MAKALAH ISLAM NIH
MAKALAH UMUM
PSIKOLOGI DI LINGKUNGAN BARAT
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Psikologi
Pradigma psikologi terus berkembang seiring
berjalannya sejarah dan berkembangnya teori teori baru sehingga definisinya pun terus mengalami
perubahan. Pada tahun 1929, psikologi didefinisikan sebagai studi tentang kesadaran (consciosness).
Antara tahun 1930 sampai dengan tahun 1070-an, psikologi didefinisikan sebagai
studi ilmiah tentang prilaku (behavior). Sesudah itu, psikologi
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang prilaku dan proses mental. Dalam hal
ini definisi psikologi, menyangkut dua hal pokok, yaitu prilaku nampak (overt
behavior) dan proses mental (kognisi). Berdasarkan definisi lain,
psikologi adalah Studi ilmu tentang prilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara etimologi psikologi berarti ilmu yang mempelajari jiwa, baik mengenai
gejalanya, prosesenya maupun latar belakangnya. Woodwoth dan Marqus
mendefinisikan, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari prilaku atau
kegiatan psikis induvidu dalam hubungannya dengan lingkungan (dunia)
disekitarnya.[1]
Kata psikologi
berasal dari bahasa yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti lmu. Dalam perkembangan
selanjutnya, ilmu jiwa tersebut dianggap terlalu abstrak dan kurang ilmiah
sehingga istilah psikologi sebagai ilmu jiwa mulai ditinggalkan. Sejak saat
itu, psikologi dipahami sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang tidak lagi
mempelajari tentang jiwa, tetapi membicarakan tentang gejala-gejala jiwa yang
terlihat dan terukur. Sejak saat itu, gejala-gejala kejiwaan tersebut dikenal
dengan gejala-gejala psikologis atau psikis.[2]
Psikologi,
baru diakui sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Willhems Wundt
mendirikan laboratorium psikologi pertama didunia. Pada tahun 1879, Wundt
mendirikan laboratorium psikologi pertama di Universitay of Lipzig,
German. Dengan adanya laboratorium ini, maka untuk memahami manusia telah diguanakan
metode ilmiah, sehingga terpenuhilah syarat
psikologi untuk menjadi ilmu pengetahuan. Tahun berdirinya laboratorium Wundt (1879)
tersebut diakui sebagai tahun berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Sebagai ilmu,
psikologi memiliki tiga fungsi ilmu, yaitu:
1.
Menjelaskan (understanding
function): yaitu mampu menjawab apa, bagaimana, dan mengapa prilaku itu
terjadi. Hasilnya berupa deskripsi atau bahasan yang sifatnya memberi
penjelasan.
2.
Memprediksi (prediction
function): yaitu mampu memprediksi dan mendeteksi prilaku
apa dan bagaimana yang akan terjadi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya
(fungsi predicting).
3.
Pengendalian (Control function):
yaitu mengendalikan prilaku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa
tindakan yang sifatnya pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi.
Orang belajar psikologi agar mampu menguasai dirinya dan terampil mengatasi
permasalahan dengan psikologi.[3]
B. Sejarah Psikologi
Pada garis besarnya, sejarah
psikologi dibagi dalam tiga Periode, yaitu yunani kuno, pasca Renaisans dan
akhirnya akhir abad 19.
1.
Psikologi Menjadi Bagian Dari Filsafat ( Masa
Yunanii Kuno )
Pada awalnya
psikologi adalah sebagai bagian dari filsafat (sejak zaman sebelum masehi
sampai abad pertengahan). Psikologi
sebagai bagian dari filsafat yaitu ilmu yang mencari hakikat sesuatu dengan
menciptakam pertanyaan dan jawaban secara terus menerus sehingga mencapai
pengertian yang hakiki. Objeknya adalah hakikat jiwa dan menggunakan metode
argumentasi logika.
Tokoh-tokohnya
adalah Plato, Aristoteles, Descartes, John Locke.
a.
Plato ( ± 400 tahun SM )
Menurut Plato, jiwa
manusia itu terdiri dari dua bagian, yaitu : jiwa rohaniah dan badaniah. Jiwa
rohaniah berasal dari dunia abadi karena itu kekal tidak pernah mati, sedangkan
jiwa badaniyah akan gugur bersama-sama dengan ragam manusia. Jiwa rohaniyah sebagai jiwa yang tertinggi bersumber pada ratio
dan logika manusia, dan jiwa bertugas menemukan kebenaran yang abadi yang
terletak dibalik kenyataan didunia ini hal ini dilakukan dengan cara berfikir
dengan ratio dan mengingat akan ide-ide yang benar yang berasal dari dunia
abadi.
b.
Aristoteles ( tahun 384 – 323 SM )
Meskipun Aristoteles murid Plato, akan tetapi
pendapat filsafatnya tentang jiwa berbeda dengan Plato. Kalau menurut Plato
hanya manusia yang mempunyai jiwa, tetapi menurut Aristoteles semua makhluk
hidup mempunyai jiwa; dan jiwa ini bertingkat-tingkat. Taraf paling rendah
dimiliki oleh jiwa tumbuh-rumbuhan yang disebutkan “jiwa Vegetatif”
seseudah itu terdapat jiwa hewan atau “jiwa Sensitif” dan pada akhirnya
terdapat jiwa manusia atau “jika intelektif” yang mempunyai taraf kehidupan
yang tertinggi. Pembagian taraf kehidupan tersebut berdasarkan taraf-taraf daya
kemampuan yang dimiliki masing-masing jiwa itu.
c.
Descartes ( 1596- 1650
)
Descrates seorang tokoh filsafat aliran
rasionalisme juga mempunyai pengaruh yang cukup besar kepada perkembangan ilmu
jiwa. Menurut Descartes, manusia itu terbagi dua macam zat yang secara hakiki
berbeda, yaitu : “rescognitas” atau zat yang dapat berfikir dan “res
extensa” atau zat yang mempunyai luas. Zat yang pertama adalah zat yang
bebas, tidak terkait oleh hukum alam serta bersifat rohaniah. Sedangkat zat
yang kedua adalah yang bersifat materi, tidak bebas, terkait dan dikuasai oleh
hukum alam. Jiwa manusia terdiri dari zat roh itu, sedangkan badannya terdiri
dari zat materi. Kedua zat itu berbeda dab terpisah kehidupannya dan satu sama
lainnya dapat dihubungi melalui sebuah kelenjar yang ada didalam otak.
d.
John Locke ( 1632 – 1704
)
Filosof
lainya yang pendapatnya cukup penting dalam riwayat perkembangan ilmu jiwa
ialah John Locke, seorang inggris yang telah menjadi pendahulu aliran ilmu jiwa
filsafat yang disebut aliran ilmu jiwa asosiasi.
Locke ini juga mewakili aliran filsafat
empirisme. Menurut aliran ini, pengalaman atau empiris itulah yang menjadi
sumber segala pengetahuan dan gejala-gejala kejiwaan manusia; dalam hubungan
ini John Locke berpendapat :
1.
Semua pengetahuan, tanggapan dan
perasaan jiwa manusia itu diperoleh karena pengalaman melalui alat-alat
inderanya. Pada waktu dilahirkan, jiwanya kosong bagaikan sehelai kertas putih
yang tidak tertulisi (Tabula rasa). Segala-galanya yang “ tertulis “
pada helai kosong tadi tertulis oleh pengalam-pengalamannya sendiri sedari
kecil mula, melalui alat panca inderanya. Semua pergolakan jiwanya itu tersusun
oleh pengalaman-pengalaman melalui panca inderanya.
2.
Susunan gejala-gejala jiwa manusia
menurut Locke itu pada akhirnya terdiri atas unsur-unsur pengalaman sederhana
yang menggabungkan diri menjadi gejala-gejala jiwa yang lebih rumit, seperti
komplek-komplek perasaan, berteori yang lebih sulit, dan sebagainya.
Unsur-unsur pengalaman yang sederhana itu ada dua macam yaitu Sensation
dan Reflektion.[4]
Pendekatan
dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical
observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan
dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation
and observation, the real activity of living organism. Pada masa ini
perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip
yang dianalogikan dengan gejala alam. Ada 5 orientasi : naturalistic,
biological, mathematical, eclectic, dan humanistic.
1.
Naturalistic : adanya
elemen dasar bagi penentu kehidupan. Contoh : Thales (air), Anaximenes (udara).
Ide tentang Permanence vs Change dari zat yang
dianalogikan kepada aktivitias manusia, menimbulkan ide tentang jiwa Pola pikir deduktif : generalisasi
gejala alam pada perilaku manusia.
2.
Biologic : Mengangkat
posisi manusia di atas gejala alam yang lain, memisahkan proses-proses pada
manusia dari proses-proses yang ada pada mahluk lain di alam. Proses-proses
fisiologis primer untuk menjelaskan perilaku manusia Tokoh : Hippocrates,
Alcmeon, Empedocles.
3.
Mathematical : Pendekatan
yang melangkah lebih jauh dari dasar dunia fisik, mengarahkan pada hal-hal yang
logis tapi abstrak, merupakan bekal bagi kekuatan reason.
4.
Eclectic : Menentang
ide adanya suatu prinsip dasar dan ‘kebenaran umum’. Idenya sangat mendasar
berbeda dari orientasi lainnya. Menekankan pada informasi sensoris, sangat
operasional dan praktis Sikap ilmuwan harus skeptik Tokoh : The sophists-
universal lecturers.
5.
Humanistic : Fokus :
rationality & intentionality. Ratio adalah penentu kehidupan manusia
beserta segala konsekuensinya. Tokoh utama : Socrates.[5]
Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia
telah berilmu jiwa yaitu memikirkan secara khusus apa sebenarnya hakekat jiwa
manusia itu termasuk jiwa-jiwa makhuk lainya. Pemikiran pemikiran yang dilakukan orang-orang dahulu untuk memperoleh
pengetahuan tentan hakikat jiwa tersebut ditempuh dengan cara berfilsafat. Dan
hasil pemikiran filsafat pada zaman lampau ialah “atomistis” yaitu bahwa
jiwa manusia itu dianggap sebagai sesuatu yang konstan dan tidak berubah-ubah
dan jiwa demikian itu dapat dianalisa kedalam unsur-unsurnya tersendiri yang
masing-masing bekerja sendiri-sendiri terpisah satu dengan yang lainnya.
Pandangan ilmu jiwa zaman lampau yang filosofis dan atomistis itu jelasnya
tidaknya menganggap bahwa jiwa manusia terpisah dari raganya, akan tetapi juga
menganggap jiwa tersebut mimiliki daya-daya tertentu yang bekerja / berfungsi
sendiri-sendiri secara terbatas tanpa ada hubungan yang berkesinambungan antara
satu dan yang lainnya. Pandangan atomistis seperti ini nampak jelas pada hasil
pemikiran para filosof pada sejak zaman Plato sampai
pertengahan adab ke-19 ; sebagai pandangan yang khas dari pada ilmu jiwa zaman lampau ketika masih
dalam lingkungan filsafat, dan belum berdiri sendiri sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang otonom dengan metode otonom pula. Hal yang terlahir ini baru terjadi pada
akhir abad 19, dengan lahirnya aliran “experimental psychology” yang
tidak hanya berfilsafat saja mengenai gejala-gejala kejiwaan melainkan juga
menelitinya secara empiris dengan menggunakan metode-metode penelitian ilmiah
yang seobjek mungkin.[6]
2. Psikologi Menjadi bagian Fisiologi ( Pasca Renaisans )
Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal (Fisiologi) muncul pada abad 19 seiring dengan kemajuan
ilmu alam (natural science) . Pada fase ini pemikiran tentang manusia
terus berkembang dan banyak dilakukan eksplorasi fisiologis manusia secara
empiris. Pada fase inilah mulai ada jawaban yang empirik dan ilmiah dari
pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di masa lalu: Apa itu jiwa (soul)
?, Bagaimana bentuk konkritnya ?, Bagaimana mengukurnya ?, Bagaimana hubungan body-soul
? , Konteks keilmuan abad 19 : Riset empirik yang banyak dilakukan pada bidang
fisiologis mencakup : aktivitas syaraf, sensasi/penginderaan, dan fisiologis otak.
Hasil riset pada ketiga bidang ini sangat signifikan membuka wawasan mengenai
manusia sehingga memperkuat pandangan para ilmuwan saat itu akan pentingnya
strategi empiris yang sistematis dalam setiap bidang keilmuan. Bagi psikologi
hasil-hasil ini memberi jalan untuk membangun dasar fisiologis bagi
operasi-operasi mental.[7]
Pola pikir lebih
mekanistis dalam memandang alam dan manusia, artinya alam memiliki system,
dapat diramalkan, dan tidak tunduk pada hukum-hukum spiritual belaka. Manusia
juga memiliki alasan kemampuan untuk berfikir logis sehingga tidak hanya tunduk
total kepada hukum spiritual dan kesetiaan. Pada periode itu muncul teori Newton
tentang grafitasi, teori Heliosentris Copernicus (bertentangan
dengan galileo), berkembang teori mind-body solution dari
Descartes (manuisa memiliki dimensi jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan).
Sebenarnya ada tiga
bidang yang berkembang pada periode psikologi menjadi bagia dari fisiologi,
yaitu :
a. Fisiologis :
Kemajuan-kemajuan
dibidang fisiologis meliputi riset-riset dibidang aktifitas syaraf, sensasi dan
otak yang memberi dasar empiris bagi fungsi-fungsi yang sebelumnya dianggap
fungsi dari soul (jiwa), yang juga sebelumnya dianggap sangat abstrak.
Tokoh-tokoh yang
mengembang bidang fisiologis pada periode tersebut adalah : Sir Charles Bell
(1774-1842), Charles Bell-franscoise Magendie (1783-1855), Johannes Mueller
(1801-1858), Paul Broca (1824-1880), Fierre Flaurens (1794-1867).
b. Psikofisiologis
Psikofisiologis,
adalah bagian dari disiplin ilmu fisiolofi yang memfokuskan pada Subjectif Experience dalam mempelajari
hubungan antara stimulus fisik dan sensasinya. Sensasi yang dirasakan oleh
panca indera manusia dipandang sebagai refleksi hubungan soul-body dan
tidak semata-mata dijelaskan dari sudut anatomi atau fisik saja. Psikofisiologis
merupakan tahap transis yang krusial antara bidang fisiologis dengan awal
pemunculan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu oleh karena itu para tokoh
psikofisiologis dapat dianggap sebagai tokoh pendiri psikologi.
Tokoh-tokoh penting
yang mengembangkan psikofisiologis pada periode itu adalah : Gustav Theodor
Fechner dan Hermann Von Helmholtz (1821-1894).[8]
c. Evolusi da Psikiatri
Evolusi , yang
dikemukakan oleh Charles Darwin (1809-1882), merupakan titik penting dalam
pemikiran mengenai manusia karena mengajukan ide bahwa keberadaan manusia
merupakan bagian dari proses adaptasi makhluk hidup dengan alam manusia bukan
secara spesial diciptakan dan dengan demikaian perbedaannya dengan makhluk lain
hanya bersifat gradual bukan kualitas. Pandangan ini penting dan relevan sekali
bagi perkembangan psikologi, terutama memberika ide mengenai individual
defferience, perbedaan antar induvidu juga sifatnya hanya gradual, bukan
kualitas. Tokoh lain yang menegembangkan teori Evolusi Francis Galton
(1822-1911) yang dikenal sebagai bapak psikologi experimental Inggris.
Ganton menampilkan aspek dan keguaan praktis dari teoti evolusi Darwin,
mentranfer teori Darwin dari kontek biologis ke dalam konteks perbaikan dalam
masyarakat.
3.
Psikologi sebagai ilmu
yang mandiri ( akhir abad 19 )
Psikologi dikukuhkan sebagai ilmu yang berdiri sendiri,
sejak labolatorium psikologi pertama didunia didikaran di Lipzig, tahun 1879,
oleh Willhelm Wundt. Wundt mempelajari indera terutama penglihatan. Metode yang
dipakai mempelajari proses mental introspeksi dan experiment (salah satunya
adalah waktu reaksi). Sejak psikologi berdiri sendiri dengan menggunakan
metode-metodenya sendiri dalam pembuktian dan penyelidiakannya kemudain
timbullah aliran-aliran yang bercorak khusus. Tahun 1883 berdiri labolatorium
serupa di Universitas John Hopkins.
a. Pada Tahun 1979, Willhelm Wundt (filsof, dokter, sosiolog dan ahli
hukum dari german) mendirikan labolatorium psikologi di lipzig, german.
Labolatorium ini merupakan labolatorium psikologi pertama didunia.
b. Wundt menyatakan bahwa objek telaah psikologi bukan lagi berupa hakikat
jiwa, yang tidak bisa di observasi tetapi femonema-fenomena kejiwaan berupa
prilaku.
c. Wundt juga menyataka bahwa gejala-gelaja jiwa tidak dapat diterangkan
semata-mata berdasarka proses alam sebagaimana dijelaskan melalui fisiologi.
Fisiologi hanya berfungsi sebagai ilmu bantu psikologi.
d. Gejala-gejala jiwa diteliti oleh Wundt
dilaboratorium dengan menggunakan metode eksperimen.
e. Eksperimen dilakukan dengan teknik tertentu dan faktor subjek tidak
dapat diabaikan. Untuk itu Wundt
menggunakan teknik intropeksi.
f. Hasil-hasil penelitian Wundt
dipublikasikan dalam bentuk buku dan sejak itu psikologi diakui sebagai suatu
disiplin ilmu dan kemudian mengalami perkembangan yang pesat yang ditandai
dengan munculnya aliran dan cabang.
g. Tahun 1890 terbit buku The Principle Of Pyschology oleh William
James (1842-1910) yang setahun kemudian menjadi professor psikologi dan sejak
itu hampir semua Universitas di Amerika memiliki fakultas psikologi yang
mandiri.
Diindonesia
perkembangan Psikologi dimulai pada tahun 1953 yang diplopori oleh Slamet Iman
Santoso dengan mendirika lembaga pendidikan psikologi pertama yang mandiri dan
pada tahun 1960 lembaga tersebut sejajar dengan fakultas-fakultas lain di
universitas Indonesia dan kemudian dikembangkan di UNPAD dan UGM. Belakanga ini
kemajuan psikologi semakin pesat ini terbukti dengan munculnya tokoh-tokoh
baru, misalnya B.F. Skinner (pendekatan Behavioristik), Maslow (teori
aktualisasi diri), Roger Walcott (teori belahan otak), Albert
Bandura (social Learning teory), Daniel Goleman (kecerdasan emosi),
Howard Gadner (multiple intelegences), dan sebagainya.[9]
C.
Ruang Lingkup Kajian Psikologi
Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu yang
khas mempelajari tingkah laku individu mempunyai ruang lingkup yang cukup luas
mencakup berbagai lapangan dan tingkah laku manusia.
Menurut lapangannya ada psikologi yang sengaja
dikembangkan untuk kegunaan praktek (disebut : psikologi praktis atau
Applied Pyschology) misalnya : Psikologi kedokteran, psikologi pastoral,
psikologi krimanil dan sebagainya. Disamping itu ada pula psikologi yang
dipelajari dan dikembangkan untuk kepentingan berteori (psikologi teoritis)
baik yang menyangkut “ jiwa umum” maupun “ jiwa khusus” yang terdapat pada
individu-individu tertentu ; sehingga dikenal ada “ Psikologi umum “ dan “
Psikologi khusus “ ( Psikologi perkembangan, Psikologi pendidikan. Psikologi
sosial, Psikopathologi, dan sebagainya ).
Apabila pada psikologi khusus objeknya adalah
kekhususan dari pada tingkah laku atau kegiatan psikis individu maka objek
psikologi umum adalah tingkah laku atau kegiatan psikis individu yang umumnya
terdapat pada semua orang yang normal ( dalam keadaan biasa, tdak
berkelainan atau abnormal atau tidak dalam kondisi atau situasi tertentu ),
berbudaya dan bersifat dewasa ( artinya : kondisinya matang atau jenis dan
tarafnya juga lengkap ). Dan jiwa umum yang dimaksud adalah menyangkut
gejala jiwa seperti : pengamatan, perhatian, tanggapan, berfikir, perasaan,
fantasi, ingatan, kepribadian dan sebagainya.[10]
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius;
melibatkan biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan
dilengkapi oleh sosiologi dan antropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial.
Beberapa bidang kajian psikologi diantaranya :
1.
Psikologi pendidikan
Mempelajari bagaimana manusia belajar,
keefiktifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi
sekolah.
2.
Psikologi Perkembangan
Mempelajari perkembangan manusia
dan faktor-faktor yang membentuk prilaku manusia jejak lahir sampai lanjut
usia.
3.
Psikologi Sosial
Mencakup tiga ruang lingkup, yaitu
:
a.
Studi tentang pengaruh sosial
terhadap proses individu, misalnya : motivasi belajar, atribut.
b.
Studi tentang proses-proses
individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, prilaku meniru dan lain-lain.
c.
Studi tentang interaksi kelompok,
mislanya: kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerja sama dalam
kelompok, persaingan dan konflik.
4.
Psikologi Kepribadian
Mempelajari prilaku manusia dalam
menyesuaikan diri angan lingkungan, kepribadian adalah hasil dari perkembangan
individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.
5.
Psikologi Industri
Memfokuskan pada studi untuk
mengembangkan, mengevaluasi, dan memprediksi kemeja induvidu.
6.
Psikologi Kerekayasaan
Berkaitan dengan interaksi antara
manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia (human error). Ketika
berhubungan dengan mesin.[11]
BAB III
PENUTUP
D.
Kesimpulan
Psikologi adalah Studi ilmu tentang prilaku
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara etimologi psikologi berarti ilmu
yang mempelajari jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesenya maupun latar
belakangnya.
Sejarah Psikologi dibagi tiga Masa :
1. Masa
Yunani Kuno (Bagian dari Filsafat)
2. Masa
Renaisans (Bagian dari Ilmu Fisiologi)
3. Masa
Akhir Abad 19 (Sebagai Ilmu yang Mandiri)
Ruang Lingkup Kajian Psikologi
:
Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius;
melibatkan biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan
dilengkapi oleh sosiologi dan antropologi pada perbatasannya dengan ilmu
sosial. Beberapa bidang kajian psikologi diantaranya :
1.
Psikologi pendidikan
2.
Psikologi Perkembangan
3.
Psikologi Sosial
4.
Psikologi Kepribadian
5.
Psikologi Industri
6.
Psikologi Kerekayasaan
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf, M.
Sabri, cetakan ke-5 2010, Pengantar Psikologi Umum & perkembangan.
Jakarta: PEDOMAN ILMU JAYA.
Sumanto,
cetakan ke-1 2014, Psikologi Umum. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic
Publishing Service)
[1] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi
umum,Yogyakarta : CAPS (Center of Academic Publishing Service),thn 2014,hlm: 1
[5] http://rumahbelajarpsikologi.com, tanggal 25 Maret 2014, pukul 20.30
[6] Drs. M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,
Hlm: 17-22
[7] http://rumahbelajarpsikologi.com, tanggal 25 Maret 2014, pukul 21.00
[8] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi
umu,hlm:15-16
[9] Dr. Sumanto, M.A, Pikologi
umum ,hlm : 12-22
[10] Drs. M. Alisuf Sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,Hlm:
5
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.