Dzikir memiliki banyak keutamaan dan balasan yang besar bagi orang yang melantunkannya, alias orang yang mau berdzikir. Kepada orang yang bersangkutan, Alloh menyediakan beragam pahala yang indah, tempat kembali yang mulia, akibat yang baik dan kehidupan yang menyenangkan.
Keutamaan Berdzikir
Mengingat demikian tinggi kedudukan dan derajat dzikir, layaklah kalau dalil-dalil yang menerangkan keutamaannya cukup beragam, baik dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Semua itu menunjukkan betapa besar dan agungnya nilai dzikir di sisi Alloh .
Di antara keutamaan dzikir adalah:
1. Alloh senantiasa mengingat orang-orang yang berdzikir.
Alloh berfirman:
“Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. al-Baqarah [2] : 152)
Kandungan ayat mulia ini menyatakan bahwa Alloh mengingatkan hamba-hamba-Nya agar berdzikir kepada-Nya. Siapa saja yang berdzikir kepada-Nya dengan berbagai aktifitas ketaatan, maka Alloh akan ingat kepada-Nya dengan ampunan. Sedangkan siapa saja yang ingat kepada-Nya dengan berbuat berbagai kemaksiatan, maka ia akan diingat oleh Alloh dengan laknat dan tempat kembali yang buruk.
Rosululloh bersabda bahwa Alloh berfirman (hadits qudsi):
(( أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً ))
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila ia ingat Aku. Bila ia mengingat-Ku dalam dirinya Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Bila ia menyebut nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Alangkah mulianya hadits ini! Cobalah perhatikan dan renungkan kandungannya!
Jika hamba mengingat (berdzikir) kepada Alloh , dalam dirinya, yaitu ia menyanjung-Nya, mengagungkan-Nya, mensucikan-Nya dari segala kekurangan dan kecacatan, serta takut kepada siksaan-Nya, maka Alloh akan ingat kepadanya dalam diri-Nya, suatu ingatan kepadanya yang berkonsekuensi adanya pahala, pemberian nikmat, penjagaan dan pemeliharaan.
Jika hamba mengingat Alloh di tengah kerumunan orang banyak atau dalam satu jama’ah, maka Alloh akan ingat kepadanya di tengah khalayak orang banyak yang lebih baik daripada mereka. Dengan kata lain, dalam jama’a h para malaikat yang lebih baik daripada jama’ahnya yang mana Alloh diingat di tengah-tengah mereka.
Jika hamba mendekat kepada Alloh dengan suatu ketaatan atau dengan melaksanakan apa-apa yang Dia perintahkan kepadanya dengan ukuran tertentu, baik sedikit ataupun banyak, maka Alloh akan mendekat kepadanya dengan berbagai macam pahala, anugerah nikmat yang melimpah, dan rahmat yang lebih agung, lebih dan cepat dan lebih banyak lagi.
2. Ampunan dari Alloh bagi mereka yang berdzikir.
Alloh memberikan balasan melimpah bagi laki-laki dan perempuan Mukmin yang lisan mereka senantiasa dibasahi lantunan dzikir, hati mereka dipenuhi cahaya dzikir dan anggota badan mereka selalu berdzikir.
Balasan tersebut berupa ampunan untuk dosa-dosa mereka dan pahala yang besar untuk amal-amal shaleh yang telah mereka perbuat, dan tersedia bagi mereka tempat mulia yang penuh nikmat di surga yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terlintas dalam hati siapapun juga. Oleh karena itu, seyogyanya bagi seorang Muslim untuk senantiasa berdzikir kapan dan dimanapun berada.
Alloh berfirman:
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. al-Ahzab [33] : 35)
Bagi siapa saja yang berdzikir, ia berhak memperoleh balasan tersebut, begitu pula bagi pasangan suami istri yang bahu-membahu dan tolong-menolong untuk mewujudkan dzikir kepada Alloh dengan saling membangunkan antar keduanya untuk bermunajat dan bertaqarrub kepada Alloh di keheningan malam yang gelap gulita.
Rosululloh bersabda:
(( مَنْ اسْتَيْقَظَ مِنْ اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيعًا، كُتِبَا مِنْ الذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ ))
“Barangsiapa bangun dari tidurnya, lalu membangunkan istrinya, kemudian keduanya melakukan shalat dua raka’at berjama’ah, maka keduanya ditulis sebagai laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Alloh.” (HR. Abu Dawud)
3. Perintah berdzikir dan larangan agar tidak menjadi orang-orang yang lalai.
Alloh berfirman:
“Dan sebutlah (nama) Robbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’raf [7] : 205)Yang dimaksud ayat “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” adalah orang-orang yang melupakan Alloh sehingga Dia pun menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka tidak diperkenankan mendapatkan kebajikan di dunia dan di akhirat. Mereka berpaling dari kebahagiaan dan kemenangan sejati yang ada pada mengingat serta beribadah kepada-Nya. Sebaliknya, mereka justru memilih kecelakaan dan kerugian. Dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk membiasakan dzikir kepada Alloh dan peringatan agar tidak melalaikannya, karena bisa menjadikan seseorang termasuk golongan orang-orang yang lalai.
Lalai adalah sebuah penyakit yang sangat membahayakan. Ia bisa semakin kronis jika seorang mendapat kesempatan untuk menghilangkannya dengan mengingat dan mengabdi kepada Alloh , tetapi tidak dimanfaatkannya. Sebaliknya, ia justru sibuk dengan perbuatan sia-sia yang menjauhkannya dari ingat kepada Alloh . Dalam keadaan seperti itu, sekalipun ia melakukan suatu amal shaleh tetap saja ia tidak bisa khusyu’, tunduk, insaf, takut, jujur dan ikhlash.
az-Zamakhsyari berkata:
“Firman Alloh ‘dan sebutlah nama Robbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri’ bersifat umum dan berkaitan erat dengan beragam dzikir berupa bacaan al-Qur’an, doa, tasbih, tahlil dan lain sebagainya. ‘Dengan merendahkan diri dan rasa takut’, maksudnya adalah dengan penuh rasa harap dan takut. ‘Dan dengan tidak mengeraskan suara’, maksudnya berbicara dengan suara yang tidak terlalu keras. Karena dengan menyembunyikan suara akan lebih masuk dalam wilayah keikhlashan dan lebih dekat kepada tafakkur yang baik. ‘Di waktu pagi dan sore’, karena kesibukan yang ada padat pada dua waktu tersebut atau menghendaki untuk dijadikan rutinitas. Makna kata ‘di waktu pagi’ adalah pada waktu-waktu di pagi hari. Itulah waktu-waktu yang disebut dengan ghadawāt. ‘Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai’, maksudnya dari golongan mereka yang lalai untuk berdzikir kepada Alloh dan melupakannya.”
4. Perumpamaan orang yang berdzikir laksana orang yang hidup.
Rosululloh bersabda:
(( مَثَلُ الَّذِى يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِى لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَىِّ وَالْمَيِّتِ ))
“Perumpamaan orang yang ingat akan Robbnya dengan orang yang tidak ingat Robbnya laksana orang yang hidup dengan orang mati.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ucapan beliau sangat fasih dan bermakna, lagi memiliki ketinggian sastra bahasa yang luar biasa. Terkadang saat menjelaskan suatu perkara di hadapan para sahabat, beliau memberikan perumpanaan dengan realita kehidupan.
Salah satu perumpamaan sangat menakjubkan dan indah adalah tentang orang yang berdzikir. Beliau menyamakan orang yang berdzikir seperti halnya orang yang hidup, sedangkan orang yang lalai dari berdzikir diumpamakan seperti halnya orang yang mati.
Sehingga orang yang berdzikir seperti halnya orang hidup yang ada wujudnya; sedangkan orang yang lalai seperti halnya orang yang tiada. Sebagaimana yang ada memiliki buah dan faidah, maka demikian juga orang yang berdzikir kelak akan memetik buahnya, baik di dunia maupun di akhirat. Dan sebagaimana yang tiada tidak memiliki sesuatu apapun, maka demikian pula orang yang lalai tidak memperoleh faidahnya sedikitpun, baik di dunia maupun di akhirat.
Demikianlah keadaan perbandingan dan komparasi menawan bagi orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir. Bagaimakah keadaan rumah yang dipergunakan untuk berdzikir kepada Alloh dengan rumah yang tidak dipergunakan untuk berdzikir kepada-Nya?
Rosululloh bersabda:
(( مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَ يُذْكَرُ اللَّهُ فِيهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ ))
“Perumpamaan rumah yang dipergunakan untuk mengingat Alloh dan tidak dipergunakan untuk mengingat-Nya, adalah seperti orang yang hidup dan mati.” (HR. Muslim)
asy-Syaukani berkata:
“Perumpamaan itu memberi pengertian betapa orang yang mau mengingat Alloh itu mendapat karunia dan keberuntungan yang besar. Dengan mengingat Alloh, ia berada dalam kehidupan material dan spiritual, karena mendapatkan cahaya dari Alloh. Sementara orang yang tidak mengingat Alloh ia berada dalam sebuah kehidupan material saja. Kehidupan seperti ini jelas tak bernilai, karena ia tak ubahnya seperti halnya orang yang mati.”
5. Dzikir kepada Alloh lebih utama dari segala amal.
Rosululloh bersabda:
((أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِى دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ؟ )). قَالُوا: ( بَلَى ). قَالَ: (( ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى ))
“Maukah kalian aku tunjukkan perbuatan kalian yang terbaik, paling suci di sisi Raja kalian (Alloh), dan paling mengangkat derajat kalian, lebih baik bagi kalian dari infak emas atau perak, dan lebih baik bagi kalian daripada kalian bertemu dengan musuh kalian, lantas kalian memenggal lehernya atau mereka memenggal leher kalian?” Para sahabat yang hadir berkata, “Mau (wahai Rosululloh)!” Beliau bersabda, “Dzikir kepada Alloh Yang Maha Tinggi.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
6. Anjuran dari Rosululloh bagi orang-orang beriman untuk senantiasa membasahi lisan mereka dengan berdzikir kepada Alloh .
Lisan merupakan pilar kebahagian sejati atau kebinasaan abadi. Barangsiapa yang mampu menjaganya, maka Alloh akan menempatkannya di surga. Namun barangsiapa yang tak mampu mengendalikannya, maka lisan sebagai sarana yang menghantarkan diri seseorang ke jurang api neraka jahannam.
Rosululloh sangat peduli dan perhatian kepada keselamatan lisan, oleh karena itu saat ada seorang sahabat meminta bimbingan dan petunjuk kepada beliau tentang syariat Islam, maka beliau mengarahkannya agar senantiasa membasahi lisannya untuk berdzikir kepada Alloh .
Dari Abdulloh bin Busr , ia berkata:
( أَنَّ رَجُلاً قَالَ: ( يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَأَخْبِرْنِى بِشَىْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ). قَالَ: (( لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ ))
“Sungguh ada seorang lelaki berkata, “Wahai Rosululloh, sesungguhnya syari'at Islam telah banyak aku terima, oleh karena itu, beritahukanlah aku sesuatu (yang mudah) untuk menjadi suatu pegangan (senantiasa aku melaksanakannya).”. Beliau bersabda, “Hendaknya lidahmu selalu basah karena dzikir kepada Alloh (lidahmu selalu mengucapkannya).” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
7. Majelis yang mengundang penyesalan dan kerugian di hari Kiamat adalah majelis yang di dalamnya tidak ada aktifitas mengingat Alloh .
Rosullulloh bersabda:
(( مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللَّهَ فِيهِ وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ ))
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Alloh dan tidak membaca shalawat kepada Nabi-Nya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Alloh menghendaki, Dia bisa menyiksa mereka dan juga bisa mengampuni mereka.” (HR. at-Tirmidzi)
Rosullulloh bersabda:
(( مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُومُونَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ فِيهِ إِلاَّ قَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً ))
“Setiap kaum yang berdiri dari suatu majelis, yang mereka tidak berdzikir kepada Alloh di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kiamat).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud dan Ahmad)
BACA JUGA : PENGERTIAN DOA DAN KEUTAMAANYA
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.