PENYEBAB MENINGGALNYA RASULULLAH SAW

Tiada musibah yang lebih besar selain musibah yang menimpa diri Rosululloh  . Beliau telah diuji oleh Alloh   dengan beragam ujian yang berat dan besar, namun beliau senantiasa bersabar dalam menghadapinya.

Rosululloh   bersabda:
 ))يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَيُّمَا أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ أَوْ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ فَلْيَتَعَزَّ بِمُصِيبَتِهِ بِي عَنْ الْمُصِيبَةِ الَّتِي تُصِيبُهُ بِغَيْرِي، فَإِنَّ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِي لَنْ يُصَابَ بِمُصِيبَةٍ بَعْدِي أَشَدَّ عَلَيْهِ مِنْ مُصِيبَتِي(( 

“Wahai sekalian manusia! Siapa saja dari manusia atau kaum Mukminin yang tertimpa musibah maka hendaklah dia menghibur diri dengan musibahku dari musibah yang menimpanya. Sesungguhnya salah seorang dari umatku tidak akan ditimpa suatu musibah yang lebih berat dari musibahku.” (HR. Ibnu Majah)
Musibah apa lagi yang lebih besar dari wafatnya Rosululloh  ?... Musibah apa yang lebih besar bagi manusia dibanding dengan terputusnya wahyu dari langit yang merupakan pertanda mulai munculnya fitnah seperti penggalan-penggalan malam yang gelap, yang terakhir mengikuti yang pertama, yang terakhir lebih buruk daripada yang pertama?...Musibah apa yang lebih besar dari musibah yang dengannya kemudian terbuka pintu-pintu fitnah yang membawa kepada keburukan hingga akhir zaman?

Merenungkan bagian akhir kisah kehidupan Rosululloh   merupakan pelajaran yang sangat berharga. Sungguh beliau tidak kembali kepada Robbnya melainkan telah meninggalkan dua perkara yang malamnya bagaikan siang, dan barangsiapa yang berpegang kepada keduanya tidak akan sesat selamanya, yakni al-Qur’an dan Sunnahnya. Betapa sering di akhir-akhir hidupnya beliau mewasiatkan untuk berpegang teguh terhadap ajaran yang ditinggalkannya, sebagaimana sabdanya  :'

 ))تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا،كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ((
“Aku telah meninggalkan dua perkara untuk kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu kitabulloh (al-Qur’an) dan sunnah nabinya (hadits).” (HR. Malik)'

Lalu dimana posisi kita?... Dimana kita pada hari ini, yang mengaku sangat mencintai Nabi   yang mulia, namun pada saat yang bersamaan meninggalkan sebagian ajarannya, mengabaikan sunnahnya, bahkan tidak jarang sebagian yang lain mencemoohnya atau enggan peduli terhadap makar yang diperbuat oleh musuh Islam?... Apakah bukti cinta itu dengan bentuk perayaan-perayaan atas nama beliau, bait-bait syair, nyanyian yang menjadi pilihan, sementara sunnah Beliau   yang merupakan jalan menuju keselamatan untuk bertemu dengannya di telaga Haudh ditinggalkan? Sementara sahabat-sahabat Beliau   dicela serta dihina sedang kita diam membungkam seribu bahasa?

Beberapa Isyarat
Untuk lebih meresapi hal-ihwal kepergian Nabi  , mari kita sejenak menengok lembaran sejarah bagaimana detik-detik Beliau   wafat mulai dari haji wada’ sampai sakarotul maut yang menjemputnya.

Isyarat tentang bayang-bayang akan terjadinya peristiwa besar yang sangat mengharukan hati itu telah terlebih dahulu diperlihatkan tanda-tandanya kepada umat pengikut Beliau  . Isyarat itu antara lain terlukis dalam haji wada’, beliau bersabda:

“Sesungguhnya aku tidak mengetahui, barang-kali setelah tahun ini aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam keadaan seperti ini selamanya?”
Beliau juga bersabda pada saat melempar jumroh ‘aqobah:

“Tunaikanlah manasik haji kalian sebagaimana aku menunaikannya, barangkali aku tidak akan menunaikan haji lagi setelah tahun ini!”
Ketika khutbah pun beliau memberi isyarat akan kepergiannya, diakhir khutbah beliau menutup dengan menunjuk ke arah langit seraya berkata dengan suara lantang: “Hai manusia! Bukankah aku telah menyampaikannya semuanya?! Ya Alloh   saksikanlah!. Maka hendaklah barangsiapa yang hadir di antara kalian di tempat ini berkewajiban untuk menyampaikan pesan wasiat ini kepada mereka yang tidak hadir!”

Maka berteriak pulalah para jamaah haji yang sedang berkumpul di padang ‘Arofah itu menyahut secara serentak dengan suara yang lantang dan bergema membahana, membelah kesunyian padang pasir yang luas dan tandus dengan beramai-ramai mengucapkan “Demi Alloh! Sesungguhnya Engkau telah menyampaikan amanah perintah Robbmu!"
Juga bunyi firman Alloh   sebagai wahyu terakhir yang disampaikan oleh Malaikat Jibril   kepada Nabi Muhammad  :

“Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Alloh, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kalian menyembelihnya, dan (diharamkan bagi kalian) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agama kalian, sebab itu janganlah kalian takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku (Alloh) sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepada kalian, dan telah Aku ridho Islam sebagai agama kalian. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Maidah [5]: 3)

Di awal bulan Safar tahun 11 H, Beliau   pergi menuju Uhud, kemudian melakukan sholat untuk para syuhada, sebagai ungkapan perpisahan bagi orang-orang yang masih hidup kepada yang telah mati. Kemudian beranjak menuju mimbar dan bersabda:

“Sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan menjadi saksi atas kalian. Demi Alloh, sesungguhnya aku sekarang benar-benar melihat telagaku, dan telah diberikan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi, dan demi Alloh sesungguhnya aku tidak mengkhawatirkan kalian akan melakukan kesyirikan sepeninggalku nanti, akan tetapi yang aku khawatirkan terhadap kalian adalah kalau kalian berlomba-lomba di dalam merebut dunia.”

Jatuh Sakit
Pada hari Senin tanggal 28 Safar tahun 11 H, Rosululloh   menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi’. Ketika kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan pusing di kepalanya dan panas mulai merambat di sekujur tubuhnya hingga para sahabat dapat merasakan pengaruh panasnya pada sorban yang beliau kenakan.

Penyakit Rosululloh   semakin berat, sehingga beliau bertanya-tanya kepada seluruh istrinya, “Dimana giliranku besok? Dimana giliranku besok?” (maksudnya adalah giliran ‘Aisyah  ). Mereka pun akhirnya memahami maksudnya, sehingga beliau diizinkan untuk berada pada tempat yang beliau kehendaki. Kemudian beliau pergi ketempat ‘Aisyah   dengan dibopong oleh al-Fadhl bin al-‘Abbas dan ‘Ali bin ‘Abi Tholib   sedang kepalanya diikat dengan kain. Beliau   menghabiskan minggu terakhir dari detik-detik kehidupannya di sisi ‘Aisyah  .



Tidak ada komentar

Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.

Salam : Admin K.A.

Diberdayakan oleh Blogger.