Bertafakur terhadap realita yang ada akan menuntun seseorang menuju lautan kesadaran yang dipenuhi dengan hikmah. Semua ritme dan siklus kehidupan tak akan pernah berjalan dan berputar tanpa didasari oleh takdir Alloh yang sarat akan hikmah. Begitu pun satu hal fenomenal yang sedang melanda bumi pertiwi ini, yaitu bencana yang tak kunjung berhenti. Firman Alloh:
“Dan
tidak pernah
(pula) Kami membinasakan kota-kota;
kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzoliman.”(QS. al-Qoshosh
:59)
Ayat terebut berisi sebuah pesan yang secara implicit (tersirat) berisi sebuah peringatan supaya manusia tidak berbuat dzolim dan melakukan kemaksiatan, karena Alloh mengancam pelakunya dengan bencana
yang akan menimpanya.
Dan tentu tidak ada manusia
yang menginginkan adzab menimpa kehidupannya. Akan tetapi pada kenyataannya tidak ada manusia yang selamat dari maksiat dan bersih dari dosa.
So, what we have to do? Taubat adalah jalan
yang tepat untuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat dan selamat dari laknat.
Bertaubat berarti kembali dari kemaksiatan menuju ketaatan, kembalidari yang
tadinya berdosa menjadi berpahala. Alloh memerintahkan hambanya untuk bertaubat.
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubatannasuhaa (taubat yang semurni-murninya).”(QS. al-Tahrim
: 8)
Bertaubat diawali dengan menyesali perbuatan maksiat yang telah dilakukan kemudian meninggalkan perbuatan dosa tersebut dan bertekad untuk tidak akan pernah mengulanginya lagi di kemudian hari, dan apabila dosa tersebut berkaitan dengan muamalah manusia, maka dia harus segera mengembalikan hak orang yang didzoliminya atau meminta maaf kepadanya.
Satu hal yang
erat kaitannya dengan bertaubat adalah istighfar dengan artikulasi (makna) permohonan ampun (astaghfirullohal’adzim). Idealnya beristighfar bukan hanya diucapkan oleh lisan,
tetapi juga harus diiringi dengan tunduknya jiwa yang penuh kekhusyuan dan kesungguhan serta berharap memperoleh ampunan dari Alloh.
Seseorang yang senantiasa bertaubat dan mendawamkan istighfar, maka kenikmatan dan kebahagiaan
yang akan menghampirinya sesuai dengan janji Alloh:
“Dan hendaklah kalian meminta ampun kepada Tuhan
kalian dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kalian mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan member kenikmatan yang baik (terus menerus) kepada kalian sampai kepada waktu
yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud : 3)
Rosululloh sang pembawa rahmat bagi seluruh alam yang semua dosanya telah diampuni Alloh baik yang telah lampau maupun yang akan datang, masih senantiasa mendawamkan istighfar seratus kali dalam sehari. Sabda Rosululloh:
“Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian semua kepada Alloh sesungguhnya aku bertaubat sebanyak seratus kali dalam sehari.”(HR. Muslim).
Nah, bagaimana dengan umatnya
yang tak ada jaminan pengampunan dosa sedikit pun? Maka selayaknya bagi seorang mukmin untuk selalu memohon ampun, bertaubat dari segala dosa yang telah dilakukan karena Alloh sangat mencintai orang-orang yang bertaubat,
“Sesungguhya Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.”(QS. al-Baqoroh
: 222)
Semoga kita semua dijadikan oleh Alloh sebagai hamba-hamba-Nya yang suka beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Aamiin.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.