ISLAM
MAKALAH ISLAM NIH
Anjuran Untuk Berakhlak Mulia (Ash-Shidqu)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anjuran
Untuk Berakhlak Mulia (Ash-Shidqu)
Tidak ada yang meragukan bahwa kejujuran adalah akhlak yang mulia.
Makanya tidak heran jika Rasulullah n selalu menganjurkan umatnya untuk menghiasi diri mereka dengan
akhlak yang agung ini.
Nabi Muhammad n terkenal sebagai pribadi yang jujur baik pada masa jahiliyah
maupun islam. Sebelum wahyu turun dan sebelum Rasulullah nmendakwahkan
ajaran islam, kaum Quraisy mengenal beliau sebagai orang yang jujur dan dapat
dipercaya. Langkah kedatangan beliau yang hendak bergabung dengan pemuka Quraisy,
disambut dengan kata-kata penghormatan “Orang yang jujur dan dapat dipercaya
telah datang”.
Dalam al-Qur’an, Rasulullah n juga disebut sebagai orang yang jujur dan benar. Allah l
berfirman:
“.... dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu
menambah keimanan dan keislaman mereka.” (Q.S. Al-Ahzab [33] : 22)
Hadits yang menerangkan tentang sifat Ash-Shidqu (Jujur)
sangat banyak diantaranya adalah hadits dari Ibnu Mas’ud a:
عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي
إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ
حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ
الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ
عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا ( متفق عليه )[1]
Artinya: Dari
Ibnu Mas’ud adari Nabi n beliau bersabda : “Sesungguhnya kejujuran
akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan mengantarkan ke Surga,
sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan
dicatat sebagai orang yang jujur.
Dan
sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya
kejahatan itu akan mengiring ke Neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang
selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta”. ( HR. Muttafaq‘alaih
)
B. Makna Kata
DalamHadits
Menurut Syeikh Al-Utsaimin t, jujur (Ash-Shidq) pada dasarnya adalah kesesuaian
informasi dengan realita. Jujur meliputi ucapan dan perbuatan. Seseorang bisa
disebut jujur jika batinnya sesuai dengan lahirnya; perbuatan yang dilakukan
sesuai dengan apa yang terbersit dalam hatinya.[2]
Kata Al-Birr berarti banyak berbuat baik, dan diantara nama
Allah ladalah
Al-Birr dzat yang banyak kebaikannya. Al-Birr “kebaikan”
merupakan muara dari kejujuran. Orang yang baik, kebaikannya akan
mengantarkannya ke dalam surga yang merupakan tujuan dari semua harapan.
Kata Al-Fujuur berarti keluar dari ketaatan kepada Allah lsehingga
dia menjadi fasik, melanggar perannya dan keluar dari ketaatan menuju kepada
kemaksiatan.
Sedangkan dalam kitab Subul al-Salam diterangkan bahwaAsh-Shidq
(jujur) adalah sesuatu yang sesuai dengan kenyataan. Al-Kidzb (dusta)
adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Demikianlah makna ash-Shidq
dan al-Kidzb menurut mayoritas madzhab al-Hadawiyah dll. Al-Hidayah
artinya petunjuk yang dapat membawa hingga sampai kepada tujuan. Al-Birr
adalah keleluasaan dalam mengerjakan amal kebaikan. al-Birrjuga
merupakan suatu ungkapan yang mencakup segala jenis kebaikan dan biasanya
disebutkan untuk mengungkapkan sebuah amal sholih yang ikhlas.
Kejujuran berarti kesesuaian antara lahir dan batin, ucapan dan
perbuatan, serta berita dan fakta. Kejujuran merupakan ruh amal, penjernih
keadaan, penghilang rasa takut, dan pintu masuk bagi orang-orang yang akan
menghadap Rabb Yang Maha Mulia.[3]
Ibnu Baththaltberkata, “Sabda beliau, “sesungguhnya
kebaikan itu...” dikuatkan dengan firman Allah l:
“Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti
benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan.”(Q.S. Al-Infithar : 13)
Ia juga berkata, “Sabda beliau,”Apabila
seseorang bersikap jujur...” maksudnya, berusaha agar senantiasa bersikap
jujur hingga ia menyandang gelar ash-Shiddiiq (seorang yang senantiasa
jujur). Makna asal dari kata fujuur adalah perusakan, yakni merusak
agama. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang condong merusak dan
memberikan dorongan untuk berbuat maksiat. Jadi, fujuur merupakan suatu
ungkapan yang mencakup semua jenis keburukan.
Sabda beliau, “Sesungguhnya
seseorang senantiasa berdusta..” sama seperti sabda beliau sebelumnya,“Sesungguhnya seseorang senantiasa berkata
jujur..”, yakni apabila seseorang senantiasa berkata dusta maka ia berhak
menyandang gelar al-Kadzdzaab (orang yang suka bedusta).
Hadits diatas
mengisyaratkan bagi siapa yang berusaha untuk tetap berkata jujur, maka jujur
akan mendarah daging pada dirinya. Dan barang siapa yang dengan sengaja berdusta
dan selalu berkata dusta, maka sifat ini juga akan
mendarah daging pada dirinya. Dengan tadbiir dan
iktisab, sifat baik
dan sifat buruk itu dapat dicapai.
Hadits ini juga menunjukan betapa agungnya sifat jujur, karena
kejujuran akan membimbing pelakunya menuju surga. Hadits ini juga menunjukan
betapa buruknya sifat dusta hingga menyeret pelakunya menuju neraka. Demikian
juga halnya semasa di dunia, ucapan orang yang jujur akan diterima dan disukai
di tengah masyarakat serta diterima persaksiannya oleh para hakim. Lain halnya
dengan orang yang suka berdusta.[4]
Allah lberfirman:
“Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.(Q.S. al-Taubah : 9). Dalam ayat lain disebutkan, “Tetapi
jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih
baik bagi mereka” (Q.S. Muhammad : 21)
Para ulamaberkata “Hadits
diatasbermaknabahwajujurmengantarkankepadaamalsholih yang bersihdarisetiapcela.
Sedangkanal-Birr, adalahsebutanuntuksemuajeniskebaikan. Ada yang
mengatakanbahwaal-Birradalahsurga. Bisajugadiartikansebagaiamalsholih dansurga.
Sedangkankedustaanbisamenimbulkankejahatan.
Haditsinimenganjurkankitauntuksenantiasabersikapjujur.
Allah lmenyatakanbahwa orang yang selalubersikapjujurdengnasebutanshiddiqjikasenantiasamenjalankannya.
Jujurtermasukunsurterpentingdalamkehidupansosial,
disampingsebagailandasanutamastrukturmasyarakat. Tanpaadanyakejujuran,
makaakanterurailahsemuaikatanmasyarakatdanhubunganantarsesamamanusia.
Sungguhbetapaburuknyagambaranmasyarakat yang dalampergaulannyatidakdisertaidengankejujuran.
Sebenarnya, kejujurantelahmenjadifitrahmanusia.
Sebagaicontoh, jikakitamenceritakantentang orang yang jujurdan orang yang
dustakepadaanakkecil, makaiaakanlebihmenyukai orang yang jujurdanmembenci yang
pendusta.
Al-Marudzitberkata,
“Akuberkatakepada Abu ‘Abdillah Ahmad ibnHanbalt, ‘Denganapa seseorangdapatmenerimasesuatusehinggadikenalseperti
yang diterimanya? Iamenjawab, ‘Dengankejujuran’ kemudianiaberkata, “Sesungguhnyakejujuranberhubungandengankebaikan.”
Fudhailibn ‘iyadhtberkata, “Tidaklahadaperangai yang lebihutamadarikejujuran.” Ketika BilalamelamarkanseorangwanitaQuraisyuntuksaudaranya,
iaberkatakepadakeluargasiwanita, “Kami sebagaimana yang kalian ketahui,
duluadalahduahambasahaya,lalu Allah lmemerdekakan
kami, kami dahuluadalahdua orang yang sesat,lalu Allahlmenunjuki kami, dulu kami adalahdua orang yang
faqir,lalu Allah lmencukupi kami. Akumelamarfulanah untuk saudaraku.
Jika kalian menikahkannyamakasegalapujibagi Allah l. Jika
kalian menolak kami maka Allah MahaBesar.” Merekasalingberpandangan,
laluberkata, “Bilalt, sebagaimana yang kalian ketahui,
ialebihdahulumemelukIslam, seringbersamaRasulullahndandekatdenganbeliau, makanikahkanlahsaudaranya.”
Lalumereka pun menikahkannya. Setelahkembali, saudaranyaberkata, “Semoga AllahlmengampunimukarenaengkautidakmenyebutkantentanglebihdahulunyakitadankebersamaankitadenganRasulullahn.
Engkaumelewatkanselainkeduahalitu.” Bilalaberkata, “Wahaisaudaraku, akutelahbersikapjujursehinggadengankejujuranituaku
bisamenikahkanmu.”
Isma’ilibn ‘Abdullah al-Makhzumitberkata, “’Abdul Malik ibn Marwan tmemerintahkankuuntukmengajarianak-anaknyatentangkejujuran,
disampingmengajarimereka al-Qur’an, agar akumenjauhkanmerekadarisifatdusta.
Jikatidakberhasil, makahukumannyadibunuh.[5]
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraiandiataskitabisamenyimpulkanbeberapa
point penting, diantarannyaadalah :
a. Perkataandan perbuatan jujuradalahperilaku yang dianjurkan agama,
terutamabilaterjundalammedandakwah. Kejujuranadalahselarasnyaperilakulahiriahdengankeyakinanbatiniyah.
Dengan kata lain, kejujuranadalahsesuainyaamalperbuatandengantuntunansyariat.
b. Kejujuranadalahsumbersegalakebajikan. Di
dunia, kejujuranbisamenuntunseseorangmelakukankebajikandan di
Akhiratiaakanmengiringiseseorangmenujusurga.
Kejujuranadalahsalahsatubuah yang nyatadarikeimanan.
c. Kita
harusberusahasekuattenagauntukbersikapjujur. Rasulullahnharuskitajadikanteladandalamsegalasisikehidupandanperilakukita.
Kita harustaatdenganperintahdanajaran-ajarannya,
karenakitayakin,dengantaatRasuln, berartikitamengikutijejaktradisimulia
yang beliaubangun.
d. Bohongmerupakanpenyebabutamamunculnyakejelekan.
Iamenjadisebabmunculnyaperseteruan antarmanusia. Kebohonganbisamenghilangkankeberkahan.
Dan singkatnyakebohonganmenyebabkanseseorang hidup
menderita di duniadan di akhirat. [6]
DAFTAR PUSTAKA
Al-Atsqolani,
Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar. 1421 H. , Fathul
Bari Syarh Shahih Bukhari. Riyadh : Daar al-Salam.
Al Bukhari,Abu ‘Abdillah
Muhammad Ibn Isma’il. 1428 H. Shahih Al-Bukhari. Beirut : Dar Al-Klitab
al-‘Arabi.
Al-Hilali, Salim ibn
‘Ied .2008. Syarah Riyadhush Shalihin. Jakarta : Pustaka Imam Syafi’i.
Al-Nawawi,
Muhyi al-Din Abi Zakariya Yahya Ibn Syaraf. 1424 H. Shahih Muslim bi Syarhi al-Nawawi. Kairo : Maktabah Al-Shafa.
Al-Shan’ani,
Muhammad Ibn Isma’il al-Amir. 2002. Subul
Al-Salam Muwashshilati Ila Bulug Al-Maram. al-Iskandariyah : Dar
al-Bashiirah.
. 2012. Subulus Salam syarah Bukugul Maram. jakarta : Darus Sunah Press.
Al-Utsaimin,
Muhammad ibn Shalih. 2011. Syarah Riyadhus Shalihin Jakarta : Darus
Sunnah Press.
Haqqi,
Ahmad Muadz. 1421 H. Al Arba’una haditsan fii al- Akhlaq. Riyadh: Dar
Thowihq.
.
2003. Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak (edisi Indonesia). Jakarta
: Pustaka Azzam.
Mun’im
al-Hasyimi, Abdul. 2012. Akhlak Rasul menurut Bukhori dan Musllim. Depok:Gema
Insani.
[1]Diriwayatkanoleh Al Bukhari,Shahih Al-Bukhari, Beirut : Dar
Al-Klitab al-‘Arabi, 1428 H. hal. 1249. Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Atsqolani,
Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari, cetakanpertama, jilid ke-10, Riyadh : Dar
al-Salam, 1421 H. Hal. 623. Danoleh Muslim, Muhammad ibn
Isma’il al-Amir al-Shan’ani, Subul
Al-Salam Muwashshilati Ila Bulug Al-Maram,
jilid ke-4, Al-Iskandariyah : Dar al-Bashiirah, 2002. Hal. 567. Muhyi al-Din
abi zakariya yahya ibn syaraf al-Nawawi, Shahih
Muslim bi Syarhi al-Nawawi, cetakan pertama, jilid ke- 16-18, Kairo
: Maktabah Al-Shafa, 1424 H. Hal. 150.
[2]Muhammad ibn Shalih
al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1, cetakan kelima, Jakarta :
Darus Sunnah Press. 2011. Hal. 258-299.
[3]Salim ibn ‘Ied al-Hilali,
Syarah Riyadhush Shalihin, jilid 1, cetakan keempat, Jakarta : Pustaka
Imam Syafi’i, 2008, hal. 191.
[4]Muhammad ibn
Isma’il al-Amir al-Shan’ani, Subul
Al-Salam Muwashshilati Ila Bulug Al-Maram,
jilid ke-4, al-Iskandariyah : Dar al-Bashiirah, 2002. Hal. 567-568. Lihat juga Muhammad
ibn Isma’il al-Amir al-Shan’ani, Subulus
Salam syarah Bukugul Maram, jilid ketiga, cetakan keenam (Edisi Indonesia) ,
jakarta : darus Sunah Press, 2012. Hal, 952.
[5]Ahmad Muadz
Haqqi, Al Arba’una haditsan fii al- Akhlaq cet. ke-3, Riyadh: Dar Thowihq, th.
1421 H, hal 127-129. Lihat juga (edisi Indonesia) Syarah 40 Hadits Tentang
Akhlak, Jakarta : Pustaka Azzam, Cet. 3 Th. 2003, hal. 167-170.
[6]Abdul Mun’im al-Hasyimi, AkhlakRasulmenurutBukhoridanMusllim, cetakan kedua, Depok :GemaInsani, Th. 2012, hal.
130.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.