THE SICK SOUL (JIWA
YANG SAKIT)
Sikap
keberagamaan orang yang jiwanya sakit ini ditemui pada mereka yang pernah
mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Maksudnya orang
tersebut meyakini suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan
atas kematangan beragama yang berkembang secara bertahap sejak usia kanak-kanak
hingga usia dewasa seperti lazimnya yang sering terjadi pada perkembangan
secara normal. Mereka ini meyakini suatu agama dikarenakan oleh adanya
penderitaan batin yang antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah, konflik
batin ataupun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah. Penderitaan
yang dialami disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Alasan ini pula yang menyebabkan dalam psikologi agama dikenal dua
sebutan, yaitu The Sick Soul dan The Suffering.
Faktor yang menjadi
penyebab dari timbulnya sikap keberagamaan yang tidak lazim
1) Temperamen
1) Temperamen
Temperamen
merupakan salah satu unsur dalam membentuk kepribadian manusia sehingga dapat
tercermin dari kehidupan kejiwaan seseorang. Tingkah laku yang didasarkan
kondisi temperamen memegang peranan penting dalam sikap keagamaan seseorang.
Seseorang yang melancholic akan berbeda dengan oran yang berkepribadian dyplastic
dalam sikap dan pandangannya terhadap ajaran agama. Demikian pula halnya
dengan mereka yang memiliki tipe kepribadian yang lainnya.
2) Gangguan
Jiwa
Orang
yang mengidap gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah
lakunya. Tindak-tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditampilkannya
tergantung dari gejala jiwa yang mereka idap. Umpamanya: para schizoprenia,
paranoia, psychostenia dan pengidap gangguan jiwa lainnya.
3) Konflik dan Keraguan
3) Konflik dan Keraguan
Konflik
kejiwaan yang terjadi pada diri seseornga mengenai keagamaan mempengaruhi sikap
keagamaannya. Mungkin berdasarkan kesimpulannya ia akan memilih salah satu
agama yang diyakininya ataupun meninggalkannya sama sekali. Keyakinan agama
yang dianut berdasarkan pemilihan yang matang sesudah terjadinya konflik
kejiwaan akan lebih dihargai dan dimuliakan. Konflik dan keraguan ini dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap agamanya, seperti taat, fanatik ataupun
agnotis hingga ateis.
4) Jauh dari Tuhan
4) Jauh dari Tuhan
Orang
yang dalam kehidupannya jauh dari ajaran agama, lazimnya akan merasa dirinya
lemah dan kehilangan pegangan saat menghadapi cobaan. Ia seakan merasa tersisih
dari curahan rahmat Tuhan. Perasaan ini mendorongnya untuk lebih mendekatkan
diri kepada Tuhan serta berupaya mengabdikan dirinya secara sungguh-sungguh.
Hal ini menyebabkan terjadinya semacam perubahan sikap beragama pada dirinya.
Adapun faktor ekstern yang turut
mempengaruhi sikap kegeragamaan, adalah:
1) Musibah
1) Musibah
Terkadang
musibah yang serius dapat mengguncangkan kejiwaan seseorang. Keguncangan jiwa
ini sering pula menimbulkan kesadaran pada diri mansuia berbagai macam
tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki pengalaman dan
kesadaran agama yang cukup, umumnya menafsirkan musibah sebagai peringatan
Tuhan untuk dirinya.
Tafsiran
seperti itu tak jarang memberi wawasan baru baginya untuk kembali hidup ke
jalan agama, sehingga semakin berat musibah yang dialaminya akan makin tinggi
tingkat ketaatannya kepada agama. Bahkan meungkin pula mereka yang mengalami
peristiwa semacam itu akan menjadi seorang penganut agama yang taat.
2) Kejahatan
2) Kejahatan
Mereka
yang menekuni kehidupan di lingkungan dunia hitam, baik sebagai pelaku maupun
pendukung kejahatan, umumnya akan mengalami kegoncangan batin dan rasa berdosa.
Perasaan itu mereka tutupi dengan perbuatan yang bersifat kompensatif, seperti
melupakan sejenak dengan mengenggak minuman keras maupun berfoya-foya. Namun,
upaya menghilangkan keguncangan batin tersebut sering tak berhasil. Karena itu,
jiwa mereka menjadi labil dan terkadang dilampiaskan dengan tindakan yang
berutal, pemarah, mudah tersinggung dan berbagai tindakan negatif lainnya.
Perasaan
seperti itu biasanya terus menghantui diri mereka hingga menyebabkan hidup
mereka tidak pernah mengalami ketenangan dan ketentraman. Sesekali mungkin saja
timbul perasaan kemanusiaannya yang fitrah seperti rasa kasih sayang, iba,
menyesal, rasa berdosa, rasa tidak berharga karena kehilangan harga diri, rasa
dikucilkan masyarakat dan sebagainya.
Perasaan
tersebut yang biasanya mendorong mereka untuk mencari penyaluran yang menurut
penilaiannya dapat memberi ketentraman batin. Lazimnya, mereka ini akan kembali
kepada agama. Kesadaran ini sering mendorong seseorang untuk bertaubat. Sebagai
penebus terhadap dosa-dosa yang telah diperbuatnya, tak jarang orang-orang
seperti ini kemudian menjadi penganut agama yang taat.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.