamanya namun mereka tidak saling mengenal.

Di antara manusia ada yang membuat repot tetangganya dengan menaruh sampah di depan pintu mereka, atau memarkir kendaraanya di hadapan pintu tetangga yang mengakibatkan tetangga mereka sulit untuk masuk ke dalam kediaman mereka atau keluar.

Di antara manusia ada yang mengalirkan air yang melimpah di depan rumah tetangga, menyakiti tetangga mereka dengan aroma yang tidak sedap dan air yang najis yang keluar dari saluran air.

Bersamaan dengan itu, dia tidak berusaha untuk mengadakan perbaikan dan juga tidak menjanjikanya sesuatu. Padahal Nabi   telah menafikan kesempurnaan iman orang menyakiti tetangganya.

Nabi   bersabda:
(( وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الْجَارُ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ ))
“Demi Alloh, tidak beriman, demi Alloh, tidak beriman, demi Alloh  tidak beriman.” Mereka (para sahabat) berkata, “Siapa itu ya Rosululloh? Beliau bersabda, “Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. Ahmad)

Bahkan, Nabi   menafikan masuk surga bagi yang mengganggu tetangganya:
(( لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَه ))
“Tidak masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR. al-Hakim)

Inilah di antara fenomena akhlak buruk yang banyak dijumpai di tengah-tengah manusia dan sebenarnya masih terlalu banyak fenomena akhlak buruk lainnya yang tidak mungkin disebutkan dalam buku yang mungil ini.

1 komentar:

  1. Kamu niat bikin blog ga? Kan baca blog juga biar tau, kalau tau ga bakal baca blog:)

    BalasHapus

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.