SYUBHAT SYIAH YANG TERJADI SETELAH KEMATIAN RASULULLAH

Syubhat Syi’ah

Kebencian Syi’ah terhadap Ahlus sunnah sudah tidak diragukan lagi. Berbagai cara mereka lakukan untuk mengeluarkan Ahlus sunnah dari apa yang diyakininya dan masuk ke dalam kelompok mereka. Salah satu cara yang mereka lancarkan kepada Ahlus sunnah adalah membuat syubhat bahwa Rosululloh   ketika menghembuskan nafas terakhirnya berada di atas dada Ali   dan bukan dada ‘Aisyah  . Mereka berhujjah dengan hadits yang dhoif  bahkan maudhu’ (palsu). Di antara dalil yang mereka jadikan hujjah adalah:

1)    Hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad   dengan sanad yang sampai kepada Ali bin Abi Tholib  , ia berkata:
 ))اُدْعُوْا لِي أَخِي فَدْعِيَ لَهُ فَقَالَ: اُدُنُ مِنِّيْ فَدَنَوْتُ مِنْهُ، فَاسْتَنَدَ إِليَّ فَلَمْ يَزَلْ مُسْتَنَدِاً إلَيَّ وَإِنَّهُ يُكَلِّمُنِيْ حَتَّى أَنَّ بَعْضَ رِيْقَ النبي   ليُصِيْبَنِي((
”Panggilkan untukku saudaraku!”. Maka akupun mendatangi beliau, lalu beliau bersabda: “Mendekatlah kepadaku !”. Maka aku pun mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersandar kepadaku dan tidak henti-hentinya beliau bersandar kepadaku, dan beliau berbicara kepadaku hingga air ludah beliau mengenaiku”.
Ini adalah hadits halik (rusak) sangat dhoif, dikarenakan Ibnu Sa’ad meriwayatkannya dari Muhammad bin ’Umar al-Waqidiy. Dia adalah pendusta.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal   berkata: “Dia adalah pendusta, dia membolak-balik hadits.” Ibnu Ma’in   berkata: “Dia bukan termasuk orang yang tsiqoh, haditsnya tidak boleh ditulis.” Al-Bukhori dan Abu Hatim berkata: “Matruk (haditsnya ditinggalkan).” Abu Hatim dan an-Nasa’i juga berkata: “Haditsnya diletakkan.” (Al-Mizan, 3/662)

2)    Juga hadits Ali   yang lain, ia berkata:
))عَلَّمَنِى رَسُوْلُ اللهِ     أَلْفَ بَابٍ كُلُّ بَابٍ يَفْتَحُ ألْفَ بَابٍ((
“Rosulullah   mengajari aku seribu bab, setiap bab membuka seribu bab.”
Ini adalah hadits maudhu’ (palsu), sebab ‘Imron bin Haitsam adalah pendusta. Seandainya saja kita menyerah tidak mendebat keshohihan hadits ini, maka tidak ada di dalamnya hal yang menunjukkan bahwa pengajaran ini pada saat-saat kematian Beliau  , bahkan tidak masuk akal semua itu bisa dilakukan pada saat-saat seperti itu.

3)    Hadits Jabir bin ‘Abdillah  , bahwasanya Ka’ab al-Ahbar bertanya kepada Umar   seraya berkata:
 ))مَا كَانَ آخِرُ مَا تَكَلَمَ بِهِ رَسُوْلُ الله    ؟ فَقَالَ عُمَرُ: سَلْ عَلِيًّs((
“Apa yang terakhir kali dibicarakan oleh Rosululloh?”. Maka ’Umar menjawab: “Tanyalah kepada ’Ali....”
Hadits ini adalah dho’if (lemah) yang tidak boleh ditoleh, karena di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin ‘Umar Al-Waqidi. Dia adalah matrukul-hadiits (haditsnya ditinggalkan) sebagaimana telah lalu perinciannya [Al-Miizaan, 3/662]. Juga di dalamnya terdapat Harom bin ‘Utsman al-Anshoriy, dia juga matruk. Imam Malik   dan Yahya   berkata: “Dia tidak tsiqoh”. Imam Ahmad   berkata: “Manusia meninggalkan haditsnya”. Imam Asy-Syafi’i   dan Yahya bin Ma’in   berkata: “Riwayat dari Harom hukumnya haram”. Ibnu Hibban berkata: “Dia keterlaluan dalam memihak Syi’ah, membolak-balik sanad, dan membuat yang mursal menjadi marfu!’ (Al-Mizan, 1/468)

4)    Hadits:
 ))قِيْلَ لِابْنِ عَبَّاسٍ: أَرَأَيْتَ رَسُوْلَ اللهِ   تُوْفِيَ وَرَأْسُهُ فِي حِجْرِ أَحَدٍ؟ قَالَ: نَعَمْ، تُوْفِيَ وَإِنَّهُ لَمُسْتَنِدٌ إِلَى صَدْرِ عَلِي((
Dikatakan kepada Ibnu ’Abbas: “Apakah engkau melihat Rosululloh   wafat dan kepala beliau di pangkuan seseorang?”. Maka ia menjawab: ”Ya, beliau wafat dan beliau bersandar di dada ’Ali....”.

Hadits ini adalah dlo’if (lemah). Karena di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi, dia adalah matrukul-hadits sebagaimana penjelasan sebelumya. Di dalam sanadnya juga terdapat orang yang bernama Sulaiman bin Dawud bin al-Hushain, dari Abu Ghotfal, dia majhul tidak diketahui keadaannya.

5)    Hadits ’Ali bin al Hasan c:
 ))قُبِضَ رَسُوْلُ الله   وَرَأسُهُ فِى حِجْرٍ عَلِيٍّ((
“Rosululloh   wafat sementara kepala beliau di pangkuan ‘Ali.”
Hadits ini dho’if, karena di dalam sanadnya terdapat Muhammad bin ‘Umar Al-Waqidiy. Dia matrukul-hadits. Di samping itu, sanadnya terputus.

6)    Hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Sa’ad dengan sanadnya kepada asy Sya’bi, ia berkata:
 ))تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، وَرَأْسُهُ فِي حِجْرِ عَلِيِّ((
“Rosululloh   wafat sementara kepala beliau ada di pangkuan ‘Ali.”
Dalam sanad hadits ini terdapat Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi yang dia ini matruk. Selain itu, dalam sanadnya terdapat Abul Huwairits yang namanya adalah ‘Abdurrohman bin Mu’awiyyah. Ibnu Ma’in dan yang lainnya berkata: “Tidak bisa dijadikan hujjah.” Imam Malik dan an-Nasa’i   berkata: “Dia tidak tsiqoh” (Al-Miizaan, 2/591)

7)    Hadits Ummu Salamah  , ia berkata:
 ))كَانَ عَلِىٌّ لأَقْرَبَ النَّاسِ عَهْدًا بِرَسُولِ اللَّهِ  ((   
“’Ali adalah benar-benar manusia yang paling dekat masanya dengan Rosululloh  .”
Hadits ini shohih, namun sama sekali tidak menafikan hadits ‘Aisyah   bahwa Beliau   wafat di dadanya, bahkan hadits ‘Aisyah   lebih shohih dari hadits Ummu Salamah  . Para ulama ahli hadits telah menggabungkan dan mengkompromikan antara hadits Ummu Salamah dengan hadits ‘Aisyah  . Ibnu Hajar   berkata dalam Fathul-Bari (12/255): “Mungkin bisa dikompromikan bahwa ‘Ali adalah orang yang paling akhir masanya dengan Rosululloh  . Dia tidak meninggalkan beliau hingga kepala beliau condong. Saat itu dia menyangka bahwa beliau telah wafat. Maka dia adalah orang yang paling akhir bertemu dengan Beliau  . Kemudian beliau siuman, dan dia sudah pergi. Setelah itu ‘Aisyah menyandarkan beliau di dadanya, kemudian Beliau   wafat”.

8)    Hadits ‘Abdulloh bin ‘Amr dari ‘Ali  , ia berkata:
“Beliau   mengajarkan kepadaku seribu bab, pada setiap bab dibukakan untuknya seribu bab”.

Hadits ini adalah dlo’if, di dalam sanadnya terdapat Kamil bin Tholhah. Para ulama ahli hadits berselisih tentangnya. Al-Imam Ahmad dan Ad-Daruquthni menyatakan tsiqoh, namun Yahya bin Ma’in berkata: “Tidak bernilai apa-apa” [Al-Miizaan, 3/400].

Di dalam sanadnya juga terdapat ‘Abdulloh bin Lahi’ah. Ibnu Ma’in berkata: “Dia lemah, tidak bisa dijadikan hujjah”. Yahya bin Sa’id sama sekali tidak menganggapnya sama sekali. Abu Zur’ah berkata : ”Dia bukan termasuk orang yang bisa dijadikan hujjah dengan haditsnya”. an-Nasa’i berkata: ”Dia lemah”. Al-Jauzajani berkata: ”Tidak ada cahaya pada haditsnya, tidak layak berhujjah dengannya”. Al-Bukhori berkata dalam kitab Adl-Dlu’afaa’ saat menyebut Ibnu Lahi’ah dengan mengomentari hadits yang diriwayatkannya: “Ini adalah munkar.”

Di dalam sanadnya juga terdapat Huyay bin ’Abdillah Al-Maghofiriy. Ibnu ’Adiy berkata : ”Ibnu Lahi’ah memiliki sekian belas hadits yang umumnya munkar. Diantaranya hadits: ”Beliau mengajarkan kepadaku seribu bab, pada setiap bab dibukakan untuknya seribu bab” [al-Mizan, 1/623].

BACA JUGA :  PELAJARAN BERHARGA DARI WAFATNYA RASULULLAH SAW

Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.