8 MACAM DUSTA YANG PALING SERING TERJADI


Macam–Macam Dusta
Di antara macam-macam bentuk dusta adalah sebagai berikut:

1.Dusta atas nama Alloh dan RosulNya  .
Contohnya seperti seseorang yang berfatwa  dalam agama tanpa ilmu. Dan kemudian mengatakan yang halal adalah haram dan yang haram menjadi halal. Mereka tersesat kemudian  menyesatkan, sebagaimana firman Alloh   :

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “ini halal dan ini haram”, untuk mengadakan kedustaan terhadap Alloh. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Alloh tiadalah beruntung.” (QS. an-Nahl [16]: 116)

Dalam tafsirnya, Ibnu Jauzi   berkata: “Sekelompok ulama berpendapat bahwa dusta atas nama Alloh   dan RosulNya   adalah tindakan kekufuran yang mengeluarkan dari agama. Tidak diragukan bahwa dusta atas nama Alloh   dan RosulNya   dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, benar-benar merupakan suatu kekufuran.”

Sebagai contoh orang yang berdusta terhadap Rosululloh   adalah mereka yang berdalih mencintai Rosul   dengan membuat amalan-amalan baru yang tidak disyariatkan dalam agama Islam. Seperti membuat perayaan Maulid Nabi atau hari-hari besar Islam yang nyata-nyata tidak ada contoh dari Nabi   dan para sahabatnya  . Yang demikian itu mereka lakukan dengan beralasan untuk mencintai Nabi   dan menyemangati massa. Padahal haram hukumnya berdusta atas nama Rosululloh   walaupun dalam agama.

Rosululloh   bersabda:
“Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhori dan Muslim) 
Hari ini banyak sekali  jumlah para dai yang mengaku mencintai Nabi  . Namun mereka  tidak menyeru kepada Alloh   dan sunnah nabi   yang suci.

2. Berdusta dalam Jual Beli dan Perdagangan.

Hampir–hampir susah sekali hari ini kita dapati kejujuran dalam bidang perdangan. Demi meraih keuntungan seorang pedagang rela berdusta untuk melariskan barang dagangannya. Bersumpah dengan sumpah palsu dan dusta terhadap barang dagangannya. Memang semakin hari semakin maju dunia bisnis dan perdagangan. Di sisi lain semakin banyak pula kedustaan dalam masalah jual beli dan perdagangan. Kebanyakan para pedagang tidak memperhatikan kaidah-kaidah Syariat Islam. Bahkan kebanyakan para pedagang tidak berilmu dalam seluk-beluk perdagangan seperti hal-hal yang dibolehkan dijual atau tidak. Padahal syariat secara gamblang menjelaskan kaidah-kaidah perdagangan yang halal dan baik.

Akhirnya barang-barang haram dan terlarang menyebar dan laris manis di tengah masyarakat Islam. Semua itu bermula dari ulah para pedagang yang suka berdusta dan bodoh demi meraih keuntungan dunia. 

3.Berdusta untuk Membuat Manusia Tertawa.

Hari ini hampir semua stasiun TV di negeri kita menyuguhkan kepada masyarakat acara lawakan yang sangat mengocok perut. Memang Islam tidak mengharamkan hiburan selama hiburan tersebut tidak terlarang dalam Islam. Terlarang karena adanya unsur kedustaan atau keharaman lainnya seperti mengumbar aurat, gosip yang hakikatnya ghibah, ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan perempuan), musik yang merupakan Qur’an setan, maupun mengadu domba atau namimah. Salah satu yang sedang marak di TV saat ini adalah acara lawakan yang bertujuan membuat manusia tertawa walaupun penuh dusta.

Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, Rosululloh   bersabda:

“Celaka bagi orang yang berbicara tetapi ia berdusta, agar menjadikan orang-orang (yang mendengarnya) tertawa karenanya. Celaka baginya, kemudian celaka baginya.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i)

Hadits tersebut merupakan dalil haramnya berkata dusta untuk membuat orang tertawa karenanya. Haram pula pendengarnya apabila mereka sudah mengetahui kebohongannya. Karena dengan mau mendengarnya, itu berarti menyetujui kemungkarannya. (Ash-Shon’any, Subul as-Salam, 4/202).

Kendati larangan dusta dalam hadits tersebut ditujukan untuk membuat orang tertawa, tetapi bukan berarti yang dilarang hanya dusta yang ditujukan untuk membuat orang tertawa. Sebab, banyak hadits yang menyebutkan bahwa dusta itu sendiri termasuk dosa. Dari Abu Bakar ash-Shidiq  , ia berkata; Rosululloh   bersabda:

“Kalian harus menjauhi dusta, karena dusta akan bersama dengan kejahatan, dan keduanya ada di neraka.” (HR. Ibnu Hibban)

Hadits di atas ingin menunjukkan bahwa berkata dusta yang ditujukan untuk membuat orang tertawa adalah lebih terlarang. Karena itu di akhir hadits diulang sabda beliau   yang maknanya: Celaka baginya, kemudian celaka baginya.

Kalimat pengulangan ini menunjukkan sangatnya larangan tersebut. Sebab dusta itu sendiri sudah merupakan pangkal perbuatan tercela. Dan jika itu dilakukan untuk kepentingan membuat orang tertawa, (yang dapat mematikan hati dan membawa pada lupa serta mewariskan kedunguan), maka perbuatan itu merupakan seburuk-buruk amal.

Oleh karena itu sebagai seorang Muslim yang bertaqwa dan takut pada Alloh   hendaknya menjauhi acara tersebut. Bagaimana ia rela tertawa terbahak–bahak dalam hal yang haram? Tentu ini tidak dilakukan kecuali orang yang tidak takut pada Alloh   dan hari akhir.

4.Menghapus  dan Menyembunyikan Sebagian yang Haq.

Hal ini merupakan kategori dari kedustaan yang terlarang. Seperti menghapus dan menyembunyikan sebagian yang haq karena tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Ini merupakan kedustaan yang sangat berbahaya terutama jika berhubungan dengan hak Alloh   dan RosulNya  . Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi -la’natullohi alaihim- terhadap Islam dan Nabi  .
Alloh   berfirman:

“Orang-orang (Yahudi dan Nashroni) yang telah kami beri al-Kitab (Taurot dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (QS. al-Baqoroh [2]: 146)

Dijelaskan oleh Ibnu Katsir   dalam tafsirnya, bahwa para ulama kaum Yahudi dan Nashroni mengetahui kebenaran Islam yang dibawa oleh Rosululloh   sebagaimana mereka mengetahui anak mereka sendiri.

Artinya mereka mengetahui kebenaran tersebut sebagaimana pengetahuan mereka terhadap anak kandung mereka sendiri yang tak mungkin salah dengan anak selain dia. Namun, disebabkan karena kekufuran mereka, merekapun berdusta dan mengingkari apa yang dibawa Rosululloh  .

5.Dusta  Dalam Hal Kecintaan dan Persahabatan.

Seperti halnya mereka yang mengaku mencintai Nabi   namun tidak mau mengamalkan sunnah-sunnahnya   seperti memelihara jenggot, tidak isbal, selalu mengucapkan salam jika bertemu, tidak merokok, menjauhi pacaran, memakai jilbab dan lain-lain. Karena merupakan kedustaan jika mengaku mencintai Nabi   namun benci atau meninggalkan sunnah-sunnahnya. Bahkan tanda dari kecintaan terhadap Alloh   adalah ittiba’ terhadap sunnah-sunnah beliau  . Sebagaimana Alloh   berfirman:

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku. Niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imron [3]: 31)

Tidak seperti orang-orang Syiah yang mengaku mencintai Nabi   dan ahlul baitnya tapi menuduh istrinya berzina dan kafir. Padahal istri-istri nabi adalah ibu-ibu kaum Muslimin. Sebagaimana firman Alloh  :

“Nabi   itu hendaknya lebih utama dari orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka…” (QS. al-Ahzab [33]: 6)
Dalam ayat lain, Alloh   berfirman:

“Wanita-wanita yang yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik  adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan bagi mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga).” (QS. an-Nuur [24]: 26)

Bagaimana mungkin mereka mengaku mencintai Nabi   sementara menuduh istri Nabi   yang merupakan ibu orang-orang Mukmin berzina dan kafir? Dan tidaklah mungkin bagi Nabi   mempunyai istri seorang pezina karena wanita–wanita yang keji hanya untuk laki-laki yang keji pula. Dengan mengatakan istri Nabi   berzina berarti orang-orang syiah tersebut menuduh Nabi   sebagai orang yang keji yang hanya pantas mendapatkan wanita yang keji pula. Betapa buruknya yang mereka katakan tersebut. Kita berlindung kepada Alloh   dari kejelekan mereka.

Dan bagaimana mungkin mereka mengaku mencintai Nabi   sementara mereka mengatakan para sahabat Rosululloh   yang beliau kabarkan akan masuk surga adalah orang yang kafir? Begitu juga mereka mengaku mencintai ‘Ali   sementara mereka menjadiakan nikah mut’ah (kawin kontrak) sebagai amalan yang utama dalam syari’at mereka? Padahal ‘Ali   sendiri melarang nikah mut’ah di hari Khoibar sebagaimana dalam hadits yang sohih:

 ))أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ   نَهَى عَنْ مُتْعَةِ النِّسَاءِ يَوْمَ خَيْبَرَ وَعَنْ أَكْلِ لُحُوْمِ الْحُمْرِ اْلإِنْسِيَّةِ(( 
“Bahwasanya Rosullulloh   telah melarang (mengharamkan) nikah mut’ah (kawin kontrak terhadap perempuan) pada Perang Khoibar dan memakan daging himar jinak.” (HR. al-Bukhori)

Semua yang dilakukan orang Syiah tersebut adalah kedustaan belaka atas pengakuan cinta mereka kepada Nabi  , istri dan sahabatnya  .

Begitu juga termasuk orang yang suka pacaran. Kecintaan dan persahabatan mereka adalah dusta dan palsu yang penuh dengan hawa nafsu. Seandainya mereka jujur tentunya akan menempuh jalan yang halal dan diridhoi Alloh   yaitu dengan menikah secara syar’i.

6.Dusta yang Disertai Rasa Hasad.

Di sana ada sebagian orang beriman yang ada dalam hatinya penyakit ketika melihat saudaranya lebih tinggi ilmunya, lebih disukai dakwahnya, bahkan lebih tinggi gajinya lantas berbuat hasad padanya. Apalagi jika umurnya lebih rendah daripada dia. Akhirnya berusaha membuat kedustaan untuk mengurangi hak-haknya atau menjatuhkan martabatnya. Na’udzubillah min dzalik.

Begitu juga sikap saling menuduh sesama juru dakwah dengan tuduhan-tuduhan keji tanpa alasan yang benar. Dengan mengatakan dakwahnya sesat, atau dengan menyebar isu-isu agar pengajiannya bubar dan pindah kepengajian dia. Betapa banyak kita dapati lisan yang mengaku dai tapi perkataannya tidak menyeru kepada jalan Alloh   justru penuh dengan hasad kepada dai lainnya.

Kemudian menuduh keikhlasannya serta membuat keraguan akan amal perjuangannya di jalan dakwah. Hal ini sangat banyak kita jumpai di dalam dunia dakwah di kalangan kaum Muslimin sendiri. Dan inilah salah satu penyebab kaum Muslimin saling berselisih hati satu sama lain. Dikatakan oleh sebagian ulama.

“Tidak ada satu jasadpun kecuali ada padanya rasa hasad.”
Kita berlindung kepada Alloh   akan bahaya dusta yang disertai rasa hasad. Demi Alloh   tidak selamat dari fitnah ini kecuali orang-orang yang dirohmati Alloh  .

7.Berlebihan Dalam Berkata dan Memberikan Berita.

Termasuk dari bentuk dusta adalah berlebihan dalam berkata atau berbicara serta menyampaikan berita. Sehingga orang yang mendengarkannya memahami lebih dari realitanya. Inilah kebiasaan para pecundang dari kalangan media massa. Dan cara ini digunakan para musuh Islam untuk menjatuhkan mental kaum Muslimin atau memojokkannya. Seperti gemar mengangkat tema-tema kekalahan kaum Muslimin dalam jihad padahal realitanya tentara kafir jauh lebih kalah. Begitu juga mengangkat tema poligami dan mengomentarinya dalam media seolah ia menjadi sumber kesengsaraan keluarga dan perceraian. Akhirnya umat Islam sendiri benci dan berpandangan miring terhadap sunnah poligami yang menjadi solusi terbaik mengatasi perzinaan dan perselingkuhan.

Oleh karena itu kita diperintahkan oleh Alloh   untuk ber-tabayyun (meneliti kebenaran) terhadap berita yang sampai kepada kita.

Alloh   berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasiq membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar tidak tertimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan menyesal atas perbuatan itu.” (QS. al-Hujurot [49]: 6)

Semua itu diperintahkan Alloh   dalam rangka menghindari kedustaan dalam berbicara dan menyampaikan berita.

8.Dusta Kepada Anak-Anak.

‘Abdulloh bin ‘Amir   berkata: “Suatu hari ibuku memanggilku dan waktu itu Rosululloh   sedang duduk di rumah kami. Ibuku berkata, “Kesinilah nak, ibu kasih sesuatu!” Maka Rosululloh   berkata pada ibuku, “Apa yang ingin engkau berikan pada anakmu?” Ibuku menjawab, “Kurma.” Kemudian Rosululloh   bersabda, “Adapun seandainya engkau tidak memberikan sesuatu pada anakmu maka dicatat hal tersebut sebagai suatu kebohongan.” (HR. Abu Dawud)

Banyak sekali orang tua yang bohong pada anaknya demi mengatasi kerewelan mereka. Terkadang mengimingi anaknya dengan sesuatu untuk menenangkan mereka agar tidak menangis. Misalnya orang tua berjanji ingin membelikan sepatu baru atau mengajak tamasya pada anaknya. Jika orang tua tidak menepati hal tersebut pada anaknya maka yang demikian itu termasuk dalam kategori dusta yang tercela.

1 komentar:

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.