1. Larangan melampaui batas dalam berdoa. Yaitu hendaknya seseorang tidak melampaui batas dalam berdoa.
Alloh berfirman:
“Berdoalah kepada Robb kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. al-A’raf [7]: 55)Hal ini mencakup semua bentuk melampaui batas dan sikap berlebih-lebihan dalam berdoa. Di antaranya melakukan bid’ah dalam doa seperti terkait dengan waktu, tempat, jumlah dan tata cara pelaksanaannya.
Dari ‘Abdulloh bin Mughaffal , bahwa ia pernah mendengar anaknya mengucapkan, “Ya Alloh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu istana berwarna putih di sebelah kanan surga tatkala aku memasukinya.” Lalu ia menegurnya, “Wahai anakku, mintalah surga kepada Alloh , dan berlindunglah kepada-Nya dari api neraka. Karena, aku pernah mendengar Rosululloh bersabda:
(( إِنَّهُ سَيَكُونُ فِى هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِى الطُّهُورِ وَالدُّعَاءِ ))
“Sesungguhnya di dalam umat (Islam) ini akan terdapat suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam bersuci dan berdoa.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
2. Berdoa kepada selain Alloh , baik doa ibadah maupun doa permintaan.
Ini adalah bentuk melampaui batas terburuk dan terkeji dalam berdoa. Ia merupakan perbuatan kufur nyata yang bisa mengeluarkan si pelaku dari Islam, menyebabkannya murtad dan harus diminta bertaubat. Dan jika ia tidak mau bertaubat, maka hukuman baginya adalah dibunuh.
Kaidahnya; melakukan satu macam jenis ibadah untuk selain Alloh adalah tindakan syirik kepada Alloh dan bentuk pengingkaran terhadap-Nya serta pelakunya dihukumi musyrik dan kafir.
Alloh berfirman:
“Jika kalian menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruan kalian; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaan kalian. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikan kalian.” (QS. Fathir [35]: 14)3. Larangan mendoakan keburukan terhadap diri sendiri, atau terhadap orang lain secara zhalim, dan ini juga merupakan bentuk melampaui batas.
Alloh telah berfirman:
“Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. dan adalah manusia itu bersifat tergesa-gesa.” (QS. al-Isra’ [17]: 11)Artinya, seseorang yang dirundung kegelisahan mendoakan jelek terhadap dirinya sendiri dan anaknya, seperti doanya kepada Robbnya untuk kebaikan dirinya dan anaknya. Ini termasuk sikap tergesa-gesa, karena memohon keburukan seperti ia meminta kebaikan. Dan ini merupakan bentuk pelanggaran dalam doa.
Dari Ummu Salamah , ia berkata, “Rosululloh menemui Abu Salamah , dan ketika itu mata Abu Salamah terbuka, lalu beliau pun memejamkannya dan berkata, “Sesungguhnya jika ruh telah diambil (dicabut), maka ia akan diikuti oleh mata.”. Seketika itu, para anggota keluarganya gaduh, lalu Rosululloh bersabda:
(( لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ ))
“Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali dengan kebaikan, karena sesungguhnya malaikat akan mengamini apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah)
4. Hendaknya tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutus silaturahim.
Telah diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Shamit bahwa Rosululloh bersabda:
(( مَا عَلَى الأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا، أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِمَأْثَمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَعْجَلْ )). قَالُوْا: ( يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا اسْتِعْجَالُهُ؟) قَالَ: (( يَقُوْلُ قَدْ دَعَوْتُ وَدَعَوْتُ فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِيْ ))
“Di atas bumi ini, tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Alloh dengan suatu doa, melainkan Alloh pasti mengabulkan doanya, atau melepaskannya dari keburukan semisalnya, selama ia tidak berdoa untuk suatu dosa dan memutus hubungan silaturahim, dan selama tidak tergesa-gesa, mereka berkata, ‘Wahai Rosululloh, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?’. Beliau menjawab, ‘Ia berkata, ‘Sungguh, aku telah berdoa dan berdoa, namun doaku tidak pernah dikabulkan.” (HR. ath-Thabrani)
5. Hendaknya tidak mengaitkan doa dengan kehendak Alloh , dan ini merupakan bentuk melampaui batas.
Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik , bahwa Rosululoh bersabda:
(( إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ، وَلاَ يَقُولَنَّ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِى، فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ ))
“Jika seorang dari kalian berdoa, hendaknya ia serius memohon dan jangan sekali-kali mengucapkan, ‘Ya Alloh, jika Engkau berkehendak, berilah aku.’, karena tidak ada yang dipaksakan kepada-Nya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
6. Hendaknya tidak tergesa-gesa dalam memohon suatu hajat.
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rosululloh bersabda:
(( لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ )). قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الاِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: (( يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِى فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ ))
“Akan selalu dikabulkan doa seorang hamba selagi ia tidak berdoa untuk suatu dosa atau memutus tali silaturahim, dan selagi ia tidak tergesa-gesa.” Beliau ditanya, ‘Wahai Rosululloh, apa yang dimaksud dengan tergesa-gesa?’. Beliau menjawab, “Seorang hamba itu mengucapkan, ‘Sungguh aku telah berdoa dan berdoa, namun tidak pernah doaku itu dikabulkan.’. Sehingga, ia merasa kecewa (frustasi) lalu tidak mau berdoa lagi.” (HR. Muslim)
7. Hendaknya tidak berdoa sementara hatinya lalai terhadap apa yang ia ucapkan.
Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rosululloh bersabda:
(( ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ ))
“Berdoalah kalian kepada Alloh sementara kalian meyakini terkabulnya doa tersebut. Dan ketahuilah bahwa Alloh tidak akan mengabulkan doa yang berasal dari hati yang lalai.” (HR. at-Tirmidzi dan ath-Thabrani)
8. Hendaknya tidak meninggalkan pujian kepada Alloh (mengucapkan alhamdulillah), serta shalawat dan salam kepada Rosululloh sewaktu memulai doa.
Alloh sendiri telah membuka kitabnya (al-Qur’an) dengan pujian: “Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam....” (QS. al-Fatihah [1]: 1)
Telah diriwayatkan dari Fudhalah bin ‘Ubaid , ia berkata, “Rosululloh pernah mendengar seseorang sedang berdoa di dalam shalatnya, tapi tidak memuji Alloh dan tidak bershalawat kepada Nabi , lalu beliau berkata, ‘Orang ini sangat tergesa-gesa’, kemudian beliau memanggilnya, lalu bersabda kepadanya:
(( إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِىِّ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ ))
“Jika salah seorang dari kalian shalat, maka hendaknya ia memulai dengan memuji Alloh lalu bershalawat kepada Nabi lalu setelah itu barulah ia berdoa memohon apa yang ia kehendaki.” (HR. Abu Dawud)
9. Hendaknya tidak meninggikan dan mengeraskan suara sewaktu berdoa.
Alloh berfirman:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam doamu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. al-Isra’ [17]: 110)Kata ‘bi shalātika’ di sini, berarti dalam doamu. ‘Aisyah berkata, “Ayat ini turun berkaitan dengan doa.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Alloh berfirman:
“Berdoalah kepada Robbmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. al-A’raf [7]: 55)Sebagian ulama tafsir berkata, “Orang-orang yang melampaui batas di dalam ayat ini adalah orang-orang yang berlebihan dengan meninggikan suara mereka dalam berdoa.”
BACA JUGA : HAL YANG MENGHALANGI TERKABULNYA DOA
Izin copy paste
BalasHapus