SEJARAH NIH
PERKEMBANGAN KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA DAN KERAJAAN MUGHOL DI INDIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol,kekuatan
politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa
peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan
bangsa Mongolitu. Namun kenalangan tidak berhenti sampai di situ. Banyak
pusat-pusat kekuasaan Islam yang dihancurkan oleh Timur Lenk.
Keadaan umat
Islam secara keseluruhan baru milainmengalami kemajuan kembali setelah muncul
tiga kerajaan besar: Utsmani di Turki, Mughal di India, dan safawi di Persia.
Kerajaan Utsmani merupakan kerajaan yang paling pertama berdiri dan yang
terbesar dibanding dua kerajaan lainya.
Pada waktu
kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia
masih baru berdiri. Gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan Iran dan
mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722.Sang pendiri
mengawali gerakannya dengan seruan untuk memburnikan dan memulihkan kembali
ajaran Islam.
Kerajaan
Mughal berdiri, setelah seperempat abad berdirinya kerajaan Safawi, kerajaan
Mughal di India dengan Delhi sebagai ibu kotanya. kerajaan Mughal bukanlah
kerajan Islam pertama di anak Benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi
pada masa khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah. Akan tetapi Kerajaan
Mughal termasuk salah satu kerajaan yang sangat berperan penting dalam membangun peradaban Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah
perkembangan kerajaan Safawi di Persia.
2.
Apa faktor kemajuan
dan kemunduran yang dialami kerajaan Safawi di Persia.
3.
Bagaimana sejarah
perkembangan kerajaan Mughol di India.
4.
Apa faktor kemajuan
dan kemunduran yang dialami kerajaan Munghol di India.
BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan Syafawi
A.
Sejarah Perkembangan
Kerajaan Safawi.
Ketika kerajaan
Turki Utsmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia
masih baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Dalam
perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki
Usmani.Berbeda dengan dua kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki
Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan Syi'ah dijadikan sebagai madzhab
negara. Karena itu, kerajaan Safawidianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya
negara Iran dewasa ini.
Kerajaan Safawi berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil sebuah desa yang berada
di kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah ynag dinisbatkan pada nama pendirinya Safi Al-Din (1252-1344
M), salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Dan nama
safawi ini terus dipertahankan sehingga tarekat ini menjadi sebuah gerakan
politik. Bahkan, nama tersebut terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil
mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari
keturunan orang terhormat dan bermadzhab sufi dalam hidupnya. Gurunya bernama
syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan
Zahid Al-Gilani. Karena prestasinya dalam kehidupan yasawuf, Safi Al-Din
diangkat menjadi menatu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat
Safawiyah setelah gurunya wafat pada tahun 1310 M.
Pada awalnya gerakan tarekat
tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada
akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. Tarekat ini menjadi semakin penting
setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia,
Syiria dan Anatolia. Di negri-negri di luar Ardabil, Safi Al-Din menempatkan
seorang wakil yang memimpin murid-muridnya.Dalam perkembangannya penganut
tarekat Safawiyah sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai
dengan kuatnya keinginan mereka untuk berkuasa karena dengan berkuasa mereka
dapat menjalankan ajaran agama yang telah mereka yakini (ajaran Syi'ah).Karena
itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur,
fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain
Syiah.
Bermula dari
prajurit akhirnya mereka memasuki Dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan
Juneid (1447-1460 M).Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan
kegiatan politik di dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.Perluasan kegiatan ini
menimbulkan konflik dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku
bangsa Turki, yang akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan
kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa
Diyar Bakr, AKKoyunlu, juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan,
yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Juneid mencoba
merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut Sircassia
tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia terbunuh
dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya Haidar
secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu Uzun
Hasan dan lahirlah Isma'il yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi
di Persia dan mengatakan bahwa Syi'ahlah yang resmi dijadikan mazdhab kerajaan
ini. Kerajaan inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara Iran3.
Gerakan Militer Safawi yang
dipimpin oleh Haidar di pandang sebagai rival politik oleh AK Koyunlu setelah
ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi menyerang
wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer
kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh (Holt, 1970:396).
Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk menuntut balas
atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu.Akan tetapi Ya'kub pemimpin
AK Koyunlu menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim, Ismail
dan ibunya di Fars (1489-493 M).Mereka dibebaskan oleh Rustam, putera mahkota
AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya.Setelah
dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil.Namun, tidak lama kemudian
Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan Ali terbunuh (1494 M)
(Holt, 1970:397).
Periode selanjutnya, kepemimpinan
gerakan Safawi di serahkan pada Ismail.Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya
bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang di
persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan
Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba
putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan
mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja
pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I (Brockelmann, 1974:398).
Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara 1501-1524 M. Pada sepuluh tahun
pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, Buktinya ia dapat
menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1503 M), menguasai
propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr (1505-1507
M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508 M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan.
Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah kekuasaannya sudah meliputi seluruh
Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) .
Bahkan tidak sampai di situ saja,
ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan wilayah kekuasaan ke
daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.Ismail berusaha merebut dan
mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi dalam
peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang di pimpin
oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz.Kerajaan Safawi terselamatkan dengan
pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan militer
Turki di negerinya (Hassan, 1989:337).
Kekalahan tersebut meruntuhkan
kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.Akibatnya dia berubah, dia lebih senang
menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.Keadaan itu berdampak
negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya terjadi persaingan dalam merebut
pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi antara pimpinan sukusuku Turki,
pejabat keturunan Persia dan Qizibash (Yatim, 2003:142).
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan
Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan
besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I
(1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda
(1577-1567M).Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan.Hal
ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang
lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam
kerajaan Safawi sendiri.
Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)
B.
Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi kerajaan Safawi yang
memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik
tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah
yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1.
Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru
yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan
Sircassia.
2.
Mengadakan perjanjian damai dengan
Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan
disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam
Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas
menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera diIstambul
(Borckelmann, 1974:503). Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia
berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas
negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang
pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang
sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.Kemajuan yang di capai kerajaan
Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik, melainkan bidang lainnya juga
mangalami kemajuan. Kemajuan-kemajaun
itu antara lain :
1.
Bidang Ekonomi
Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan
penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi
Bandar Abbas.Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat
dan Timur.Di samping sector perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan
dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang
sangat subur (Fertille
Crescent).
2.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai
bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakanobservasi tentang
kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).
3.
Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota
kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang
diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota Isfahan juga diperindah dengan
kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda
seni lainnya.
C.
Kemunduran dan
Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi
berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas
II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II
(1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi
kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru
memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.Raja Safi
Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi karena dia seorang
raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan. Di lain
sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan mundurnya
kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota Qandahar lepas dari
kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal yang ketika itu
diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut oleh kerajaan
Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman
keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman
juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang
dicurigainya. Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah.Ia
diganti oleh Shah Husein yang alim.Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para
ulama Syi'ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni.
Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka
berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka,
1981:71).Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M
di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan
pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut negeri-negeri
Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah
Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan mengangkatnya menjadi
gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan (budak Husein). Dengan
pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun 1721 M, ia
merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan memaksa Shah
Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M Shah Husein menyerah
dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan dengan penuh kemenangan (Holt,
1970:426).
Salah seorang putera Husein,
bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku Qazar dari Rusia,
memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa atas Persia dengan
pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M,
Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan
mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud,
yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun
1729 M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti
Safawi kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat
oleh Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika
itu masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736,
Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia (Holt, 1970:428-429).
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi adalah:
1.
Adanya konflik
yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang
bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah
ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2.
Terjadinya
dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu
narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah
sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan
Husein.
3.
Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata
tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semang-at Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental
karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya
ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.
Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
Kerajaan Mughol
A. Sejarah perkembangan kerajaan Mughol di India.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya
KerajaanSafawi.Jadi, diantara tiga keajaan besar Islam tersebut,
kerajaan inilah yang termuda.Kerjaan Mughalbukanlah kerajaan Islam pertama di
anak BenuaIndia.Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa
Khalifah AlWalid,dari dinasti Bani Umayah. Penaklukan wilayah ini dilakukan
olehtentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim (Yatim,2010:
145)
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota didirikan
olehZaharuddin Babur (1482-1530 M) , salah satu dari cucu Timur Lenk.Ayahnya
bernama Umar Mirza penguasa Ferghana.Babur mewarisi Ferghana dari ayahnya
ketika berumur 11Tahun. Pada tahun 1494 M, diaberhasil menduduki Samarkand yang
menjadi kota penting di Asia Tengahdengan bantuan dari Raja Safawi, Ismail I.
Kemudian di tahun 1504 M, KotaKabul di Afghanistan berhasil diduduki.
Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Raja Babur
melanjutkanekspansinya ke India untuk melawan raja Ibrahim Lodi sebagai
penguasaIndia.Karena terjadi krisis pemerintahan di India, hal ini
menguntungkanpihak Babur. Dengan mengerahkan militernya akhirnya pada tahun
1525 M,berhasil menaklukkan Punjab dengan ibukotanya Lahore, dan di tahun
1526M terjadilah pertempuran yang
dahsyat antara pasukan Ibrahim denganBabur di Panipat, Babur berhasil memasuki
kota Delhi pada tanggal21 April1526, sebagai pemenang dan menegakkan
pemerintahan dengan mendirikankerajaan
Mughal di Delhi. (Yatim, 2010: 147)
B.
Raja- raja yang memimpin kerajaan Mughol.
Ada pun susunan penguasa kerjaan mughal sebagai berikut
1. Zahiruddin Babur (1482-1530 M)
2. Humayun (1530-1539 M)
3. Akbar Syah I (1556-1605 M)
4. Jehangir (1605-1628 M)
5. Syah Jehan (1628-1658 M)
6. Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M
7. Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
8. Azimus Syah (1712 M)
9. Jihandar Syah (1712 M)
10. Farukh Siyar (1713-1719 M)
11. Muhammad Syah (1719-1748 M)
12. Ahmad Syah (1748-1754 M)
13. Alamghir II (1754-1759 M)
14. Syah Alam II (1759-1806 M)
15. Akbar II (1806-1837 M)
16. Bahadur Syah II (1837-1858 M)
C. Perkembangan Dan Kemajuan Peradaban Kerajaan Mughal
Stabilitas politik dan pemerintahan yang baik di masa
raja Akbar membawa dampak bagi kemajuan di berbagai bidang.
1.
Kemajuan di bidang
Politik dan Sosial
Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masapemerintahan
PutraHumayun, Akbar Khan (1556-1605 M).Sistem Pemerintahan Akbar
adalahmiliteristik.Akbar berhasilmemperluas wilayah sampai Kashmir dan
Gujarat.Pejabatnyadiwajibkan mengikuti latihan militer.Politik Akbar yang
sangatterkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulakhul atautoleransiuniversal.
Dengan politik ini semua rakyat Indiadipandang sama. Mereka tidakdibedakan
etnis dan agamanya.(Yatim,
2010 : 150)
Sehingga di masa Akbar, kerajaan tidak dijalankandengan kekerasan, ia
banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak
dipandangnya sebagai oranglain.
Amiramir dan sultan-sultan Islam yang selama iniberkuasa di
daerahnya sendiridengan cara kesewenang-wenanganbersama dengan para maharaja
beragamaBrahmana, berkat Akbarsemuanya telah menjadi tiang-tiang bagi sebuahimperium
Islamyang besar di Benua India. Di samping itu, pemerintahan tidakdipegangnya
sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri.Kepadapemungut pajak diperintahkan
dengan keras agar tidak memungutpajak dengan memaksa danmemeras.Di dalam
persoalan agama,beliau sangat toleran dan bagi orang yangberagam Hindudihormati
oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agamaIslam (Hamka, 1981: 150).Dengan
demikian, Akbar adalahseorang reformis Kerajaan Mughal yang telah
menatapemerintahan dengan sistem yang lebih baik dibanding dengankerajaan-kerajaan
sebelumnya. Di bidang agama, ia adalahsebagai tokoh moderat yang memberikan
kebebasan kepadapemeluknya untukmelaksanakan ibadah sesuai dengankeyakinannya
masing-masing.
Denganadanya kebijakan seperti di atas, rakyat Indiasangat simpati
kepadanya dankehidupan sosial masyarakat
salinghormat-menghormati serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi.
2.
Kemajuan di bidang Pengetahuan dan Seni
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi KerajaanMughal pada abad
ke-17,mengalami kemajuan dalam bidangpengetahuan, seni, dan budaya. Di bidangpengetahuan
kebahasaanAkbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasanasional, yaitubahasa
Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagaibangsawan dan bahasa Persia
sebagai bahasa istana dankesusastraan (Hamka, 1981: 152). Selain itu, Akbar
telah memodifikasi tiga bahasa tersebut ditambahdengan bahasa Hindudan menjadi
bahasa Urdu (Hamka, 1981: 152). Di bidang filsafatcukup maju dan satu di antara
tokohnya adalah Akbar sendiri,sementaraahli tasawuf yang terkenal pada
masa itu adalahMubarok, Abdul Faidhl, dan Abul Fadl, (Hamka, 1981: 152)
Sementara karya seni yang paling menonjol adalahkaryasastra
gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupunbahasa India.Penyair
Indiayang terkenal adalah MalikMuhammad Jayadiseorang sastrawan sufi yang
menghasilkankarya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris
yangmengandung pesan kebijakan jiwa manusia. Padamasa Akbar,dibangun Istana
Fatpur di sikri, vila, dan masjid yang indah. Padazaman Syah Jehan, dibangun
masjid berlapiskan mutiara danTajmahal di Aqra,Masjid Raya Delhi di Istana
Indah, Lahore,(Yatim, 2010:151).Sultan-sultan Mughal juga mendirikanmakam-makam
yang indah.Berdasarkan uraian di atas maka ilmupengetahuan, seni, dan budaya
pada masa Kerajaan Mughal majucukup pesat, khususnya pada masa Akbar.
3.
Kemajuan di bidang
Ekonomi
Sektor ekonomi utama kerajaan
Mughal berasal dari hasilpertanian seperti bijibijian, padi kapas, nila,
rempah-rempah dll,bahkan hasil pertanian
ini dieksporke negara Eropa, Afrika, Arabia dan Asia tenggara bersama dengan
hasil kerajinan sepertipakaian tenun dan
kain tipis yang banyak diproduksi di Gujaratdan Bengal. Bahkan untuk meningkatkan hasil produksinyaJengahir mengizinkan
Inggris (1611M) dan Belanda (1617M)mendirikan pabrik pengolahan hasilpertanian
di Surat. (Yatim,2010: 150)
Kemajuan yang dicapai Akbar dapat
dipertahankan oleh tigasultan berikutnya yaitu, Jehangir (1605-1628), Syah
Jehan (1628-1658) dan Aurangzeb (1658-1707), ketiganya merupakan sultansultanbesar
Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan dan kekuatan militer tetapi
setelah terjadi pergantian raja rajasesudahnya kerajaan Mughal mengalami kehancuran.
(Yatim,2010: 150-151)
D.
Faktor-Faktor
kemunduran kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah.Bagaimanapun,umat Islam di masa
ini termasuk golongan minoritas ditengah mayoritas Hindu.Ada beberapa faktor
yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughalmundur danmembawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 Myaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan
kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai
tidakdapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elitepolitik, yangmengakibatkan
pemborosan dalam penggunaan uangnegara.
3. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalammelaksanakan
syariat Islamtanpa adanya toleransi antar umatberagama Islam dengan Hindu, sehinggakonflik antaragamasangat sukar
diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
4. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruhterakhir
adalah orang-orang lemahdalambidangkepemimpinan.(Yatim,2010:163)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan Safawi berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil sebuah desa yang berada
di kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah ynag dinisbatkan pada nama pendirinya Safi Al-Din (1252-1344
M), salah satu keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Karena
prestasinya dalam kehidupan yasawuf, Safi Al-Din diangkat menjadi menatu oleh
gurunya (syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M))dan kemudian mendirikan
tarekat Safawiyah setelah gurunya wafat pada tahun 1310 M.
Pada awalnya gerakan tarekat
tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada
akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah.Safi Al-Din menempatkan seorang wakil
yang memimpin murid-muridnya, sehingga dalam perkembangannya penganut tarekat
Safawiyah sangat fanatik terhadap ajaran-ajarannya ( ajaran Syi’ah). Pada masa tiga
raja (masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan
Muhammad Khudabanda (1577-1567M), kerajaan Safawi mengalami kelemahan.Hal ini
di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih
kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan
Safawi sendiri.
Kondisi yang lemah dan
memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik
tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka
memulihkan kerajaan Safawi yaitu,berusaha menghilangkan dominasi pasukan
Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan
tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia. Dan juga dengan mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani
dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas
berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar
dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at.
Kemajuan-kemajaun itu antara lain :
1.
Bidang Ekonomi
2.
Bidang Ilmu
Pengetahuan
3.
Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran
kerajaan Safawi adalah:
1.
Adanya konflik
yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang
bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah
ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2.
Terjadinya
dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik
dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun
ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3.
Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata
tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semang-at Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental
karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani.
Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya
ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4.
Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
Kerajaan Mughal adalah kerajaan
yang termuda diantara tiga kerajaan besar Islam.Kerajaan ini didirikan oleh
Zahiruddin Babur (1482-1530).Babur dengan bantuan Raja Safawi dapat menaklukkan
Samarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota
Afganistan.Setelah itu, Raja Babur mengadakan ekspansi terus-menerus.
Sebab-sebab Kemajuan:
Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya
secara mudah.Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas
di tengah mayoritas Hindu. Namun Kerajaan Mughal tetap berhasil memperoleh
kecemerlangan disebabkan factor-faktor sebagai berikut;
5) Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang kuat.Politik
toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama dan suku bangsa, baik
antara Islam-Hindu, Ataupun India-non India (Persia-Turki).
6) Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan sejahtera dengan
pola kepemimpinan raja dan program kesejahteraannya.
7) Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan memiliki
patriotisme yang tinggi.Hal ini diwarisi dari Timur Lenk yang merupakan para
petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah dan cukup dominan dalam
ketentaraan.
8) Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan pengetahuan. Para
"Bangsawan Mughal mengemban tanggung jawab membangun masjid, jembatan, dan
atas berkembangnya kegiataan ilmiah dan sastra".
Pada tahun 1858 M kerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan, penyebabnya
antara lain:
1. Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
2. Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
3. Kekuatan mililernya juga lemah
terimakasih
BalasHapusSama sama semoga bermanfaat ya :)
BalasHapus