Indonesia adalah negara berkembang yang mayoritas penduduknya
adalah muslim. Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau ini telah dianugerahi
dengan kekayaan alam yang luar biasa, tanahnya yang subur dan cuaca yang sejuk
di bawah garis katulistiwa. Keindahan Indonesia semakin bertambah dengan
beragamnya mata pencaharian dan suku bangsa yang tinggal di nusantara ini.
Kekayaan dan keindahan yang dimiliki oleh negara ini harus kita jaga, supaya
nikmat yang telah Allah berikan senantiasa bertambah dan penuh dengan
keberkahan. Dan salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk memelihara negara
ini adalah dengan meneladani figur para sahabat Rosululloh ﷺ dalam
seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam bidang pengelolaan harta
melalui bisnis.
Adalah
Abdurahman Ibn ‘Auf, sahabat Rosululloh ﷺ yang terkenal dengan
kemampuannya dalam berbisnis. Beliau adalah salah seorang sahabat yang termasuk
dalam kelompok yang berhijrah (Muhājirīn) bersama Rosululloh ﷺ dan
dipersaudarakan dengan salah seorang penduduk Madinah (Anshār) yang
terkenal kaya dan pemurah bernama Sa’ad Ibn Rabi’. Abdurahman
Ibn ‘Auf pernah ditawari oleh Sa’ad Ibn Rabi’ untuk mengambil sebagian hartanya
dan menikahi salah satu istrinya setelah diceraikan, akan tetapi beliau menolak dengan halus dan berkata,
“Tidak, terima kasih. Tolong tunjukkan saja kepadaku di mana letak pasar di
sini.”
Alangkah
mulianya jawaban beliau. Jawaban yang menunjukan betapa qona’ah dan bersihnya
hati beliau menjadi isyarat bahwa kepercayaan diri dan ketawakalannya kepada
Alloh sangat luar biasa dan memiliki ‘mental kaya’ yang cukup kuat. Salah
satu yang menarik dari pribadi beliau adalah keyakinannya yang baik akan
potensi dirinya. Kalimat mashyur dan fenomenal yang pernah beliau katakan
adalah, “Sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu, niscaya
kutemukan di bawahnya emas dan perak”. Dalam hal ini Abdurahman Ibn ‘Auf
memberikan contoh konsep diri yang baik. Konsep diri berupa keyakinan akan
potensi yang luar biasa yang ada pada setiap diri manusia, itulah optimis.
Kalimat tersebut bukanlah merupakan isyarat kesombongan dari Abdurrahman Ibn
’Auf, melainkan sebuah pandangan positif terhadap potensi yang diberikan Alloh
kepada setiap hamba-Nya. Karena sesungguhnya karunia Alloh begitu luas di
semesta raya ini. Persoalannya tinggal bagaimana kita mampu menggali kemudian
mengembangkan potensi dan karunia Alloh tersebut.
Optimisme
beliau dalam mengelola harta dan mendapatkan rezeki menjadikan dirinya seorang
saudagar yang kaya raya, bahkan orang terkaya di Madinah saat itu. Kekayaanya
sangat melimpah. Pernah suatu ketika, suasana kota Madinah yang aman dan
tenteram terusik oleh adanya debu tebal yang terlihat mengepul ke udara, datang
dari tempat ketinggian di pinggir kota. Penduduk Madinah mengira bahwa ada
angin ribut yang menyapu dan menerbangkan pasir. Setelah beberapa saat, mulailah
terlihat bahwa ternyata dibalik debu yang mengepul tersebut adalah rombongan kafilah dagang Abdurahman Ibn ‘Auf sebanyak
700 kendaraan yang berisi muatan barang dagangan berupa
gandum, tepung, minyak, pakaian, barang-barang pecah-belah, wangi-wangian, kebutuhan
dan perlengkapan sehari-hari lainnya.
Kelebihan
harta yang beliau miliki tidak menjadikan dirinya sombong dan melupakan
kewajibannya sebagai seorang hamba kepada Tuhannya, akan tetapi beliau malah
semakin ringan dalam berinfaq dan berjihad dengan harta fī sabīlillāh. Pernah
suatu ketika beliau berinfaq sejumlah 200 ‘uqiyah emas untuk memenuhi
kebutuhan medan jihad di Tabuk. Para sahabat sempat mengira bahwa mungkin Abdurahman
Ibn ‘Auf khilaf, karena tidak meninggalkan bekal sedikitpun untuk keluarganya.
Kemudian Rosululloh ﷺ bertanya
kepada beliau, “Apakah engkau meninggalkan bekal untuk keluargamu?” “Iya, wahai
Rasululloh. Mereka saya tinggalkan sesuatu yang lebih banyak dan lebih baik
daripada yang saya infakkan” jawab Abdurrahman Ibn ‘Auf. “Berapa?” tanya Rosululloh
ﷺ. Dengan sangat mantap Abdurahman Ibn ‘Auf
menjawab, “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan upah yang dijanjikan Alloh”.
Mendengar jawaban tersebut, Rosululloh ﷺ mendoakan
kebaikan untuknya. MaasyaAlloh, begitu mulianya jawaban beliau.
Rahasia
kesuksesan Abdurahman Ibn ‘Auf tidaklah begitu rumit. Yang menjadikan bisnisnya
berhasil dan syarat akan keberkahan adalah karena beliau selalu mengutamakan
predikat halal dalam setiap modal dan barang yang diperjual belikan serta
menjauhkan diri dari perbuatan yang haram maupun syubhat. Selain itu, faktor
yang semakin menambah keberkahan dalam bisnisnya adalah karena keuntungan dari
bisnisnya tidak digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri.
Meskipun
keuntungannya diperoleh atas kepandaiannya dalam berbisnis, Abdurahman Ibn ‘Auf
tidak pernah lupa untuk membelanjakan sebagian hartanya di jalan Alloh. Selain digunakan
untuk menafkahi diri dan keluarganya, hartanya juga dipergunkan untuk
menyediakan perlengkapan yang diperlukan oleh tentara kaum muslimin dalam
rangka berjihad fī sabīlillāh.
Setelah
mengetahui dan menyelami sifat dan kepribadian Abdurrahman Ibn Auf, hendaknya seluruh
kaum muslimin yang tinggal di Nusantara ini meneladani beliau dalam hal
keimanan, kezuhudan, semangatnya dalam berjihad dengan jiwa maupun harta,
kepercayaan akan potensi diri dan bagaimana cara untuk mengelola harta dengan
baik melalui bisnis. Sepandai apapun seseorang dalam menumbuh kembangkan harta,
jangan sampai menjadikan dirinya lupa akan hakikat darimana rezekinya berasal dan
siapa dirinya di hadapan Alloh. Semua yang kita miliki sejatinya hanyalah
titipan dan sebaik-baik harta yang kita miliki adalah yang diinfakkan di jalan
Alloh. Demikianlah inti dari keteladanan Abdurahman
Ibn ‘Auf. Semoga kita dan seluruh kaum muslimin yang ada di Indonesia mampu
untuk meneladani beliau sehingga kekayaan dan keindahan yang
dimiliki oleh negara ini senantiasa terawat dan diberkahi oleh Alloh. Aamiin.
Tidak ada komentar
Silahkan mengcopy-paste, menyebarkan, dan membagi isi blog selama masih menjaga amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya.
Salam : Admin K.A.